Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Please be mine
"Engh..." Asyh melenguh pelan dan baru tersadar dari tidur panjangnya setelah sore hari.
Asyh mencoba menggerakkan kakinya yang terluka dan ternyata sudah tidak terlalu sakit lagi.
Perlahan, Asyh mencoba untuk turun dari ranjang.
Setelah berhasil, Asyh melangkah untuk keluar dari kamar.
Pintu tidak dikunci, dan Asyh sangat bersyukur akan hal itu.
Pelan tapi pasti, Asyh melangkah meninggalkan kamar mewah itu.
Kastil Arlen yang sekarang tidak serumit kastilnya di kota New York.
"Keenggg..keenggg.."
Samar-samar, Asyh mendengar suara seperti hewan-hewan yang merintih kesakitan.
"Apa itu?" Asyh bergumam bingung.
Asyh mencoba untuk mencari asal suara itu.
"Tidak ada? Atau aku yang sudah salah dengar?" Asyh bergumam saat tidak menemukan apa yang ia cari.
Kastil itu benar-benar tak berpenghuni selain dirinya dan Arlen. Ingin kabur, namun Asyh yakin semuanya akan sia-sia.
"Keeenngg..keenggg..." Suara rintihan tadi terdengar lagi.
"Suara itu benaran ada. Aku harus mencari lagi." Asyh akhirnya memutuskan untuk mencari di beberapa ruangan yang belum ia cari.
"Akkhhh.." Asyh menjerit histeris dan jatuh terjerembab.
Yang ia lihat adalah Arlen tengah mengeksekusi lima ekor anjing yang sudah mengejarnya kemarin malam.
Arlen bertelanjang dada, dan ternyata Arlen memiliki beberapa tato di bagian tubuhnya.
Tubuh atas Arlen bahkan basah karena darah kelima anjing itu.
"As.." Arlen menghentikan kegiatan gilanya dan menghampiri Asyh.
"Jangan! Jangan dekati aku!" Asyh berusaha bangkit sendiri dan dengan bersusah-payah akhirnya Asyh berhasil berdiri.
"As, kenapa kau sudah bangun? Kenapa di sini?" Arlen bertanya dengan lembut kepada Asyh, namum di dalam hatinya ia khawatir dan panik karena Asyh melihat sendiri kegilaannya.
"Kau benar-benar tidak punya hati! Kau IBLIS!" Asyh langsung saja berlari dari hadapan Arlen tanpa menghiraukan kakinya yang mulai berdenyut perih lagi.
"Asyh wait! Aku bisa jelaskan!" Arlen berteriak berharap Asyh berhenti namun sia-sia.
"ARGGHH.." Arlen mengerang frustasi.
"Kau bodoh Arlen! Kenapa kau ceroboh begini? Harusnya tadi kau mengunci pintu kamarmu!" Arlen merutuki dirinya sendiri.
Tanpa menghiraukan kelima anjing yang sudah tidak bernyawa itu, Arlen memutuskan untuk mengejar Asyh.
Asyh terus berlari hingga sampai ke tepi pantai.
"Aakhhhhhh...." Asyh berteriak meluapkan semua perasaannya yang bercampur jadi satu.
Air mata mengalir deras membasahi pipinya. Kakinya yang semula telah membaik kini kembali mengeluarkan darah segar yang cukup banyak.
"KENAPA KAU BIARKAN AKU BERTEMU DENGAN IBLIS SEPERTI ITU TUHAN? AKU TIDAK PERNAH MEMINTA JALAN HIDUP SEPERTI INI! AKU DATANG KE NEGARA INI HANYA UNTUK KULIAH! KENAPA SEMUANYA JADI SEPERTI INI? KENAPA TUHAN? KENAPA?" Asyh kembali berteriak dan menyalahkan Tuhan atas semua yang terjadi.
"AKU BENCI DENGAN SEMUA INI! AKU BENCI DENGAN IBLIS ITU!" Asyh lagi-lagi berteriak meluapkan semua perasaannya.
