Angel hidup dengan dendam yang membara. Kakaknya ditemukan tewas mengenaskan, dan semua bukti mengarah pada satu nama
Daren Arsenio, pria berbahaya yang juga merupakan saudara tiri dari Ken, kekasih Angel yang begitu mencintainya.
bagaimana jadinya jika ternyata Pembunuh kakaknya bukan Daren, melainkan Pria yang selama ini diam-diam terobsesi padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kesal
Angel melangkah keluar dari ruang CEO dengan napas teratur, meski jantungnya berdebar dengan kencang.
"sialan.. CEO kejam, cuman telat beberapa menit aja jadi masalah besar. jika bukan karena balas dendam ia tidak akan sudi bekerja di bwah pimpinan pria tembok itu. " Angel bergumam dalam hati, merutuki Daren yang bersikap terlalu kejam.
Ia berjalan menuju meja sekretaris barunya dan mulai menata barang-barangnya laptop, pena, agenda, buku catatan kecil dan ID card yang baru diberikan Adrian tadi pagi. Di mejanya tumpukan dokumen sudah menggunung menunggu untuk di selesaikan. Angel menghela nalas berat, ini adalah pengalaman pertama dia bekerja, dan pengalaman terberat di dalam hidupnya.
"sepertinya dia mau menyiksaku hidup-hidup dengan tumpukan kertas ini. " angel berbisik dengan prlan, menatap nanar puluhan dokumen itu. Selama ini ia menikmati hidupnya hanya dengan jalan-jalan, berbelanja dan tidur di apartemen atau bertemu dengan temannya. semua kebutuhannya di tanggung oleh Ken.
Belum lima menit ia duduk di kursinya, para staf eksekutif yang berada di lantas yang sama mulai memperhatikan dan membicarakan angel.
Urusan kantor yang biasanya sibuk tiba-tiba melambat.
Beberapa pria di area kerja luar berusaha mencuri pandang, bahkan yang biasanya fokus dengan layar komputernya mendadak sering berdehem untuk mencari perhatian.
Angel hanya diam tidak mempedulikan bisik-bisik di belakang dirinya. pekerjaanya saat ini sudahlah sangat banyak ia tidak mau mengurusi hal-hal yang menurutnya tidak penting. selama mereka tidak merugikan dirinya tohh biarkan saja.
“Gila… itu sekretaris baru CEO?”
“Cakep banget sumpah, kayak model.”
" kebetulan bisa sekalian cuci mata kalo lagi mumet sama kertas. "
“Gue bilang ya… kita di lantai paling hoki sekarang. seengganya ada obat penenang setelah liat wajah sepet si bos.”
Angel hanya lura-pura tidak mendengar, padahal ia tahu persis betapa banyak mata menelusuri wajah dan tubuhnya. Ia tidak peduli justru ini adalah yang ia mau.
Semakin banyak yang memperhatikan, semakin besar peluang informasinya masuk ke telinga… Daren.
Sementara itu, dari sisi lain, beberapa staf perempuan mulai berbisik dengan nada tidak suka.
“Astaga… itu baju kerja apa dress club malam?”
“Pantesan diterima. Pasti pakai wajah cantiknya sama body nya itu buat… ya begitu.”
“Kalau udah cantik, semuanya gampang.”
“gue rasa itu cewek udah tidur seranjang sama CEO kita"
bahkan mereka terang-terangan menatap Angel dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan ketus dan sinis, seolah Angel pencuri perhatian yang tidak punya tempat di kantor profesional.
Angel hanya menahan senyum kecil.
Wanita-wanita iri seperti itu akan selalu ada dan ia sudah siap mendengar ocehan dari mulut berbisa mereka.
Tak lama, Adrian muncul membawa beberapa berkas di tangannya
“Angel, ini jadwal meeting Tuan Daren hari ini,” ucapnya sambil meletakkan berkas di meja. Angel meliriknya dengan enggan. dengan malas malasan Angel mengambil berkas itu dan tersenyum sopan pada Adrian.
“Terima kasih. Mulai sekarang saya akan mengurus semuanya.”
