NovelToon NovelToon
MY FORBIDDEN EX-BOYFRIEND

MY FORBIDDEN EX-BOYFRIEND

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah dengan Musuhku / Cinta Terlarang / Murid Genius / Romansa / Fantasi Wanita / Enemy to Lovers
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: NonaLebah

Jessy Sadewo memiliki segalanya: kecantikan mematikan, kekayaan berlimpah, dan nama yang ditakuti di kampus. Tapi satu hal yang tak bisa dia beli: Rayyan Albar. Pria jenius berotak encer dan berwajah sempurna itu membencinya. Bagi Rayyan, Jessy hanyalah perempuan sombong.

Namun, penolakan Rayyan justru menjadi bahan bakar obsesi Jessy. Dia mengejarnya tanpa malu, menggunakan kekuasaan, uang, dan segala daya pesonanya.

My Forbidden Ex-Boyfriend adalah kisah tentang cinta yang lahir dari kebencian, gairah yang tumbuh di tengah luka, dan pengorbanan yang harus dibayar mahal. Sebuah roman panas antara dua dunia yang bertolak belakang, di mana sentuhan bisa menyakitkan, ciuman bisa menjadi racun, dan cinta yang terlarang mungkin adalah satu-satunya hal yang mampu menyembuhkan — atau justru menghancurkan — mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonaLebah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26

Pintu rumah sederhana itu seolah berguncang oleh amarah Maryam. Suasana di dalamnya panas, dipenuhi oleh emosi yang meledak-ledak.

"Jawab Ibu! Kamu punya hubungan apa sama perempuan itu!" suara Maryam melengking, memecah kesunyian ruang tamu yang sempit. Setiap kata seperti cambuk yang menghujam udara.

Rayyan berdiri membeku di tengah ruangan, tubuhnya yang biasanya tegap kini terlihat menyusut di hadapan kemarahan ibunya. Dia bisa merasakan setiap gelombang kemarahan, kekecewaan, dan rasa sakit yang memancar dari wanita itu. Tangannya mengepal di samping tubuh, kukunya menghunjam dalam ke telapak tangan.

"Kamu liat sendiri kan waktu perempuan itu nabrak toko roti Ibu?!" teriak Maryam, air matanya mulai meluap, mengalir di pipinya yang berkeriput. "Kamu liat sendiri kan gimana dia ngetawain Ibu yang jatuh ketakutan?!" Suaranya pecah, mengenang kembali momen penghinaan itu. "Kamu liat sendiri kan gimana dia ngelempar uangnya seakan Ibu cuma binatang yang nggak punya perasaan!"

Amarah Maryam mencapai puncaknya. Tangisnya pecah, tak terbendung lagi. Tubuhnya yang renta gemetar hebat.

Rayyan merasa dadanya sesak, tak mampu bernapas. "Rayyan minta maaf, Bu," ucapnya, suaranya pelan dan penuh penyesalan, nyaris seperti bisikan.

"Jadi bener kamu punya hubungan sama perempuan itu?!" Maryam mendekat, matanya yang merah menatapnya tajam. "Sejak kapan, Yan?"

Rayyan diam membatu. Melihat wajah ibunya yang terluka dan penuh air mata membuat lidahnya terasa kaku. Dia tak sanggup mengucapkan kebenaran yang akan semakin menyakiti hati wanita yang telah membesarkannya ini.

"Jawab Ibu!" seru Maryam sekali lagi, suaranya penuh keputusasaan.

"Sudah... 7 bulan ini, Bu," jawab Rayyan akhirnya, suaranya serak. Pengakuan itu terasa seperti menggorok lehernya sendiri.

"7 bulan, Yan?" Maryam terkesiap, wajahnya pucat. "7 bulan kamu bohongi Ibu." Isakannya semakin menjadi, tubuhnya limbung. Rasa dikhianati oleh anak satu-satunya menusuk lebih dalam daripada segala penghinaan Jessy.

"Maaf, Bu..." Rayyan tertunduk, tak sanggup menatap mata ibunya.

"Jauhi perempuan itu," desis Maryam, suaranya tiba-tiba datar namun penuh ketegasan. "Ibu nggak sudi liat anak Ibu satu-satunya harus hidup sama perempuan nggak beradab seperti dia."

"Tapi Bu, Jessy udah banyak berubah," bela Rayyan, mencoba mempertahankan cintanya, meski suaranya lemah.

