Terpaksa Kembali

Rindu spontan menutup mulut Lea dengan tangan dan meminta maaf pada Wilona. Sementara Wilona tampak membeku setelah mendengar salam perkenalan yang sangat mengejutkan itu.

“Lea kok ngomong gitu!” Rindu menatap mata putrinya dan mencoba menjelaskan bahwa yang dikatakan Lea tadi kurang sopan. “Kata-kata Lea bikin hatinya Tante Wilona sakit loh. Lea jangan bicara kayak gitu lagi ya!”

“Maaf ya, Ibu. Lea cuma takut kalau Ayah pergi lagi nanti sama Tante itu! Lea kan baru ketemu Ayah, Bu!”

Leon ikut mendekat dan mengusap kepala Lea dari belakang. “Lea tetap jadi anaknya ayah kok. Ayah nggak akan tinggalin Lea, ayah janji!”

Lea baru bisa tenang sekarang. Dia mengangkat tangan ke arah Wilona dan berkata, “Maafin Lea, Tante!”

Karena Wilona mencintai Leon, gadis itu pun tidak ambil pusing dengan ucapan Lea tadi dan memaafkannya. “Nggak apa-apa, Sayang. Tante nggak akan ambil ayahnya Lea kok. Nanti, kalau tante udah nikah sama Ayah, kamu mau panggil Mommy ya!”

“Lea nanti punya dua ibu. Tante Wilona juga baik kok, seperti Ibu Rindu!” sahut Dera.

“Tapi Ayah sama Ibu nggak bisa tinggal satu rumah ya, Lea nggak bisa ketemu Ayah tiap hari berarti!”

“Lea!”

“Maaf, Ibu!”

Obrolan mereka jadi canggung lagi sekarang. Rindu berulang kali meminta maaf pada Leon dan Wilona atas ucapan Lea yang di luar kendalinya.

Pagi itu, Leon mendapat kabar dari Valen kalau di rumah sakit tempatnya bekerja, ada seorang dokter senior yang sangat yakin bisa menyembuhkan Lea. Namun, mereka harus ke sana untuk menjalani tindakan karena dokter itu hanya mau bekerja di rumah sakit itu.

Sebanyak apa pun uang yang dimiliki Leon saat ini, dia tidak bisa mendatangkan dokter itu. Namun, harapan Lea untuk sembuh semakin tinggi kalau dia dibawa ke sana.

“Rindu, pengobatan Lea nggak cukup satu atau dua bulan saja. Kalau kamu mau bawa Lea ke sana, aku akan fasilitasi semunya. Kamu nggak udah khawatir, karena aku akan ikut dampingi Lea untuk semua jadwal pengobatannya.”

Rindu mengangguk pasrah. Yang penting sekarang adalah kesembuhan Lea.

Leon meninggalkan rumah sakit bersama Wilona. Dia mengantarkan tunangannya itu karena Leon juga harus membicarakan masalah Lea pada orang tua Wilona.

“Jadi kamu mau gimana, Kak? Apa pernikahan kita bakal tunda?” tanya Wilona saat mobil mulai meninggalkan rumah sakit.

Leon menarik napas berat. Walau bagaimanapun, dia sudah terlanjur merencanakan pernikahan yang seharusnya terjadi bulan depan. Namun, kesehatan Milea jauh lebih penting daripada pernikahan itu.

“Aku sebenarnya pengen lihat Milea sembuh dan berbahagia di hari pernikahan kita. Nggak kebayang kalau kita nikah, terus Lea duduk di kursi roda. Dan semua orang malah menatapnya kasihan,” jawab Leon. “Menurut kamu gimana?”

Wilona juga memikirkan hal yang sama. Dia juga ingin Lea sembuh dan tidak menjadi penghalang pernikahannya. Kalau sampai terjadi sesuatu pada gadis kecil itu di hari pernikahannya, pasti semuanya akan kacau.

Gadis cantik itu menundukkan kepala dan menjawab, “Kita tunda aja!”

Leon jadi tersentuh dan merasa bersalah dengan jawaban Wilona. Hal itu membuat mereka sama-sama diam dan canggung selama menuju rumah orang tua Wilona.

Begitu sampai, Wilona langsung mencari kedua orang tuanya untuk bertemu Leon dan mereka pun mulai bicara serius.

“Om, Tante. Sebelumnya saya minta maaf. Kemarin, mantan skretaris saya kembali dan ternyata kami punya anak dari kesalahan masa lalu. Anak kami, sakit leukemia dan karena masalah ini, saya dan Wilona memutuskan untuk menunda pernikahan kami,” jelas Leon dengan tegas.

Kedua orang tua Wilona tampak sangat syok mendengar pengakuan langsung dari calon menantu mereka itu. Bisa-bisanya mereka menerima dua kabar kurang mengenakkan sekaligus dalam satu waktu.

“Apa? Anak? Maksudnya anak di luar nikah?” Mata ayah Wilona melotot tidak terima dengan berita tentang calon menantunya itu.

Walaupun Leon dari keluarga yang kaya raya, tetapi sebagai orang tua tetap saja orang tua Wilona punya harga diri. Mana bisa mereka terima putrinya disakiti seperti ini?

***

Ada yg nunggu undangan kah? 🤭🤭