Mendadak Istri (Oh, Lilis)

Mendadak Istri (Oh, Lilis)

Bab 1. Masalah Besar

...----------------...

"Apa kalian semua bodoh? Bagaimana bisa, bangunan hotel itu tiba-tiba roboh padahal baru memasuki tahap pembangunan lantai ke lima? Apa ada yang salah dengan kualitas bahan bangunan kita? Bukankah semua bahan dan material pembangunan sudah diperiksa dan masuk ke bagian quality control perusahaan kita, hah?"

Seorang laki-laki berteriak di depan beberapa orang yang tertunduk di hadapannya. Sorot matanya memancarkan aura kemarahan yang begitu mendominasi. Suaranya melengking tajam menusuk gendang telinga orang-orang seperti menganggap mereka tuli.

"Kenapa semuanya diam? Nggak ada yang bisa jelasin pada saya!" teriak lelaki yang bernama lengkap Liam Putra Pranaja itu lagi. Kedua mata yang biasanya terlihat teduh itu terlihat memerah ketika dirinya marah. Biasanya, Liam adalah orang yang ramah.

"Maaf, Pak. Kemungkinan besar faktor utamanya karena kualitas material kita yang tidak sesuai dengan sample sebelumnya yang diberikan kepada saya selaku pihak Site Engineer. Saya sudah mencoba untuk menghubungi Yuda selaku Kepala Quality Control kita. Namun, orangnya sedang mengajukan cuti dan berada di luar kota," jelas Diki—selaku Site Engineer di perusahaan Liam.

"Hubungi dia! Sambungkan panggilannya dengan saya!" titah Liam.

Diki terlihat kebingungan. Keringat dingin sudah mulai bercucuran. "Su—sudah saya coba, Pak. Tapi ... teleponnya tidak bisa dihubungi."

"Kenapa tidak cari tahu kepada keluarganya! Ada alamatnya, kan?" titah Liam lagi masih dengan nada tinggi.

"Sudah, Pak. Rumahnya kosong. Tetangganya juga tidak tahu ke mana Pak Yuda dan keluarganya pergi. "

"Apa?" Liam tersentak. Fisarat buruk mulai menghantui pikirannya. Apa jangan-jangan perusahaannya selama ini sudah merawat seorang koruptor?

"Kalau begitu namanya bukan cuti. Sudah jelas dia melakukan penggelapan dana lalu melarikan diri. Kamu itu bodoh atau gimana, sih? Kenapa nggak langsung lapor polisi?" Liam semakin geram. Hal itu membuat para pegawainya semakin menundukkan pandangan. Kecuali Diki yang memang merupakan pegawai sekaligus sahabatnya Liam. Lelaki itu sudah hafal dengan sifat tegas sahabatnya itu.

Sebenarnya, sikap Liam tidak sekasar itu. Hanya saja dia merasa emosi dengan perusahaan jasa konstruksinya yang terancam akan gulung tikar gara-gara masalah ini.

"Lapor polisi harus ada bukti yang cukup, Pak. Saat ini kita tidak punya bukti apa-apa," ujar Diki.

Liam mendengkus sambil melonggarkan dasinya. Sesak di dadanya membuat paru-parunya seolah kesulitan untuk menghirup pasokan oksigen di ruangan tertutup itu. Liam berusaha tetap waras dengan cara mengatur napas. Bagaimanapun, pegawainya juga sudah berusaha keras.

"Saya dan tim sedang berusaha untuk mengumpulkan bukti tersebut, Pak. Harap Bapak bersabar dan serahkan pada kami!" Diki berkata lagi sebelum Liam menanggapi.

Liam frustrasi. Otaknya seperti buntu untuk berpikir sesuatu. Proyek pembangunan hotel bintang tujuh itu adalah proyek terbesarnya tahun ini. Dia sudah mencurahkan segalanya pada proyek tersebut. Jika sampai gagal, perusahaannya akan rugi besar. Image perusahaannya akan coreng di mata investor. Jika seperti itu, perusahaan Liam pasti gulung tikar.

"Bagaimanapun caranya dia harus segera ditemukan. Si Yuda itu harus bertanggung jawab dengan kekacauan yang dia lakukan. Untuk selanjutnya kita akan mulai pembangunan dari awal lagi."

