"Papa sudah menjodohkanmu dengan Arion, putra dari sahabat Papa!"
Jedar, bak tersambar petir disiang bolong saat mendengar ucapan dari sang Papa. Seketika tubuh Zeva langsung menegang dengan mulut terbuka.
"tidak, ini tidak boleh terjadi!"
Niat hati ingin meminta restu untuk hubungannya dengan sang kekasih, malah berakhir dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Bak buah simalakama, itulah ungkapan yang tepat untuk apa yang Zeva rasakan saat ini. Dia tidak bisa berpisah dengan laki-laki yang sangat dia cintai, tapi tidak juga bisa melawan kehendak kedua orangtuanya.
Apakah yang akan terjadi pada Zeva selanjutnya?
Bisakah dia membina rumah tangga sesuai dengan keinginan kedua orangtuanya?
Yuk, ikuti kisah mereka yang penuh dengan kegaduhan dan kejutan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 10. Kekhawatiran Keluarga.
Sementara itu, di tempat lain terlihat seorang laki-laki sedang termenung di meja kerjanya. Kursi tampak bergoyang ke sana kemari mengikuti gerak tubuhnya, sementara pikiran laki-laki itu sedang memikirkan 1 orang wanita.
Tok, tok. "Boleh saya masuk, Tuan?"
Lamunannya terhenti saat mendengar suara sekretarisnya. "Masuk!" Dia lalu menyandarkan tubuhnya dengan tangan yang memegang pena.
"Ini laporan keuangan bulan lalu, Tuan!" Laki-laki itu meletakkan laporan tersebut di atas meja.
"apa kau sudah memeriksanya?" tanya Arion sambil membuka laporan yang baru saja sekretarisnya itu berikan.
"Sudah, Tuan! Tapi ada beberapa hal yang harus ada periksa sendiri."
Arion mengangguk-anggukkan kepalanya. "Jadi, apa yang wanita sukai?"
Laki-laki bernama Haris itu mengernyitkan keningnya dengan bingung. "Maaf Tuan?" Kenapa pula Tuannya itu menanyakan soal wanita, pikirnya.
"Aku ingin memberi hadiah!"
Tunggu, sepertinya Haris paham dengan apa yang ditanyakan oleh Tuannya. "Anda ingin memberi hadiah untuk Nyonya muda?"
Arion menganggukkan kepalanya. "Aku belum pernah memberikannya hadiah!" Dia merasa buruk karna menjadi suami yang tidak pernah memberi hadiah pada istrinya.
"Itu wajar saja, Tuan! Tuan kan baru sehari menikah dengan Nyonya, bahkan baru kenal sehari pula!"
Arion memikirkan apa yang diucapkan oleh Haris, memang benar kalau dia baru sehari menikah dengan Zeva. "Lalu kapan aku harus memberinya hadiah?" Dia mendongakkan kepalanya melihat ke arah sang sekretaris.
"Em ... ya tidak ada ketentuannya, Tuan! Kapan saja Tuan mau, Tuan bisa memberikannya!" Haris jadi merasa gemas sendiri melihat sang Tuan.
Arion tampak berpikir tentang kapan saat yang tepat untuk dia memberi hadiah, dan hasilnya tidak ada sama sekali.
"Kalau Tuan ingin memberi hadiah sekarang, maka saya akan menyiapkannya!" Haris tau kalau Tuannya sedang dilanda kebingungan, gugup dan gelisah.
"Aku serahkan padamu!"
Arion menganggukkan kepalanya lalu memeriksa laporan yang sejak tadi belum dia lihat, sementara Haris langsung keluar dari ruangan itu untuk mencari hadiah yang diinginkan oleh Tuannya.
Tepat pukul 5 sore, Arion memutuskan untuk segera pulang. Dia keluar dari ruangannya dan di sambut langsung oleh Haris. "Kita pulang!"
Haris menganggukkan kepalanya dan berjalan di belakang Arion sambil menenteng sebuah paper bag, tidak tau apa isi dari paper bag itu yang pasti kata salah satu stafnya setiap wanita akan menyukainya.
Arion duduk tenang dikursi penumpang, sementara Haris sudah duduk di belakang kemudi dan langsung melajukan mobilnya.
"Tuan, apa saya boleh bertanya sesuatu?"
Arion yang saat itu sedang melihat ke samping langsung berdehem mendengar pertanyaannya. "Apa Tuan tidak ingin pergi bulan madu?"
Terlihat jelas keterkejutan diwajah Arion saat mendengarnya. "Aku tidak memikirkannya!" Jangankan bulan madu, dia bahkan tidak memikirkan pernikahan.
"kenapa, Tuan? Setiap pengantin baru pasti akan pergi bulan madu!" sambung Haris.
"apa itu perlu?" tanya Arion dengan tajam.
Haris terdiam, sebenarnya tidak wajib juga bagi setiap pengantin baru untuk bulan madu. Hanya saja dia ingin mendekatkan Arion dan juga istrinya.
