Ayra yang cerdas, pemberani dan sekaligus pembangkang, ingin sekali menentang wasiat ayahnya yang bertujuan menjodohkannya dengan putra sahabat baiknya, tapi berhubung orang yang meminta nya adalah sang ayah yang sudah sekarat, Arya tidak bisa menolak.
Sial, di hari pernikahannya, calon mempelai pria justru kabur meninggalkannya, hingga terpaksa digantikan oleh calon adik iparnya, yang bengis, dingin dan tidak punya hati.
Seolah belum cukup menderita, Ayra harus tinggal satu atap dengan mertuanya yang jahat jelmaan monster, yang terus menyiksa dirinya, membuatnya menderita, tapi di depan orang lain akan bersikap lembut pada Ayra agar tetap dianggap mertua baik. Hingga suatu hari, sang mertua yang memang tidak menyukai keberadaan Ayra, mengingat kalau gadis itu adalah putri dari mantan suaminya, meminta putranya untuk menikah dengan wanita lain yang tidak lain adalah mantan kekasih putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.angela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan
"Kamu benar-benar harus pulang sekarang? Kita makan dulu, ya?" tawar Egi masih ingin bersama gadis itu.
"Maaf, Gi, tapi aku harus segera pulang. Sebelum mert- majikan aku pulang," ucap ya meralat omongannya.
Egi menarik tangan Ayra. Walau tidak sedikit terkejut dengan pegangan tangan itu, Ayra tetap mengikuti langkah Egi. Pria itu membawanya ke dalam ruang, duduk di sofa coklat yang empuk.
"Sorry, Ay, kalau kamu memang tertekan bekerja di sana, kamu bisa bekerja dengan aku. Jadi asisten ku?" tawar Egi yang ingin mengeluarkan Ayra dari lobang singa.
Ayra menarik napas panjang lalu mengeluarkan pelan. Ditatapnya Egi sesaat, dia yakin, Egi adalah pria yang baik. Walaupun mereka baru saja berkenalan namun, melihat karyawan yang bekerja dengannya begitu menghormati dan juga sangat dekat dengannya, membuat Ayra semakin yakin bahwa Egi bukan pria kaya yang sombong, dan dia tulus mau berteman dengan Ayra.
Jadi, mungkin Ayra bisa bercerita kepadanya, tanpa merasa terbebani dan takut bahwa cerita itu akan sampai ke telinga keluarga mertuanya.
"Gi, aku gak bisa menerima kebaikanmu walaupun aku sangat ingin," ujarnya mencoba memikirkan kalimat yang tepat.
"Kenapa nggak bisa? Apa yang membuatmu sulit untuk keluar dari rumah itu? Kau harus percaya padaku, aku bisa membantumu," ucap Egi dengan tatapan serius.
Ayra menggigit bibir bawahnya, ada kebimbangan di hati, apakah dia memang pantas untuk membuka rahasia ini kepada Egi yang notabene adalah orang luar? Tapi bukankah mereka ini sudah menjadi teman? Setidaknya Egi adalah teman pertama di Jakarta ini.
"Aku minta maaf kepadamu karena selama ini sudah berbohong," ucapnya lemah. Memulai membuka jati dirinya.
"Maksudmu?" tanya Egi menurutkan kening, kebohongan apa yang dibuat gadis itu sehingga membuat wajahnya tampak merasa sangat bersalah.
"Sebenarnya aku bukan pelayan di rumah itu tapi menantu yang tidak dianggap. Mungkin statusku adalah menantu tapi pada kenyataannya mereka memperlakukan aku seperti pelayan hina. Mertuaku membenciku bahkan selalu menjahatiku. Setiap hari menindas, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Pelayan saja masih digaji, tapi aku? Yang ada setiap hari dimarahi," jawab Ayra. Akhirnya membukakan cerita itu kepada Egi.
Seketika tubuh Egi membeku, wajahnya pias menatap lekat wajah Ayra. Dia tidak salah dengarkan? Telinganya sepertinya masih berfungsi dengan baik. Lantas apa kata Ayra tadi? Dia menantu di keluarga itu? Berarti dia telah menikah dengan...
"Kamu menantu di rumah itu? Kamu jadi menikah dengan anak yang punya rumah?" tanya Egi ingin memastikan. Walaupun sepertinya tidak perlu mengajukan pertanyaan itu, karena di dalam hatinya, dia sudah bisa menebak ujung dari cerita ini.
Egi semakin pucat. Pernikahan yang dia hindari saat itu, dia pikir akan dibatalkan oleh ayahnya karena ketidakhadiran dirinya, nyatanya justru tetap dilangsungkan.
Ayra mengangguk lemah, terasa sangat terbebani hanya untuk mengakui sebagai mantu dari keluarga kaya itu karena memang dia tidak dianggap.
"Udah sore, aku balik dulu. Terima kasih banyak untuk bantuanmu kali ini dan terima kasih untuk honor yang sangat banyak ini," ucap Ayra mengangkat amplop itu lalu memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Kemudian Ayra segera bangkit dan mengulurkan tangan kepada Egi sebagai ucapan terima kasihnya.
Dengan gemetar Egi menerima uluran tangan wanita itu. Seperti mimpi buruk yang sudah menamparnya hingga tersadar.
Egi bahkan tidak mengantar Ayra keluar. Dia masih termangu di tempat duduknya, menyambungkan satu persatu kalimat yang tadi diucapkan Ayra.
***
Godaan untuk singgah ke counter penjual ponsel begitu berat untuk ditolak Ayra hingga meminta kang ojek untuk berhenti di tempat yang dia lalui.
Banyak pilihan warna dan tipe dari berbagai merk yang menggoda hatinya dan pastinya sangat bagus-bagus.
