NovelToon NovelToon
Bukan Cinderella-nya

Bukan Cinderella-nya

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nitzz

Nathaniel Alvaro, pewaris muda salah satu perusahaan terbesar di negeri ini, hidup dalam bayang-bayang ekspektasi sang ibu yang keras: menikah sebelum usia 30, atau kehilangan posisinya. Saat tekanan datang dari segala arah, ia justru menemukan ketenangan di tempat yang tak terduga, seorang gadis pendiam yang bekerja di rumahnya, Clarissa.
Clarissa tampak sederhana, pemalu, dan penuh syukur. Diam-diam, Nathan membiayai kuliahnya, dan perlahan tumbuh perasaan yang tak bisa ia pungkiri. Tapi hidup Nathan tak pernah semudah itu. Ibunya memiliki rencana sendiri: menjodohkannya dengan Celestine Aurellia, anak dari sahabat lamanya sekaligus putri orang terkaya di Asia.
Celeste, seorang wanita muda yang berisik dan suka ikut campur tinggal bersama mereka. Kepribadiannya yang suka ikut campur membuat Nathan merasa muak... hingga Celeste justru menjadi alasan Clarissa dan Nathan bisa bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nitzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Dua Hari yang Sunyi

Sudah dua hari sejak Celeste menghilang dari rumah keluarga Alvaro. Dua hari tanpa kabar, tanpa pesan, tanpa jejak. Kamar yang biasanya terisi dengan suara langkah kakinya kini senyap.

Madeline mulai cemas, namun tetap menyembunyikannya dengan cara yang anggun. Ia tak ingin memperkeruh suasana rumah dengan ketegangan.

Tapi di balik ketenangannya, ia mengamati, terutama satu hal yang makin tak bisa ia abaikan..  sikap Clarissa yang mulai berubah.

Clarissa kini berjalan-jalan di dalam rumah layaknya sang pemilik. Ia tak lagi menjaga jarak seperti dulu. Dan yang paling membuat Madeline jengah.. ia tak lagi memanggil "Nyonya", melainkan "Tante."

"Tante, aku mau minta pendapat soal dekorasi ruang tengah. Kayaknya perlu diubah biar lebih modern, ya?"

Madeline menoleh pelan. Tatapannya halus tapi mengandung ketegasan. "Kau lupa, Clarissa? Rumah ini bukan milikmu. Dan bukan tugasmu juga mendekorasi apa pun di sini."

Clarissa tersenyum canggung. "Oh... iya, maaf. Aku cuma... berniat membantu."

"Membantu seperti dulu saja cukup," ujar Madeline tenang, lalu berjalan meninggalkannya.

Meski ia tak berkata lebih, Madeline menahan amarah yang makin menumpuk. Ia memang tahu anaknya, Nathan, menjalin hubungan dengan Clarissa. Tapi ia masih berharap itu hanya fase sesaat.

Clarissa dulu gadis yang manis, pekerja keras, sopan. Tapi kini... kepercayaan diri yang diajarkan oleh Celeste justru berubah menjadi kesombongan. Madeline bisa menilai seseorang dengan cepat, dan Clarissa mulai menunjukkan sifat yang tidak ia sukai.

Di saat Madeline masih berusaha menjaga kestabilan rumah, Clarissa malah mengambil alih perhatian semua orang.

*

Saat makan siang bersama, Clarissa tiba-tiba mengangkat topik yang membuat semua orang terdiam.

"Oh, Celeste? Dia liburan kok," ucap Clarissa sambil mengaduk sup-nya. "Katanya, dia kangen sama teman-teman lamanya. Ya, akhirnya mereka pergi juga jalan-jalan, mungkin buat menyegarkan pikiran."

Madeline menoleh cepat. "Teman lamanya? Dia nggak bilang apa-apa padaku."

Clarissa tersenyum kecil. "Mungkin dia nggak mau repotin, Tante. Lagipula, dia bukan anak kecil, kan? Pasti tahu apa yang dia lakukan."

Nathan yang duduk di seberangnya hanya menatap dengan sorot mencurigai. Nada suara Clarissa terlalu rapi, terlalu santai. Dan... bukan gaya Celeste untuk pergi tanpa pamit.

"Kau yakin dia pergi liburan?" tanya Nathan pelan.

Clarissa langsung menoleh dengan senyum manis. "Tentu. Aku tahu langsung kok. Dia kirim pesan, walau cuma sebentar. Aku juga heran kenapa nggak kabarin yang lain. Mungkin buru-buru."

Nathan tak menjawab. Ada rasa tak nyaman di dadanya, tapi belum cukup bukti untuk menuduh siapa pun.

*

Malamnya, Madeline kembali ke kamarnya dan mencoba menelepon Celeste. Nomornya tetap tidak aktif. Ia berjalan pelan ke balkon, menatap langit malam yang suram. Hatinya tak tenang. Ada firasat buruk. Tapi ia hanya bisa berdoa bahwa Celeste baik-baik saja.

Di tempat lain, jauh dari rumah Alvaro, Celeste sedang duduk diam di ruangan gelap dan sunyi. Tangan dan kakinya terikat. Tubuhnya lemah, dengan beberapa luka di lengan dan pelipis. Di hadapannya berdiri pria yang seharusnya menjadi pelindungnya, ayahnya sendiri.

Darius Aurellia menatapnya dengan sorot dingin. "Sudah dua hari, Celeste. Dan kau belum juga bicara."

Celeste menunduk. Napasnya berat. Ia terlalu lelah untuk menjawab. Luka di tubuhnya bukan apa-apa dibanding luka batin yang ia rasakan.

"Kau pikir aku tidak tahu? Lima bulan dan kau tak berbuat apa-apa. Kau kira aku akan diam saja menontonmu menghancurkan misi ini?"

Darius melangkah lebih dekat. Suaranya makin rendah dan berbahaya.

"Kau hanya punya satu bulan lagi. Jika gagal, bukan hanya hidupmu yang hancur. Aku tak akan segan menghancurkan siapa pun yang menghalangi rencanaku. Termasuk orang-orang yang mulai kau sayangi di rumah itu."

Celeste menahan tangisnya. Ia hanya ingin bebas. Bahkan jika itu hanya enam bulan. Ia tak peduli lagi pada misi. Ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri.

Tapi kenyataan terlalu kejam.

Ia harus bertahan.

Satu bulan lagi. Untuk lepas. Atau untuk hancur sepenuhnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!