"Berubah kata kamu?" sergah Maryam, sinis. "Apa dia tadi minta maaf ke Ibu?"

Rayyan menelan ludah. "Mungkin dia nggak inget wajah Ibu," jawabnya, berusaha mencari pembenaran.

"Itu artinya dia sering berbuat onar ke banyak orang sampai dia lupa siapa aja yang udah dia sakiti!" seru Maryam, tepat mengenai sasaran. Dan memang, begitulah kenyataannya. Dulu, Jessy adalah pembuat onar, seorang perundung. Entah berapa banyak lagi kenangan buruk dan orang-orang yang telah disakiti Jessy di masa lalu yang tidak diketahui oleh Rayyan.

---

Di kamarnya yang mewah, Jessy terisak sendirian. Beberapa hari telah berlalu sejak insiden wisuda. Ponselnya penuh dengan panggilan tak terjawab dan pesan yang tak dibalas Rayyan. Kepalanya penuh tanya.

Kenapa ibunya Rayyan marah sama gue? Gue salah apa? batinnya, kebingungan. Dia benar-benar tidak mengingat wajah Maryam. Mungkin karena terlalu banyak masalah yang sering dia perbuat dulu, dan uang sang ayah yang selalu menjadi solusi instan, menghapus segala konsekuensi tanpa perlu ada penyesalan yang dalam.

Hari-hari berlalu tanpa kabar dari Rayyan. Rasa sedih berubah menjadi kecemasan, lalu kepanikan. Ponsel Rayyan kini bahkan tidak dapat dihubungi, dan semua pesannya tidak terkirim—tanda bahwa dia telah diblokir. Kepedihan itu terasa seperti pisau yang mengiris hatinya setiap saat.

Hingga suatu pagi di kampus, Jessy yang terlambat kelas berlari menuju ruang kuliahnya. Di koridor yang sama di mana mereka pertama kali bertemu, takdir mempertemukan mereka sekali lagi.

Bruuuk!

Tubuhnya yang ringan menabrak keras sesuatu—atau seseorang—yang solid. Jessy hampir terjatuh, tapi sepasang tangan yang kuat dengan reflek menahan lengannya, menahannya agar tidak jatuh.

Saat dia mendongak, napasnya tersangkut. Di hadapannya berdiri Rayyan. Wajahnya yang tampan terlihat lebih tirus, ada bayang-bayang kelelahan dan kesedihan di matanya yang gelap. Dia memandanginya, diam, tatapannya tak terbaca, namun tangannya masih erat menggenggam lengan Jessy.

"Rayyan..." panggil Jessy, suaranya pelan, bergetar, penuh dengan kerinduan dan pertanyaan yang tak terucap. Di koridor yang ramai itu, seolah hanya ada mereka berdua, terpisah oleh kesalahpahaman, luka, dan sebuah rahasia yang belum terungkap.

***

Bangku taman kampus terasa dingin meski matahari pagi mulai hangat. Mereka duduk bersebelahan, tapi seolah ada jurang tak terlihat yang memisahkan mereka. Suasana sepi, hanya diiringi gemerisik daun dan kicau burung. Di depan mereka, danau kecil membentang tenang, memantulkan bayangan pepohonan dan langit biru yang ironisnya begitu damai.

"HP aku diambil Ibu, Jes," Rayyan akhirnya memecah keheningan, suaranya datar, menjawab semua pertanyaan yang membelenggu Jessy selama berhari-hari.

Jessy menatapnya, kebingungan masih jelas di matanya. "Terus kenapa Ibu kamu benci ke aku? Kita bahkan belum pernah ngobrol."

Rayyan memutar tubuhnya, menatap langsung ke mata Jessy yang jernih. "Kamu lupa pernah nabrak toko kue Ibu aku?"

Jessy tertegun. Kerutnya di dahi memperlihatkan usahanya yang sia-sia untuk mengingat. Kenangan itu telah tenggelam di antara begitu banyak kenangan buruk lainnya yang dianggapnya sepele.

"Kamu lupa pernah ngelempar uang ke Ibu aku saat dia menangis karena panik?" tambah Rayyan, suaranya mulai bergetar menahan emosi.