"Tapi, Pak. Kalau untuk membangun dari awal, sepertinya dana kita tidak akan mencukupi." Staf Akuntansi yang bernama Sisil ikut menginterupsi.

"Apa?" Liam mengernyit lalu menghela napas kasar. Perusahaannya benar-benar dalam masalah besar.

Liam pun beralih pada Diki. "Hubungi investor kita. Kita akan mengadakan rapat dadakan dengan mereka," titahnya pada sang asisten.

"Baik, Pak."

Keesokan harinya, Liam melakukan rapat bersama investor dari hotel yang dibangun oleh perusahaan konstruksinya. Sayangnya, rapat dadakan itu pun tak berhasil mendapatkan solusi, membuat Liam jadi tambah frustrasi. Pasalnya, pihak investor malah meminta dana mereka kembali jika proyek itu tidak bisa dilanjutkan lagi. Kepala Liam seolah mau pecah ditimpa masalah bertubi-tubi.

****

Seminggu berlalu tanpa hasil yang memuaskan. Masalah penggelapan dana di perusahaan Liam masih belum ada jalan keluar. Proyek pembangunan hotel pun akhirnya mangkrak tanpa ada penyelesaian. Pihak investor pun tidak mau tahu. Mereka ingin proyek itu selesai sesuai perjanjian atau proyek tersebut terpaksa dibatalkan.

Liam benar-benar terpuruk karena perusahaannya hampir bangkrut. Segala cara sudah Liam usahakan. Namun, semuanya butuh waktu yang panjang, sedangkan investor tak mau adanya penundaan.

Hal itu membuat sang kakek yang bernama Hadi Prakasa merasa prihatin dengan keadaan cucunya tersebut. Hadi sengaja mengunjungi sang cucu di rumah tinggalnya saat ini. Lelaki itu memang sudah lama mandiri, semenjak kedua orang tuanya tak bisa tinggal bersama lagi.

"Apa kakek yakin beliau mau membantu perusahaan aku?" Liam bertanya kepada kakeknya ketika sang kakek mengatakan jika ada seseorang yang berbaik hati hendak menyuntikkan dana untuk mengatasi masalah di perusahaan Liam.

"Masa kakek bohong sama kamu, Liam. Dia sendiri, kok, yang bilang begitu. Dia itu teman kakek. Orangnya terlampau kaya jadi dia suka bingung uangnya harus digunakan untuk apa. Mungkin dia mau invest sama kamu. Waktu kakek cerita tentang masalah di perusahaan kamu, dia langsung bilang mau nolong gitu. Mungkin dia mau kasih kamu kesempatan untuk membangkitkan bisnis kamu lagi. Katanya, dana yang mau dia berikan cukup besar, loh, Am. Tapi ada tapinya ...."

"Tapi apa?" Liam langsung memotong perkataan kakeknya . Kata pertentangan itu membuatnya sedikit resah. Kata-kata Hadi memang terdengar santai, alih-alih canggung dan kaku bersama sang cucu. Begitulah hubungan antara Liam dan kakeknya. Mereka lebih seperti teman walaupun perbedaan usia begitu menonjol dari keduanya.

"Dia mau ketemu sama kamu dahulu. Katanya ada syarat yang harus kamu lakukan untuk mendapatkan modal itu."

Kening Liam mengernyit diiringi kedua alisnya yang bertaut. "Syarat apa?" tanyanya bingung.

"Kakek nggak tahu. Sebaiknya kamu temui saja dia! Dia teman lama kakek. Namanya Wahyu Kalingga. Dia adalah pengusaha tambang dan perkebunan yang kaya raya. Sebulan yang lalu kita pernah ke rumahnya saat dia merayakan ulang tahunnya yang ke-65. Masih ingat?"

Liam sejenak berpikir lalu menganggukkan kepalanya. "Baiklah, nanti Liam ke sana," ujarnya kemudian. Meskipun masih bingung, tak ada salahnya untuk mencoba. Barangkali pengusaha itu adalah penyelamat perusahaannya.

