NovelToon NovelToon
Cinta Terlarang Dengan Mantan

Cinta Terlarang Dengan Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Angst / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:215
Nilai: 5
Nama Author: Vitra

" Iya, sekalipun kamu menikah dengan wanita lain, kamu juga bisa menjalin hubungan denganku. Kamu menikah dengan wanita lain, bukan halangan bagiku “ Tegas Selly.

Padahal, Deva hendak di jodohkan dengan seorang wanita bernama Nindy, pilihan Ibunya. Akan tetapi, Deva benar - benar sudah cinta mati dengan Selly dan menjalin hubungan gelap dengannya. Lantas, bagaimanakah kelanjutan hubungan antara ketiganya ? Akankah Deva akan selamanya menjalin hubungan gelap dengan Selly ? atau dia akan lebih memilih Nindy ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vitra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lamaran Dalam Bayang

Rendi dan Fani sedang mencoba menganalisis dari hasil bidikannya kemarin. Mereka mulai memecahkan teka-teki yang belum terjawab. Mulai dari laki-laki misterius yang memeluk mesra Selly hingga barang-barang pemberian Kevin yang disimpan di mobil kemudian kembali dibawa masuk ke atas ruang apartemen Selly.

"Sepertinya, yang harus kita pecahkan masalahnya adalah siapa laki-laki ini," ucap Fani sambil menunjuk ke arah foto laki-laki yang belum mereka ketahui identitasnya.

"Iya, benar. Kita harus mencari tahu siapa lelaki ini," jawab Rendi sambil memandangi foto Deva dengan tatapan serius.

Mereka memandangi nomor plat mobil laki-laki misterius dari foto tersebut. Untungnya, plat nomor terpampang cukup jelas. Rendi segera mencatatnya ke dalam buku catatannya yang sudah mulai penuh dengan coretan dan petunjuk.

"Aku harus segera menemui Anton di kantor polisi," ucap Rendi sambil menyelipkan buku catatan itu ke dalam tasnya.

Fani ikut beranjak dari kursinya.

"Kamu di sini aja. Aku nggak apa-apa menemui Anton sendirian," tegur Rendi.

"Nggak, aku harus ikut kamu. Yang penasaran siapa laki-laki misterius itu bukan hanya kamu, Ren," Fani bersikukuh.

"Ah... okelah. Mau bagaimana lagi kalau kamu bersikeras tetap mau ikut," kata Rendi akhirnya menyerah.

Mereka pun melaju menuju kantor polisi. Selama perjalanan, Fani sesekali memandangi layar kamera untuk memastikan tidak ada detail yang terlewat dari foto yang mereka miliki.

Kurang lebih tiga puluh menit kemudian, mereka sudah sampai di kantor polisi. Kebetulan Anton sedang berada di ruang depan. Rendi dan Fani segera menghampirinya.

"Hei, kenapa kamu ke sini nggak memberi kabar terlebih dulu?" tanya Anton berbisik.

Rendi mendekatkan bibirnya ke telinga Anton. "Biasa... mau minta tolong seperti biasanya," bisiknya.

Anton melirik ke kiri dan kanan, lalu mengangguk singkat. "Ikut aku, jangan bicara di sini," katanya cepat.

Mereka bertiga pindah ke area belakang kantor, tempat yang lebih sepi dan jauh dari pendengaran umum.

"Mau minta bantuan apa kamu, Ren? Lain kali kabar-kabar dulu lah. Untung aku pas di kantor," tegur Anton.

Fani menyela, "Dia nih, tadi keburu-buru."

"Kamu juga tadi semangat banget waktu tahu aku akan ketemu Anton," balas Rendi cepat.

Anton tertawa kecil. "Udah, kalian kayak anak kecil aja. Bilang, butuh bantuin apa?"

Rendi menyerahkan buku catatan kecilnya bersama foto plat mobil. "Bisa minta tolong cek nomor plat mobil ini?"

Anton menerima dan memandangi foto itu dengan saksama. Matanya menyipit, lalu membesarkan layar ponselnya untuk melihat detail lebih jelas.

"Kamu sekarang lagi menyelidiki apa?" tanya Anton curiga.

"Kasus perselingkuhan yang rumit," jawab Rendi singkat.

"Perselingkuhan siapa? Nggak mungkin orang biasa, pasti bukan sembarangan," gumam Anton.

“Sssttt,” Fani menempelkan jari telunjuknya di bibirnya. Ia menegur Anton agar tidak mengeraskan suara.

Anton ikut menurunkan suara dan mendekat. “Siapa?”

Fani menjawab lirih, “Kevin. Anaknya Pak William.”

Anton terkejut. Bola matanya membesar, bahkan ia sempat menghela napas pendek. "Gila... padahal di depan kamera dia kelihatan harmonis sama istrinya. Jadi, plat ini... mobil selingkuhannya?"