Jessy menggeleng pelan. Kosong. Dia benar-benar tidak ingat. Rasa bersalah yang seharusnya dia rasakan tidak datang, karena dia tidak memiliki memori itu. "Kalau gitu aku bakal minta maaf ke Ibu kamu sekarang," ujarnya, tulus, berusaha memperbaiki kesalahan yang bahkan tidak dia ingat.

Rayyan menggeleng, wajahnya muram. "Nggak bisa sekarang, Jes. Ibu aku masih kalut." Penolakan itu terasa seperti tamparan bagi Jessy.

Mendengar jawaban itu, rasa sakit mulai menggerogoti dada Jessy. "Terus kita gimana?" tanyanya, suaranya kecil, menahan isak yang ingin meledak.

Rayyan menunduk, menatap tangannya yang terkepal. "Aku nggak tau, Jes." Suaranya pecah. "Aku udah berusaha untuk jelasin semuanya soal kamu ke Ibu. Tapi Ibu tetap belum bisa terima." Bayangan wajah Maryam yang hancur dan penuh air mata menghantuinya.

"Kita masih bisa pelan-pelan jelasin dan tenangin Ibu kamu, kan? Ayo kita coba," bujuk Jessy, masih berpegangan pada seutas harapan, matanya berbinar dengan tekad.

Rayyan mengangkat kepalanya, menatap Jessy dengan lembut, tapi di baliknya ada keputusan yang pahit. "Sebelum perasaan kita semakin dalam dan semakin sulit," ucapnya, pelan namun tegas, "lebih baik kita berhenti sampai di sini, Jes."

Ucapan itu menggantung di udara, menusuk jantung Jessy.

Dia bergeleng, tak percaya. "Aku nggak mau!" bantahnya, isaknya mulai terdengar, getir.

"Liat aku, Jes," Rayyan membalas, suaranya bergetar. "Aku bahkan nggak setara sama kehidupan kamu." Itu adalah kebenaran yang selalu menghantuinya, jurang yang tak pernah bisa sepenuhnya dia jembatani.

"Sekarang kamu mau buang aku?" tanya Jessy, suaranya penuh kekecewaan dan luka yang dalam. "Itu alesan sebenarnya kenapa kamu nggak mau publikasi hubungan kita. Karena kamu tau Ibu kamu nggak suka sama aku!"

"Aku nggak buang kamu, Jes!" bantah Rayyan, tak terima disebut begitu.

"Terus kenapa kamu terima aku?!" tekan Jessy, air matanya mulai mengalir.

"Karena kamu terus maksa aku masuk ke kehidupan kamu!" seru Rayyan akhirnya, suaranya meledak, mengungkapkan beban yang selama ini dia pendam. Kebenaran itu keluar dengan kasar, tanpa filter.

Jessy tertegun. Dunia seolah runtuh. "Jadi... kamu terpaksa masuk ke kehidupan aku? Terpaksa nerima aku?" Dia tertawa getir, suaranya pahit. Air mata mengalir deras di pipinya yang cantik.

Dia berdiri, menatap Rayyan dengan tatapan yang berubah dari terluka menjadi dingin. "Aku Jessy Sadewo," ucapnya, suaranya tiba-tara tegas, mengais sisa-sisa harga dirinya yang tercabik. "Dan kamu bukan apa-apa buat aku!" hardiknya, menusuk tepat ke hati Rayyan. "Dan jangan pernah berpikir aku ngemis cinta sama kamu! Bener kata kamu. Kamu dan Ibu kamu nggak setara sama aku!"

Dengan langkah gemas dan hati yang hancur, Jessy berbalik dan berjalan pergi. Setiap langkahnya terasa berat, meninggalkan Rayyan yang terduduk lemah di bangku taman.

Danau itu masih tenang, menyaksikan dua hati yang terluka parah. Mereka berpisah bukan karena cinta telah pudar, tetapi karena cinta itu sendiri terlalu menyakitkan ketika dihadapkan pada realita yang pahit. Perpisahan saat hati masih saling mencintai adalah luka terdalam dan tersakit yang bisa dirasakan oleh siapa pun. Rayyan memandangi punggung Jessy yang semakin menjauh, dan untuk pertama kalinya, air mata dinginnya menetes, bercampur dengan rasa bersalah, cinta, dan kehilangan yang tak terperi.