"Tentu saja perlu, Tuan! Itu demi kebaikan sepasang pengantin baru!"
Arion mengangguk-anggukkan kepalanya, dia akan mempertimbangkan apa yang sekretarisnya itu katakan.
Tidak berselang lama, mobil mereka sudah sampai di halaman rumah. Arion langsung saja turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam dengan diikuti oleh Haris, mereka berpapasan dengan Mama Audy dan Papa Ben yang juga baru sampai di tempat itu.
"Loh, Ar? Kau baru pulang juga?"
Arion menganggukkan kepalanya. "Iya Pa!"
"Duuh, kasihan sekali menantuku tidak ada temannya! Mama kira kau pulang cepat!" Mama Audy menggeleng-gelengkan kepalanya, dia lalu duduk di atas sofa yang ada di tempat itu.
"aku banyak pekerjaan, Ma! Apa dia di kamarku?"
Mama Audy mengangguk. "Iya, dia ada dikamarmu. Tapi setidaknya pikirkan istrimu, Sayang! Kau harus banyak menghabiskan waktu dengannya, juga memperhatikan semua yang dia lakukan!"
Arion kembali menganggukkan kepalanya. "Aku mau ke kamar dulu!" Dia lalu beranjak dari sana menuju kamar.
Kedua orangtua Arion duduk di ruang keluarga, begitu juga dengan Haris yang masih ada di tempat itu.
"Itu apa, Ris?"
Mama Audy menunjuk ke arah paper bag yang sedang diletakkan di samping tubuh Haris, membuat laki-laki itu menunjukkannya.
"ini hadiah untuk Nyonya muda, Nyonya! Tuan muda bilang ingin memberi hadiah,"
"Benarkah?"
Haris menganggukkan kepalanya membuat Mama Audy tersenyum lebar. "Mama tidak menyangka kalau Arion akan perduli dengan Zeva, mama pikir dia-" tiba-tiba dia tidak bisa melanjutkan ucapannya saat mengingat sesuatu.
"Ada apa? Kenapa kau berhenti bicara?" Papa Ben merasa bingung dan menepuk bahu istrinya.
"ti-tidak, hanya tiba-tiba terpikir tentang sesuatu saja!" jawabnya kemudian.
Pada saat yang sama, Arion sudah masuk ke dalam kamar dan mencari keberadaan Zeva. Namun, wanita itu tidak ada di dalam kamarnya.
"Ke mana dia? Kata Mama dia ada di sini?" Arion lalu mengambil ponsel untuk menelpon wanita itu, tetapi dia baru ingat kalau tidak punya nomor ponsel Zeva.
Dengan cepat dia kembali keluar dari kamar untuk bertanya pada Mamanya. "Ma!"
Semua orang yang ada di ruangan itu langsung melihat ke arahnya. "Zeva tidak ada di kamarku!"
"Apa? Tidak ada? Lalu, dia ke mana?"
Mama Audy balik bertanya pada Arion, tetapi dia juga tidak tau ke mana istrinya pergi saat ini.
"Maaf mencela Tuan, Nyonya!" Bik Yas yang mendengar suara majikannya segera mendekati mereka.
"Apa kau tau di mana menantuku, Bik Yas?"
Bik Yas menganggukkan kepalanya. "Nyonya muda pergi sejak pukul 1 siang, Nyonya! Setelah itu, beliau belum kembali!"
Semua orang tampak terkejut saat mendengar ucapan Bik Yas, apalagi Zeva baru pertama kali datang ke rumah mereka. Namun, wanita itu malah pergi entah ke mana.
"Cepat telpon istrimu, Arion! Mama takut terjadi sesuatu dengannya!" Mama Audy menjadi cemas, dia takut kalau Zeva mengambil keputusan untuk meningggalkan putranya.
"aku tidak punya nomor ponselnya,"
"Apa?"
Sepertinya ucapan Arion lebih membuat mereka terkejut dari pada perginya Zeva.
"Dasar kau ini, sudah menikah tapi belum punya nomor ponselnya. Ya sudah, biar Mama telpon mertuamu saja!" Mama Audy lalu mengambil ponselnya dan hendak menelpon sang besan.
Namun, belum sempat dia menelpon. Tiba-tiba Zeva masuk ke dalam rumah dengan menundukkan kepalanya. "Ma-maaf karna aku pulang terlambat!"
•
•
•
Tbc.
Sayang belum banyak peminat (diliht dr jumlah likers nya lo yaaa..)
Walau tokoh perempuannya di awal bikin Mak gereget, jengkel, dan kesel dg tingkahnya
Terimakasih atas karyamu yg menghibur ya Thor
Semoga makin bamyak yg minat utk baca karya2mu thor
Dan sukses selalu ya
Disatu sisi kasian, di sisi lain kamu bebal Ze..