Kau Curi Suamiku, Ku Curi Suamimu

Rio menyaksikan Niken bersama dengan Hans, siapa yang tidak kenal Hans? Pria tampan yang mempesona, kaya raya, apa pun dia miliki, sayangnya disia-siakan oleh istrinya. Rio baru saja datang, ia janjian dengan temannya di cafe yang kebetulan ia datangi adalah cafe milik Niken. Rio tidak menyangka Niken sedekat itu dengan Hans.

“Mereka saling bertukar pasangan? Aku kira Mbak Niken masih nyaman sendiri? Ternyata dia malah dengan Om Hans. Mana mungkin aku mendekatinya? Padahal aku ingin berencana malam minggu ini ingin mengajak jalan dia?” gumama Rio.

Namun, sudahlah memang Rio ditakdirkan tidak boleh dekat dengan Niken. Dulu naksir Niken, baru dekat sebentar, ternyata Niken pacar dari Reyfan, yang tak lain sepupunya. Sekarang sudah janda, malah dekat sama  Hans, mantan suami dari selingkuhan Reyfan. Jelas Rio gak berani dekati Niken, karena pasti Niken akan memilih Hans.

Sedangkan di tempat lain, Dewa sebetulnya dari tadi sudah berada di cafe Niken, ia berada di ruang VVIP karena sedang meeting dengan klien, saat akan keluar selesai meeting ia melihat keributan di depan, yang tak lain Reyfan bersama mamanya, dan Niken bersama Papanya. Dewa akhirnya kembali lagi ke dalam, tidak berani keluar biar mereka menyelesaikan urusannya.

Dewa terpaksa menunggu papanya pulang, tidak ingin dia bertemu papanya, apalagi papanya sedang dengan Niken.

“Ternyata Doa Ratu dan Putri terkabul, mereka malah sudah saling dekat, dan saling kenal. Tidak mungkin aku maju, tidak mungkin aku menyakiti papa yang sepertinya sangat menyayangi Tante Niken. Kenapa sih perasaan ini bisa muncul? Kenapa harus Tante Niken yang aku sukai? Banyak perempuan di luar sana, Dewa! Kenapa harus Niken!” batin Dewa bergelut.

Sesak, sakit, perih, itu yang sedang Dewa rasakan saat ini. Kalau bukan karena adiknya, dia tidak mau menjodohkan papanya dengan Niken, akan tetapi Ratu sangat memohon pada Dewa, untuk membujuk papanya agar mau menikahi Niken. Entah kenapa Ratu sangat ingin papanya menikah dengan Niken.

Apa pun yang membuat kedua adiknya bahagia, Dewa akan lakukan, meski harus mengorbankan perasaannya. Baru pertama kali merasakan jatuh cinta pada wanita, ternyata perempuan yang ia cintai malah dekat dengan papanya.

**

Ratu kegirangan direct message nya dibalas oleh Niken. Ia melancarkan niatnya untuk bertemu dengan Niken dengan alasan dia menyukai cerita yang Niken tulis, dan dia juga sudah follow akun Niken di aplikasi novel. Padahal sebetulnya Niken tidak terlalu suka membaca Novel, karena ingin PDKT dengan Niken, dan merayu Niken untuk menjadi istri papanya, ia harus ikuti keseharian Niken menulis di aplikasi kepenulisan.

[Tante, kapan-kapan ketemu, yuk?]

[Ketemu?]

[Hu’um, pengin ketemu tante, pengin kenal sama tante. Sesekali lah meet-up dengan penulis yang terkenal?]

[Kamu bisa saja, Ratu. Ya sudah atur jadwal saja, kamu mau ketemu kapan?]

[Oke, kalau weekend ya, Tante?]

[Baiklah, sudah malam, istirahat dulu sana.]

[Siap, Tante!]

Ratu kegirangan mendapat respon baik dan hangat dari Niken. Ia ingin segera bertemu dan bisa akrab dengan Niken, lalu menjalankan misinya untuk mendekatkan Niken dengan Papanya.

Sedangkan Niken, dia bingung sendiri kenapa tiba-tiba anak-anak Hans jadi baik padanya, ramah juga, sampai menyapanya di jejaring sosialnya. Kemarin Dewa, sampai membelikan di tas, juga sering mengajak makan siang kalau ketemu mendadak di luar. Sekarang Ratu, tiba-tiba kirim pesan pribadi di akun sosial medianya, juga baca novel-novelnya. Satu lagi yang bikin Niken sedikit heran, Ratu mengajak ketemu dengannya.