***

Rayyan telah resmi bergabung di PT. Energi Dinamika Nusantara sebagai Junior Power System Engineer. Sebuah posisi prestisius bagi lulusan baru, yang biasanya diperebutkan oleh banyak orang. Ruang kerjanya adalah sebuah cubicle rapi di lantai 15 gedung perkantoran modern, dikelilingi oleh diagram sirkuit, laporan analisis, dan komputer dengan software simulasi yang rumit.

Sudah sebulan ini dia menyelam dalam dunia baru itu. Dari pagi hingga larut, pikirannya disibukkan oleh perhitungan kapasitas grid, optimisasi distribusi energi, dan meeting dengan klien. Dia menjadi karyawan teladan—selesai sebelum deadline, analisisnya tajam, solusinya inovatif. Tapi itu semua hanyalah tameng. Sebuah upaya putus asa untuk mengubur kenangan tentang seorang gadis bernama Jessy Sadewo.

Tapi melupakannya ternyata mustahil.

Lagu Arya Nata, "Semesta dalam Mimpi", yang video klipnya dibintangi Jessy, meledak di pasaran. Setiap radio di warung makan, setiap kafe, memutarnya. Dan dengan melambungnya lagu itu, wajah Jessy pun meroket ke puncak popularitas.

Beberapa iklan produk fashion dan kosmetik telah dibintanginya. Wajah Jessy yang memesona, dengan senyum sempurna dan tatapannya yang penuh percaya diri, kini menghiasi berbagai baliho raksasa di sudut-sudut Jakarta yang sibuk.

Ponsel Rayyan yang baru—hadiah dari gaji pertamanya—sering kali menampilkan iklan online dengan Jessy sebagai bintangnya. Setiap kali wajahnya muncul, jari Rayyan berhenti mengetik, dadanya terasa sesak. Dia akan menatap layar selama beberapa detik, sebelum akhirnya mematikan ponselnya dengan gerakan kasar.

Puncaknya adalah saat dia mengendarai motornya yang tua pulang dari kantor. Di sebuah persimpangan utama, terpampang baliho besar. Di sana, Jessy tersenyum, memakai gaun merah menyala, matanya seolah menatap langsung ke arahnya. Hujan rintik-rintik mulai membasahi jaketnya, tapi Rayyan tidak bergerak. Lampu lalu lintas sudah hijau, klakson mobil di belakangnya membunyikan suara nyaring.

"Aku kangen kamu, Jes," gumamnya, suaranya tenggelam oleh deru mesin dan klakson, sebelum akhirnya memacu motornya pergi, meninggalkan bayangan senyum Jessy yang semakin menghantuinya.

---

Di balik kemewahan rumah Sadewo, di dalam kamar yang serba pink dan penuh boneka mewah, ada seorang gadis yang hancur.

Sejak putus dengan Rayyan, Jessy seperti kehilangan cahaya. Kamarnya yang biasanya dipenuhi dengan tawa dan ocehan kini diselimuti kesunyian. Dia sering mengurung diri, menghabiskan hari-hari dengan berbaring di atas kasur balunya, menatap langit-langit tanpa ekspresi. Boneka-boneka mahalnya seolah menatapnya dengan tatapan kosong yang sama.

Suatu malam, Lina, sang ibu, menemukannya terisak-isak di lantai, pelukan erat pada bantal.

"Ibu Rayyan nggak suka sama aku, Mi," isak Jessy, suaranya parau, sambil memeluk erat ibunya. "Katanya aku pernah nabrak toko kue ibunya Rayyan dan ngelempar uang ke ibunya." Pengakuan itu keluar dengan susah payah, dicampur rasa bersalah yang baru dia pahami sekarang.

Sebagai seorang ibu, Lina memahami betapa sakit hati putri satu-satunya itu. Tapi dia juga tahu betul kenakalan Jessy di masa lalu. Bukan sekali atau dua kali Jessy menabrak toko atau pagar rumah orang karena ugal-ugalan mengemudi. Dan setiap kali, Adi, sang ayah, akan dengan mudah menyelesaikannya dengan cek tebal, menghapus konsekuensi tanpa perlu Jessy benar-benar belajar dari kesalahan.

Mungkin, pikir Lina dalam hati, ini adalah teguran hidup untuk Jessy. Dia jatuh cinta pada orang yang justru pernah dia sakiti tanpa dia sadari.