Asyh menghapus air mata di pipinya dengan kasar namun air matanya masih saja mengalir dan terus membasahi pipinya.
"Aku mohon jangan menangis!" Arlen yang baru saja menemukan Asyh langsung memeluknya erat dari belakang.
"Lepaskan aku! Aku benci dirimu!" Asyh dengan suara lemahnya.
Arlen menggeleng.
"Tidak! Mati sekalipun aku tidak akan melepaskanmu!" Arlen semakin mengeratkan pelukannya.
"Lepaskan aku! Biarkan aku hidup tenang atau sekalian saja kau bunuh aku juga!" Asyh mencoba meronta namun kekuatan Arlen sangat besar.
"Tidak! Kali ini tidak akan! Kau berarti untukku Asyh! Meski kau melakukan kesalahan apapun, tidak akan ada kematian yang ku berikan untukmu." Arlen menggeleng kuat dan terus menahan Asyh dalam pelukannya.
Asyh kini memilih diam bahkan menangis tanpa suara meski air matanya masih terus mengalir.
Arlen memutuskan untuk membalikkan tubuh Asyh hingga kedua pasang mata hitam itu bertemu.
"Aku membunuh mereka semua karena mereka sudah menyakiti dirimu! Asyh, aku tidak akan mengijinkan siapapun meski itu binatang untuk menyakitimu!" Arlen menjelaskan dengan memegang lembut dagu Asyh.
"Jangan menangis lagi!" Arlen menghapus air mata Asyh dan kembali membawa Asyh ke dalam pelukannya.
"Tapi itu terlalu kejam." Asyh mencoba untuk sedikit lebih menurut.
"Tidak! Itulah caraku untuk melindungi mereka yang berarti untukku." Arlen menjawab tegas.
"Apa yang membuatmu menjadi sekejam itu?" Asyh bertanya dengan berani.
Arlen melepaskan pelukannya dan memegang pundak Asyh tak lupa menatap dalam mata Asyh yang juga berwarna hitam namun tidak sehitam milik Arlen.
"Berikan seluruh hatimu, hidupmu, bahkan duniamu untukku dan aku akan beritahu segalanya tentang diriku kepadamu!" Arlen entah membujuk atau sedang berusaha memanipulasi perasaan Asyh.
Namun anehnya, Asyh malah merasakan ketulusan disetiap kata-kata Arlen.
Asyh memilih menggeleng.
"Aku tidak bisa. Hidupku sudah terlalu rumit! Aku hanya ingin menyelesaikan kuliahku dengan baik dan membahagiakan nenekku." Asyh menundukkan kepalanya saat mengingat neneknya.
"Kau pasti bisa As. Kau gadis yang hebat. Kau pasti bisa mencintaiku meski hanya sedikit." Arlen membujuk Asyh.
Asyh memilih membalikkan tubuh kembali menghadap pantai dan membelakangi Arlen.
"Aku sudah berjanji dengan nenekku untuk tidak menjalin hubungan dengan pria asing." Asyh dengan suara parau.
"Kenapa? Apa salahnya dengan pria asing? Apa pria asing selalu buruk? Tapi pria yang satu negara denganmu saja mengkhianatimu." Arlen memilih berpindah posisi ke depan Asyh.
Asyh terdiam dan kembali mengingat Daven.
"Aku tidak bisa menceritakan semuanya kepadamu. Lagipula urusanku adalah milikku. Kau tidak perlu ikut campur." Asyh memalingkan wajahnya.
Arlen yang keras kepala dan pemaksa akhirnya memilih jalan pintas.
"Jika kau lebih memilih nenekmu daripada hatimu, tidak masalah. Kau pikir aku tidak bisa menemukan keberadaannya? Aku bisa Asyh! Bahkan detik ini juga, jika kau mau, aku bisa membawanya jasadnya ke hadapanmu!" Arlen dengan nada mengancam.