**

Reyfan duduk di depan ibu dan bapaknya. Ia sedang ditanya bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Zahra, dan menanyakan bagaimana keadaan bengkelnnya.

“Semua orang sudah tahu hubungan kalian berdua, lebih baik kalian segera menikah!” ucap Bapak dari Reyfan.

“Saya belum siap, Pak.”

“Laki-laki macam apa kamu? Berani berbuat, tidak berani bertanggung jawab!”

“Apa yang perlu dipersiapkan lagi, Rey? Kalian berdua sama-sama statusnya, dan sudah memiliki segalanya, usahamu juga sudah berkembang, Zahra juga punya usaha! Ingat, satu kampung sudah tahu semua kelakuan kalian, untuk apa kalian menunda-nunda menikah!” ucap Ibunya Reyfan.

“Aku masih belum bisa melupakan Niken, Bu. Kenapa aku jengkel sekali dia tadi pergi dengan laki-laki lain?”

“Laki-laki tolol! Membuang sampah, tapi menyesal! Kau akan memungut sampah yang sudah kau buang itu?” geram bapaknya Reyfan.

“Gak tahu, Pak, tolong jangan bahas ini dulu!”

Reyfan pergi, pulang meninggalkan rumah orang tuanya. Dia malah ke rumah Zahra, karena ia tahu Zahra di rumah sendirian. Hampir setiap malam Rey tidur di rumah Zahra. Ia jarang pulang ke rumahnya, kalau tidak tidur di rumah Zahra, dia tidur di rumah yang ada di bengkelnya, atau di rumah orang tuanya.

Reyfan tidak bisa menahan rindunya dengan Niken, jika pulang ke rumahnya yang dulu ditempati oleh Niken dan dirinya. Kenangan indah dulu selalu muncul jika Reyfan berada di sana. Menyesal, itu hal yang pasti, yang saat ini Reyfan rasakan. Bahkan akan terus menyesal sepanjang hidupnya karena sudah melepaskan Niken.

Baru saja masuk ke dalam rumah Zahra, Reyfan kembali keluar sebelum dilihat oleh Zahra. Ia meminjam sepeda motor adiknya, lalu ia pergi menggunakan motor tersebut untuk  menemui Niken. Ia masih tidak terima Niken dengan Hans. Ia tidak mau Niken dimiliki oleh laki-laki lain. Serakah bukan? Ia sudah memiliki Zahra, malah ingin memiliki Niken lagi yang sudah ia buang sebatang kara,  tanpa membawa apa pun dari rumahnya.

Reyfan sampai di rumah Niken. Rumah yang minimalis, namun sangat tenang dan nyaman kelihatannya. Reyfan memberanikan diri menekan bel rumah tersebut. Malam-malam seperti ini, Niken jarang didatangi tamu, kecuali jika Indah akan ke rumahnya, dan tentunya Indah akan mengabarinya dulu jika mau ke rumahnya.

“Sudah jam sepuluh malam, siapa yang bertamu jam segini?” batin Niken.

Niken ke depan, ia membuka tirai jendelanya, melihat siapa yang datang malam-malam seperti ini.

“Mas Rey? Mau apa dia ke sini?” ucap Niken.

Niken tidak mau membuka pintunya. Sudah malam untuk apa masih menerima tamu, apalagi tamu laki-laki. Dia seorang janda, tidak baik menerima tamu malam-malam apalagi sudah malam seperti ini.

Niken mengambil ponselnya, lalu mengirim pesan pada Reyfan, menyuruhnya untuk pulang saja, jika ada kepentingan besok lagi.

[Gak bisa, Nik! Aku pengin ketemu kamu sekarang!]

[Maaf, tidak bisa mas! Ini sudah jam sepuluh malam, besok pagi saja. Gak baik perempuan yang statusnya janda menerima tamu laki-laki malam hari. Apa kata tetangga?]

[Kayak sama siapa sih, Nik?]

[Kamu itu bukan siapa-siapa aku lagi, Rey!]

[Lalu yang jadi siapanya kamu sekarang siapa? Hans?!]

[Ya! Kenapa?]

Niken yang geram akhirnya dia menelefon satpam yang sedang jaga di pos untuk mengusir Reyfan. Bisa-bisanya Reyfan menganggap sepele adab bertamu di rumah orang, apalagi di rumah seorang janda.