"Jes, kamu masih 19 tahun," ujar Lina, berusaha menenangkan, meski hatinya ikut sedih. "Itu cuma cinta monyet. Kalau nggak sama Rayyan, kamu gampang kok cari yang lain." Dia mencoba bersikap realistis, tidak mau berpihak buta.

"Tapi aku sayang sama Rayyan, Mi," tangis Jessy semakin menjadi, pelukannya pada ibunya semakin erat, mencari perlindungan dari rasa sakit yang tak bisa dibeli dengan uang.

Lina mengelus punggung putrinya. "Mami tau. Tapi itu cuma sementara. Nanti berjalannya waktu, kamu pasti bisa lupa dan dapet yang lebih baik lagi." Nasihat itu klasik, tapi terasa hampa bagi Jessy yang sedang merasakan luka cinta pertamanya yang begitu dalam.

Meledaknya lagu Arya Nata yang dibintangi Jessy membawa angin perubahan. Popularitas itu seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, wajahnya ada di mana-mana, mengingatkannya pada Rayyan. Di sisi lain, popularitas itu membawanya kebanjiran job iklan.

Jessy memilih untuk menyibukkan diri. Dia menerima tawaran casting dan syuting iklan. Dari pagi buta hingga larut malam, waktunya dihabiskan di depan kamera, dipoles makeup, dan tersenyum untuk produk yang bahkan mungkin tidak dia gunakan. Dia berusaha mati-matian untuk mengisi setiap detik kesendiriannya dengan aktivitas, berharap kelelahan fisik bisa mengubur rasa sakit di hatinya.

Tapi di balik senyum manisnya di setiap baliho dan layar televisi, ada seorang Jessy yang masih merindukan Rayyan. Sebuah rasa cinta yang ternyata begitu sulit untuk dilupakan, meski dia telah berusaha sekuat tenaga.

1
🌺ziRa_hEnY💞🐊🐊
gemes bgt sama Rayyan...kpn berjuang nya yaa...😄
IndahMulya
thor dikit banget, ga puas bacanya
🌺ziRa_hEnY💞🐊🐊
Rayyan berjuang dongggg
IndahMulya
gedeg banget sama ibunya rayyan
🌺ziRa_hEnY💞🐊🐊
Arsya mundur Alon Alon aja yaaa...udah tau kan Rayyan cinta nya sama Jessy...
🌺ziRa_hEnY💞🐊🐊
mengsedih.begini yaa...
kudu di pites ini si ibu Maryam
Naura Salsabila
lemah amat si rayyan
🌺ziRa_hEnY💞🐊🐊
kak..disini usia Rayyan brp THN ?Jessy nya brp THN ??aku udah follow IG nya siapa tau ada spill visual RayyannJessy🤭🤭😄
Nona Lebah: Rayyan itu saat ini udah 23 tahun dan jessy 20 tahun.
total 1 replies
🌺ziRa_hEnY💞🐊🐊
sabarr Rayyann....
Nona Lebah: Jangn lupa mampir di novelku lainnya ya kak. Terimakasih
total 1 replies
IndahMulya
bagussss ayo dibaca...
IndahMulya
lanjut thor.. ceritamu ini emg bikin candu banget 😍
A Qu: ter rayyan rayyan pokoknya thor... ayo kejar cinta jessy
total 1 replies
IndahMulya
makanya rayyan jgn cuma tinggal diam aja, kalau msh syg tuh ayo kejar lagi jessynya, ga usah mikir yg lain, ingat kebahagiaanmu aja kedepan...
Nona Lebah: Hay kak. Bantu aku beri ulasan berbintang ⭐⭐⭐⭐⭐ yaa untuk novel ini. Terimakasih
total 1 replies
IndahMulya
ayo rayyan.. semangattt
🌺ziRa_hEnY💞🐊🐊: semangat Rayyan
total 1 replies
🌺ziRa_hEnY💞🐊🐊
langsung kesini kak
Nona Lebah: Terimakasih kak. Bantu aku dengan beri ulasan berbintang ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ya kak untuk novel ini.
total 1 replies
IndahMulya
lanjut thor.. aku dari paijo pindah ke sini cuma buat nyari rayyan sama jessy
Nona Lebah: Makasih kak. Kamu the best 💪
total 1 replies
🌺ziRa_hEnY💞🐊🐊
akhirnya ketemu juga sama cerita ini...keren dan recommend
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!