Tatapan Adrian sedikit canggung ia masih tidak terbiasa dengan versi Angel yang dingin. “oke. jangan ulangi lagi keslaahanmu.” ucap Adrian dengan nada yang sama datarnya. mereka hrus profesional disini.
“Aku tidak mengulang kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.,” jawab Angel datar.
Angel membuka laptop, mulai mengetik, mengatur jadwal, dan memeriksa email penting dari tim eksekutif. Gerakannya cepat, rapi, dan profesional seolah memang sudah berpengalaman padahal janganlah berpengalaman memegang laptop saja ia bisa dihitung jari karena malasnya.
“Kirain cuma modal tampang doang.” ucap salah seorang dari mereka dengan suara yang keras
Angel melirik mereka sekilas, memberikan senyum tipis yang membuat beberapa pria yang melihat langsung salah tingkah.
Dengan perlahan, Angel menyilangkan kaki dan mulai bekerja lebih intens, seolah memperlihatkan kepada seluruh kantor bahwa dia bekerja di sini bukan karena wajah atau tubuhnya melainkan karena kecerdasan dan kegigihannya.
“Lihatlah baik-baik Tuan Daren de Castelo. aku yang akan mengguncang tempat ini.” Gumamnya dengan lirih.
Telepon di mejanya berdering, angel diam beberapa detik menatap telepon itu, untuk apa Dsren menghubunginya bahkan dia baru mendudukan diri di kursi belum ada sampai setengah jam.
"mau apa lagi laki laki brengsek ini? " gumamnya setengah berbisik.
Angel mengangkat telepon itu, menarik napas dengan rakus sebelum mendengar ocehan sinis dari atasannya.
"Iya Tuan Daren? " Ucap Angel dengan suara lembutnya. ia tersenyum meskipun Daren tidak melihat.
"Datang keruangan ku! sekarang! " Suara Daren di sebrang sana terdengar dingin. Tanpa sempat angel berbicara kembali sambungan telepon sudah terputus.
"Dasar bos arogan! sialan. Daren brengsek! " segala sumpah serapah angel keluarkan dalam hatinya. Belum ada satu jam dia menginjakan kaki di sini tapi rasanya seperti sudah di jajah oleh tentara Belanda selama bertahun-tahun.
Ia salut pada Adrian dan staff lainnya, sepertinya mental mereka adalah mental Baja, tahan dengan sifat Daren yang kejam tidak berperasaan.
Dengan tenang angel mengetuk pintu ruangan Daren.
"Masuk! " setelah mendengar perintah itu, tangannya terulur membuka knop pintu. cklekkk.
Buku judulnya meremang setelah melangkah memasuki ruangan CEO. Ruangannya seolah mengikuti hawa sang pemilik yang sedingin es.
Angel sedikit bergidig, di sana Daren sedang duduk di kursinya, memeriksa tumpukan berkas.
"ada apa tuan memanggil saya? " Tanya Angel dengan sopan. badannya ia bungkukan sedikit sebagai tanda hormat.
Daren mendongak, mata tajamnya sedikit terpaku melihat senyum Angel, namun hanya bertahan beberapa detik.
Daren mengalihkan pandangannya , lalu menghilang berkas berwarna merah.
brakk.. berkas itu di lempar Daren dengan keras di atas meja membuat angel sedikit berjengkit karena kaget.
"Berikan berkas ini pada General Manager! Pastikan dia memeriksanya dengan benar! "
Angel tersenyum, buru- buru menghilang berkat itu, ia ingin segera menghilang dari ruangan ceo sebelum kekesalannya memuncak.
"Baik tuan. saya permisi. " Baru beberapa langkah angel berjalan Daren sudah kembali memanggilnya.
"Angel! "
"ckkk" dalam hati angel berdecak kecal namun wajahnya masih tersenyum.
Angel membalikan tubuhnya. "ya tuan? "
"Buatkan saya kopi hitam! " titahnya dengan dingin.
"Baik tuan ada lagi? "
Daren menggeleng lalu membuat gerakan tangan seolah mengusir angel dari sana.
Angel berbalik senyum yang tadi terpasang di wajahnya kini menghilanh, raut wajah cantik itu berubah menjadi datar.
"Terima kasih telah memberi ku kesempatan untuk memberimu racun tuan Daren . " Angel tersenyum miring