***

Esoknya, Liam tiba di sebuah rumah mewah bergaya klasik modern yang terlihat megah. Beberapa pilar besar yang menopang di bagian depan membuat rumah itu terkesan gagah. Namun, kemegahan itu tak sebanding dengan kenyamanan yang layak untuk disebut rumah. Sama sekali tak ada aura kehangatan yang tercipta dalam bentuk keluarga. Rumah itu seperti tak bernyawa. Liam seperti melihat bayangan masa kecilnya ketika masih tinggal bersama kedua orang tuanya yang kini sudah berpisah.

Ketika Liam turun dari mobilnya, seorang penjaga langsung menghampiri Liam dan memberi hormat. Sepertinya dia sudah diberi mandat untuk menyambut Liam dan membawanya pada sang majikan.

"Selamat siang, Pak," sapa Liam ketika sudah bertemu dengan si empunya rumah yang bernama Wahyu Kalingga.

"Namamu Liam? Cucunya Hadi Prakasa?" tanya Wahyu.

Liam mengangguk. "Iya, Pak," jawabnya.

"Panggil saya 'kakek'!" titah Wahyu. Liam tersenyum pelik sambil meneguk ludahnya sendiri. Lelaki itu masih memprediksi kira-kira apa syarat yang akan diajukan lelaki tua ini.

"Baik, Kek ...." Terjeda sejenak. Liam menarik napas pendek sebelum dia mengutarakan niatnya datang ke rumah itu. "Saya akan langsung mengutarakan niat saya datang ke sini, Kek. Saya ... ke sini karena tertarik dengan tawaran Anda yang diceritakan oleh kakek saya," ujar Liam tak mau berbasa-basi. Dia memang orang yang tidak suka mengulur waktu.

Liam dan Wahyu berbincang di taman belakang. Wahyu mendengarkan perkataan Liam sambil melemparkan pakan ikan pada kolam yang berada di hadapannya. Salah satu sudut bibirnya terangkat ke atas mendengar kejujuran Liam. Lelaki tua itu pun menarik pandangannya pada dari kolam dan beralih pada Liam.

"Saya sudah tahu," cetus Wahyu.

"Apa syarat yang Anda inginkan, agar Anda mau menolong perusahaan saya yang sedang krisis keuangan?" Liam semakin terbuka dan blak-blakan akan niatnya tersebut. Namun, senyuman Wahyu malah semakin mengembang.

"Nikahi cucu saya!" titah Wahyu yang membuat Liam sontak membeku.

...----------------...

Next 👉

Terpopuler

Comments

Sophia Aya

Sophia Aya

mampir thor

2023-11-18

1

fhittriya nurunaja

fhittriya nurunaja

lanjut

2023-11-16

1

angie widya

angie widya

yeeeeeyyyyy neng lilis...
neng dewi kamana 😂😂😂

2023-11-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Masalah Besar
2 Bab 2. Sebuah Syarat
3 Bab 3. Setuju
4 Bab 4. Malam Pertama
5 Bab 5. Pindah Rumah
6 Bab 6. Ikutan Kursus
7 Bab 7. Cantik Maksimal
8 Bab 8. Menginap
9 Bab 9. Cara yang Berbeda
10 Bab 10. Sengaja Mengatur
11 Bab 11. Pembawa Keberuntungan
12 Bab 12. Hadiah
13 Bab 13. Cemburu
14 Bab 14. Teman Dekat
15 Bab 15. Sakit
16 Bab 16. Marah
17 Bab 17. Kesepian
18 Bab 18. Wejangan Papa
19 Bab 19. Jemput Istri
20 Bab 20. Mau Jadi Pacar Aku?
21 Bab 21. Kutunggu Jandamu.
22 Bab 22. Ramainya Rasa
23 Bab 23. Buka Puasa
24 Bab 24. Posesif
25 Bab 25. Bertemu Mama
26 Bab 26. My Support System
27 Bab 27. Masalah Besar
28 Bab 28. Rencana Perdamaian
29 Bab 29. Menjadi Penengah
30 Bab 30. Service Spesial
31 Bab 31. Anaknya Pak RT
32 Bab 32. Mengambil Kesempatan
33 Bab 33. Penguasa Dilawan Penguasa
34 Bab 34. Percayalah! Aku Akan Setia
35 Bab 35. Kuliah
36 Bab 36. Butuh Perjuangan
37 Bab 37. Ke Luar Kota
38 Bab 38. Udah Izin
39 Bab 39. Serangan Jantung
40 Bab 40. Kecewa
41 Bab 41_ Egois
42 Bab 42. Impas
43 Bab 43. Benih-Benih Cinta
44 Bab 44. Tabrak Lari
45 Bab 45. Menghindar
46 Bab 46. Itu Kamu
47 Bab 47. Sadar Atuh, Yan!
48 Bab 48. Lupa Tatakrama
49 Bab 49. Penonton
50 Bab 50. Film Dokumenter
51 Bab 51. Ancaman
52 Bab 52. Pelakunya
53 Bab 53. Benang Merah
54 Bab 54. Melarang Ke mana-mana
55 Bab 55. Masih Beruntung
56 Bab 56. Tak Terkendali
57 Bab 57. Pacar?
58 Bab 58. Stempel Jadian
59 Bab 59. Diculik
60 Bab 60. Meminta Bantuan
61 Bab 61. Pasrah
62 Bab 62. Ketahuan
63 Bab 63. Pahlawan
64 Bab 64. Jatuh
65 Bab 65. Takdir
66 Bab 66. Syndrom Baby Blues
67 Bab 67. Gara-Gara Ulat Bulu
68 Bab 68. Memulai Aktivitas
69 Bab 69. Super Sibuk
70 Bab 70. Terlambat
71 Bab 71. Memanjakan Suami
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Bab 1. Masalah Besar
2
Bab 2. Sebuah Syarat
3
Bab 3. Setuju
4
Bab 4. Malam Pertama
5
Bab 5. Pindah Rumah
6
Bab 6. Ikutan Kursus
7
Bab 7. Cantik Maksimal
8
Bab 8. Menginap
9
Bab 9. Cara yang Berbeda
10
Bab 10. Sengaja Mengatur
11
Bab 11. Pembawa Keberuntungan
12
Bab 12. Hadiah
13
Bab 13. Cemburu
14
Bab 14. Teman Dekat
15
Bab 15. Sakit
16
Bab 16. Marah
17
Bab 17. Kesepian
18
Bab 18. Wejangan Papa
19
Bab 19. Jemput Istri
20
Bab 20. Mau Jadi Pacar Aku?
21
Bab 21. Kutunggu Jandamu.
22
Bab 22. Ramainya Rasa
23
Bab 23. Buka Puasa
24
Bab 24. Posesif
25
Bab 25. Bertemu Mama
26
Bab 26. My Support System
27
Bab 27. Masalah Besar
28
Bab 28. Rencana Perdamaian
29
Bab 29. Menjadi Penengah
30
Bab 30. Service Spesial
31
Bab 31. Anaknya Pak RT
32
Bab 32. Mengambil Kesempatan
33
Bab 33. Penguasa Dilawan Penguasa
34
Bab 34. Percayalah! Aku Akan Setia
35
Bab 35. Kuliah
36
Bab 36. Butuh Perjuangan
37
Bab 37. Ke Luar Kota
38
Bab 38. Udah Izin
39
Bab 39. Serangan Jantung
40
Bab 40. Kecewa
41
Bab 41_ Egois
42
Bab 42. Impas
43
Bab 43. Benih-Benih Cinta
44
Bab 44. Tabrak Lari
45
Bab 45. Menghindar
46
Bab 46. Itu Kamu
47
Bab 47. Sadar Atuh, Yan!
48
Bab 48. Lupa Tatakrama
49
Bab 49. Penonton
50
Bab 50. Film Dokumenter
51
Bab 51. Ancaman
52
Bab 52. Pelakunya
53
Bab 53. Benang Merah
54
Bab 54. Melarang Ke mana-mana
55
Bab 55. Masih Beruntung
56
Bab 56. Tak Terkendali
57
Bab 57. Pacar?
58
Bab 58. Stempel Jadian
59
Bab 59. Diculik
60
Bab 60. Meminta Bantuan
61
Bab 61. Pasrah
62
Bab 62. Ketahuan
63
Bab 63. Pahlawan
64
Bab 64. Jatuh
65
Bab 65. Takdir
66
Bab 66. Syndrom Baby Blues
67
Bab 67. Gara-Gara Ulat Bulu
68
Bab 68. Memulai Aktivitas
69
Bab 69. Super Sibuk
70
Bab 70. Terlambat
71
Bab 71. Memanjakan Suami

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!