Dia harus pintar menggunakan yang itu, jadi memilih ponsel yang standar saja, yang penting punya ponsel baru yang tidak perlu dikaretin karena baterai yang menggembung.
Setelah tawar-menawar, Ayra menjatuhkan pilihannya pada satu merk ponsel standar tapi bagi Ayra sudah sangat bagus. Harga dua juga lima ratus ribu, tapi fitur di dalamnya sudah lengkap.
Penuh rasa suka cita, Aira kembali pulang ke rumah. Semuanya tampak sempurna karena tepat saat dia sudah tiba di rumah, mertuanya belum juga pulang.
"Apa ini Neng?" tanya Ijah yang terkejut kala Ayra menyelipkan lima lembar uang merah ke tangannya, bersama bungkusan plastik yang berisi rujak yang Ayra beli tadi ketika singgah membeli ponsel.
"Bagi-bagi rezeki. Aku dapat kerjaan, membantu teman dan diberi imbalan jadi mau berbagi sama bibi. Terima kasih ya sudah mengizinkan ku pergi," ucap Ayra merangkul bi Ijah.
Ayra naik ke kamar. Menyimpan uangnya dengan hati-hati di lipatan kain dalam kopernya, lalu setelahnya mandi.
Merasa gembira dengan ponsel barunya, Ayra mengotak-atik hingga subuh dan akhirnya bangun ke siangan.
"Bangun!" hardik Maya dengan lantang. Wanita itu bahkan menggebuk Ayra dengan bantal agar bangun.
"I-ibu," pekiknya kaget. Diliriknya jam pada dinding, pukul tujuh pagi, habislah dia jadi bulan-bulanan Maya lagi.
"Ayra bego, kenapa bangun sampe kesiangan gini? Dasar kampung kamu emang, punya ponsel baru seheboh ini, sampe gak tidur!" batinnya turun dari ranjang.
"Dasar tidak berguna, benalu! Kau sudah merasa jadi nyonya, bangun siang dan hanya berleha-leha? Cepat kau bersihkan kebun di belakang!" perintah Maya berkacak pinggang. Ayra segera lari menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Maya sudah akan berbalik keluar dari kamar, namun langkahnya terhenti kala pandangannya melihat ponsel baru milik Ayra. Dengan cepat Maya mengambil ponsel itu dan memperhatikan dengan seksama, kecurigaan besar muncul dalam hatinya.
Tepat saat itu Ayra keluar dari kamar mandi, mendapati ibunya yang tengah menggenggam ponsel barunya sembari mengamati benda itu.
"Dari mana kau mendapatkan ini?" tanya Maya dengan garang, tidak ada yang benar dalam pikirannya mengenai Ayra, semua hal buruk kini membalut gadis itu di matanya.
"Itu...," kalimat Ayra terjeda. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya bahwa seseorang memintanya untuk menjadi model. Maya tidak akan percaya bahkan kalaupun percaya tetap saja dia akan kena marah karena sudah berani pergi keluar rumah tanpa seizin mertua ataupun suaminya, terlebih orang yang mengajak bekerja sama adalah seorang pria asing yang baru dua kali dia temui.
"Kenapa kamu tidak bisa jawab? Itu karena kamu memang mencurinya! Kamu pasti sudah mencuri uang di rumah ini!" teriak Maya lalu bergerak menuju ambang pintu, dari sana dia berteriak memanggil Ijah, meminta pelayan itu untuk naik ke atas.
"Iya Bu, ada apa?" tanya Ijah yang tampak ngos-ngosan setelah menaiki tangga.
"Segera seret koper gadis itu, aku ingin membongkar barang-barang miliknya. Aku yakin dia pasti sudah mencuri di rumah ini hingga bisa membeli ponsel baru ini!" seru Maya. Ijah bimbang sesaat, menatap Ayra yang kini juga tengah pucat pasi. Ada rasa enggan, tapi dia juga tidak kuasa menolak perintah majikannya.
"Kenapa kau diam? Ambil kopernya!"
Ijah tidak punya pilihan lain selain melakukan yang diperintahkan majikannya. "Sekarang keluarkan pakaiannya satu persatu!"
Kembali Ijah tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan Maya. Satu persatu pakaian Ayra dikeluarkan serta dikibaskan, hingga pada baju kaosnya yang ke-lima, sebuah amplop coklat jatuh dan uang yang berada di dalam amplop itu berhamburan di lantai.
"Dasar pencuri!"
salah kamar thor 🥰🥰🥰🥰
sebenarnya semua terjadi karena kurang ilmu agama menurutku.
ayra terlalu larut dg masa lalunya
dan Egi ...TDK berterus terang.
terjadilah peristiwa itu....
mungkin jodoh ay Ra sama dewa dan Egi dgn Fina.
keadaan lah yg membuatnya seperti itu.
terimakasih akibatnya
tanyakan pada dirimu ayra......
mungkin ini jodohmu.
terimakasih atas tidak terima
harus nurut PD suami.
kecuali kdrt.
4 bukan waktu yg sebentar BG seorang laki laki.
kalau dia selingkuh itu wajar
istrinya terlalu terjebak masa lalu.
kurang suka dg ayra karakternya.
jangan egois ayra ....
jalani aja biar waktu yg bicara
cinta TDK harus memiliki.
kalau bersama dewa ,Maya TDK menyukainya...
nanti timbul lagi masalah baru.
kalau dgn Egi...cinta Egi seluas samudra,ditonta baik.
kalau menurutku..
lebih baik dicintai....daripada mencintai...
kalau dapat dua duanya.
mencintai dan dicintai.
Krn ayra tidak mencintainya