"Kalau aku ceritain, mungkin bisa sampai pagi," kata Rendi. "Intinya, aku dan Fani lagi cari tahu hubungan laki-laki misterius ini dengan simpanannya Kevin."

Anton terdiam sejenak, lalu mengangguk.

"Sepertinya kasus ini lebih rumit dari yang kamu kira. Tapi oke, kirimkan fotonya ke aku juga. Aku akan cek lewat sistem. Tapi butuh waktu, aku nggak bisa sembarangan akses."

“Tenang, kami sabar. Yang penting, dapat jawaban,” ucap Fani.

Anton memandangi foto plat nomor itu sekali lagi. Tatapannya sedikit berubah seolah ia menyimpan sesuatu. Tapi sebelum Rendi sempat bertanya, Anton sudah berkata, “Nanti aku kabari kalau datanya udah keluar.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Seriusan kamu, Nin? Deva semalam melamarmu?" tanya Bu Narmi dengan ekspresi senang.

Nindy mengangkat tangannya dan menunjukkan cincin yang terpasang di jari manisnya kepada Pak Danu dan Bu Narmi.

Tiba-tiba, Pak Danu menangis terharu. Air matanya menggenang di sudut kedua bola matanya. Hidungnya ikut memerah. Kedua tangannya mengusap air mata yang hampir terjatuh membasahi pipinya.

"Ayah... jangan menangis. Nanti aku ikutan sedih," ujar Nindy mencoba menenangkan Pak Danu.

Dengan suara bergetar, Pak Danu berkata, "Maafkan Ayah, Nin. Ayah memang cengeng kalau soal anak." Ucap Pak Danu.

Bu Narmi menimpali, "Sudah, Pak. Jangan nangis. Ini Nindy baru dilamar secara pribadi, Bapak sudah menangis begini. Besok kalau Nindy menikah dengan Deva, bisa-bisa banjir, Pak," kata Bu Narmi berseloroh mencoba mencairkan suasana. Padahal, di dalam hatinya dia juga menahan tangis harunya. Setiap orang tua pasti akan menangis terharu saat anaknya bertemu dengan pasangan terbaiknya. Rasanya seperti impian yang perlahan menjadi nyata di depan mata mereka.

"Apakah Deva sudah menyampaikan kepada ibunya, Nin?" tanya Bu Narmi.

Nindy langsung menganggukkan kepalanya.

"Iya, sudah, Bun. Kemarin, bahkan selama perjalanan pulang, Deva mengatakan bahwa ia sudah berdiskusi dengan ibunya, perihal dia yang ingin melamarku secara pribadi," jelas Nindy.

"Kalau begitu, besok Ayah dan Bu Lastri akan berdiskusi untuk menentukan kapan akan melanjutkan ke acara lamaran resmi kalian berdua," ucap Pak Danu dengan antusias.

"Iya, Pak. Lebih cepat, lebih baik," timpal Bu Narmi.

Nindy mendengarnya dengan rasa bahagia. Pada akhirnya, ia berada di tahap akan melakukan proses lamaran dengan laki-laki yang ia sukai sejak pandangan pertama. Tinggal selangkah lagi, ia akan menjadi istri Deva.

Luka-luka di masa lalunya, ia yang selalu didekati oleh banyak lelaki hanya karena sekadar penasaran, setelah beberapa kali merasa patah hati. Kini, tinggal selangkah lagi, ia akan merasakan kebahagiaannya. Semuanya terasa seperti mimpi indah yang selama ini hanya bisa ia bayangkan diam-diam.

Namun, sayangnya, kebahagiaan yang kini dirasakan oleh Nindy adalah kebahagiaan yang semu. Ia benar-benar tidak mengetahui luka yang akan datang kepadanya.

"Nin, gimana perasaanmu sekarang? Sudah lega?" tanya Bu Narmi.

"Maksudnya, lega bagaimana, Bun?" Nindy tidak paham dengan pertanyaan dari Bu Narmi.

"Maaf, Bunda bertanya dengan bahasa yang ambigu. Maksud Bunda, sekarang akhirnya ada laki-laki yang memberikan kepastian kepadamu. Apakah kamu merasa lega karena akhirnya dipertemukan dengan laki-laki yang memberikan kepastian kepadamu?" Bu Narmi membenarkan pertanyaan tadi.

Nindy tersenyum, sorot matanya menggambarkan rasa bahagia di hatinya.

"Bukan lega sih, Bun, yang aku rasakan. Tapi, lebih ke bersyukur. Mungkin, di waktu lalu aku selalu dipertemukan dengan laki-laki yang salah, karena Allah ingin memberikan seorang laki-laki yang terbaik untukku. Deva," jawab Nindy dengan perasaan sangat bahagia. Akhirnya, waktu sudah menjawab penantiannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!