Asyh kini menatap Arlen dengan penuh kebencian.
Arlen tersenyum meremehkan.
"Bersihkan bekas darah di badanmu. Aku jijik melihatnya." Asyh dengan nada kesalnya.
"Ini sudah kering Darling. Biarkan saja, anggap ini semua adalah seni." Arlen kembali memegang dagu Asyh.
"Please be mine, Asyh Xaezalista!" Arlen kini dengan nada yang lebih lembut.
Perlahan wajah Arlen mendekati wajah Asyh dan tanpa aba-aba, Arlen mencium lembut bibir mungil itu.
Asyh terkejut dan membulatkan matanya, namun entah kenapa rasanya tidak mampu menolak perlakuan Arlen terhadapnya.
"Aku yang pertama untukmu?" Arlen bertanya dengan raut bahagia karena Asyh sangat kaku membalas ciumannya.
Asyh hanya menunduk dengan wajah merona malu.
Arlen kembali mendekap gadis mungil itu.
"Jadilah milikku dan aku akan memberikan kebahagiaan untukmu!" Arlen dengan suara datarnya namun seakan tersirat luka di dalamnya.
Asyh hanya diam, namun tangannya terulur untuk membalas pelukan Arlen.
Mereka berpelukan cukup lama seakan menikmati matahari tenggelam dengan keromantisan yang mereka ciptakan sendiri.
Arlen kembali tersadar akan luka di kaki Asyh.
"Darling, kakimu terluka lagi. Aku akan mengobatinya." Dengan sigap, Arlen menggendong Asyh ala pengantin dan membawa Asyh kembali ke dalam kastil dan langsung membawa Asyh ke dalam kamar.
Setelah mendudukkan Asyh, Arlen segera mengobati kaki Asyh dengan telaten.
"Thanks." Asyh saat Arlen selesai mengobati kakinya.
"Lebih baik mengatakan kau mencintaiku, darling." Arlen mengelus lembut pipi Asyh kemudian ia menyimpan kotak obat yang tadi ia gunakan kembali ke tempatnya.
"Mau makan sesuatu?" Arlen bertanya dan duduk di samping Asyh.
Asyh menggeleng.
"Sir, apa kau tidak bisa berhenti untuk membunuh?" Asyh bertanya setelah mengumpulkan segala keberaniannya.
Arlen menggeleng namun detik kemudian ia mengangguk.
"Dulu aku hampir berhenti. Tapi keadaan memaksaku kembali." Arlen menjawab dengan suara parau.
Entah mendapat dorongan dari mana, Asyh berani memeluk Arlen.
"Mau kah kau ceritakan meski sedikit kepadaku?" Asyh bertanya dengan lembut.
"Belum saatnya darling. Sekarang kau istirahat saja. Aku akan bersihkan tubuhku dan kekacauan yang aku buat tadi." Arlen melepaskan pelukan Asyh.
"Arlen, maksudku Sir ... "
"Panggil aku Arlen. Aku menyukai suaramu saat menyebutkan namaku. Ada apa?" Arlen memberi perintah kemudian bertanya kembali.
"Arlen, em..jika boleh, aku ingin kau makamkan mereka secara layak meski mereka hanya lima ekor binatang." Asyh meminta dengan ragu.
Arlen tersenyum mendengar ketulusan hati gadis polosnya itu.
"Baik, akan aku lakukan sesuai yang kau inginkan. Sekarang kau istirahat saja. Luka di kepalamu juga belum sembuh total." Arlen membantu Asyh berbaring.
"Tidurlah!" Arlen mengecup lembut kening Asyh dan langsung keluar dari kamarnya.
"Apa yang harus aku lakukan Tuhan? Siapa dia? Kenapa aku harus terikat dengan orang seperti itu? Apa maksud semuanya?" Berbagai pertanyaan memenuhi otak kecil Asyh hingga akhirnya ia terlelap lagi.
...~ TO BE CONTINUE ~...
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel