Ketika kesalah pahaman membawanya dalam rumitnya ikatan pernikahan.
Elena Maursty, yang berniat menolong seorang wanita tak dikenalnya pada akhirnya berakhir sebagai seorang pembunuh dimata seorang laki-laki.
Edwart Emardo, seorang suami yang kehilangan istrinya bersikap gila dengan memaksakan sebuah pernikahan dengan Elena Maursty. Penikahan yang hanya bertujuan untuk membalas dendam atas kematian sang istri tercintanya.
Menutup mata juga hatinya, akankah Edwart menemukan jalannya.. ?? Jalan kebenaran akan siapa pembuhuh istrinya ??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rina Listiyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TC 10
Malam harinya ketika semua mata tengah terpejam, ketika semua tengah terlelap dalam mimpi. Namun mata Edwart masih terbuka dan fokus pada laptopnya.
"Hoamm .. " Edwart yang lelahpun menguap.
Ia kemudian menatap jam dipergelangan tangannya. Pukul 01.00 malam, dan ia tiba-tiba saja merasa lapar.
"Sial!! Kenapa jam segini pakai acara lapar segala sih .. " gerutunya.
"Gue suruh aja dia masak.. " mengotak- atik ponselnya.
"Astaga, ternyata gue nggak punya nomor hp dia lagi .." kesalnya meletakkan posel dengan kasar.
Edwart yang lapar bercampur kesal akhirnya berjalan keluar dari dalam kamarnya. Perlahan ia menuruni anak tangga menuju kamar Elena.
Dan dengan kasarnya digedornya pintu kamar Elena dengan sesuka hatinya.
"Astagaaaa !! Siapa tengah malam gini gedor-gedor pintu.." kesal Elena bangkit dari tidurnya.
Edwart terus saja menggedor pintu kamar, ia begitu kesal lantaran tak kunjung ada jawaban dari dalam kamar.
"Ni orang tidur apa mati sih !!" Kesalnya.
Elena berjalan perlahan menuju pintu kamarnya. Ia merapikan piyama tidur nya juga rambutnya yang sempat berantakan.
"Ada apa tuan .." ucap El merendahkan nada bicaranya.
"Lama banget sih!! Sakit tangan saya gedor nih pintu.. " amuknya tak jelas.
Elena hanya diam menggerutkan dahinya mendengar suaminya itu menggerutu.
"Saya lapar, saya mau makan!!"
"Yaudah saya bikinin mie instan dulu kalau gitu.."
"Apaan mie instan!! Mana saya kenyang."
"Ya terus tuan suami mau makan apa ????"
"Tentu saja nasi, karena saya butuh tenaga untuk mengerjakan kerjaan saya. Kamu tau-
"Nggak tau.. "
"Dengerin dulu kalau orang ngomong .. "
"Hmm .. "
"Saya harus menyelesaikan pekerjaan saya malam ini, kalau sampai nggak selesai ini semua salah kamu !!"
Elena terkejut mendengar penuturan suaminya. Ia tak tahu menahu apa yang dikerjakan suaminya, ia juga tak tahu tentang apa itu pekerjaan suaminya. Lalu mengapa dia yang disalahkan jika pekerjaan itu tak selesai malam ini ???
"Kan saya nggak tahu apa-apa ..??"
"Karena kamu nggak bisa bikin saya kenyang , kalau saya nggak kenyang saya nggak bisa kerja. Dan semua salah kamu !!" Ketus Edwart.
"Terus gimana ?? Mau makan apa ??"
"Sudah saya bilang makan nasi !!"
"Yaudah saya masak nasi dulu.."
"Lama El kalau masak dulu.. " bentak Edwart.
"Dapat berkah apa hari ini tuan suami memanggil nama istrinya ini ???" Seru Elena terkejut.
Edwart merutuki dirinya sendiri, saking kesalnya ia memanggil istrinya itu dengan namanya sendiri. Sedangkan selama sebulan ini ia hanya memanggilnya dengan sapaan hai saja.
"Jangan banyak bicara, cepat pakai baju yang bener dan ikut saya keluar!!" Kesal Edwart.
Elena hanya bingung menatap kepergian Edwart menaiki tangga. El bingung ketika melihat jam yang sudah hampir jam 2 pagi.
"Mau kemana coba jam segini .." gerutunya, namun ia tetap menuruti keinginan Edwart itu.
Selesai berganti baju dan memakai jaketnya, El segera menunggu Ed diluar kamarnya. Karena ia tahu, jika Ed tak melihat dirinya pasti akan membuatnya marah lagi.
"Lama sekali sih.." seru Elena ketika Edwart akan bersuara padanya.
"Bawel banget!!" Menyerahkan tas berisi laptop dan berkas-berkas pada Elena.
"Awww .." pekik Elena.
Mobil terus menyusuri jalan kota ditengah malam, namun tak ada satupun cafe atau restoran yang buka. Dan itu membuat Edwart terus uring-uringan.
"Tuan suami-
"Bisa nggak jangan manggil tuan suami tuan suami terus, berisik tau ..!!" Semprot Edwart pada Elena.
"Saya ini lapar sekali dan nggak ada satupun cafe atau resto yang buka. Jadi jangan membuat saya bertambah marah.." amuknya.
"Kalau mau cari makan bukan disini tempatnya, saya kasih tau dimana tempatnya.." ucap Elena.
"Kenapa diam aja dari tadi kalau tau!! Mau bikin saya marah-marah terus ya .."
"Ya enggak lah, nanti kalau tuan suami marah-marah terus kena serangan jantung .. saya jadi janda kembang diusia dini dong.." ucap polos Elena.
"Kamu doa in saya mati !!" Teriak Edwart memekakan telinga.
"Udah ayo jalan, lapar kan.. " ajaknya.
Edwart yang memang sudah sangat kelaparan hanya diam mengikuti arahan dari Elena. Dan disinilah mereka, sebuah jalan yang penuh dengan banyak penjual makanan.
"Disini ??"
"Iya tuan.."
Edwart menatap semua pedagang yang berjejer disana. Dilihatnya satu persatu hingga membuat Elena ikut menatapnya juga.
"Kenapa tuan ??"
"Terus kita makan yang mana ..??"
"Tuan suami mau makan apa ??"
"Sudah kubilang aku mau makan nasi !!" Menekan nada bicaranya.
"Iya tau, itu dari ujung ke ujung juga nasi semuaa.." balas Elena.
Lalu Edwart menatap sekelilingnya, mencari tempat yang menurutnya nyaman untuknya mengerjakan pekerjaannya.
Dan pilihannya tertuju pada satu tempat diujung yang jauh dari para pengunjung lainnya. Tepat duduk yang cukup nyaman dan tak terlalu gelap.
"Disana aja.." tunjuknya.
"Disana ??" Tunjuk balik Elena.
"Hmm.."
"Yaudah, tuan suami kesana duluan saja biar saya yang pesan makanannya.."
"Ya haruslah, itu tujuan saya ngajakin kamu ikut!!" Ketus Edwart keluar dari dalam mobil.
Elena kesal bahkan sangat kesal, namun ia menahan semuanya. Dan pandangannya jatuh jok tempat duduk Edwart tadi.
"Wow.. dompetnya jatuh.." cicit Elena mengambil dompet suaminya itu.
Dibukanya dompet itu, dan ia begitu terkejut saat didalamnya ada berlembar-lembar uang seratus ribuan.
"Gue nggak punya uang banyak buat belanja besok, tapi kalau gue ambil dosa dong karena nggak bilang .." bimbangnya.
"Emm salah sendiri dia nggak pernah ngasih gue uang, maaf ya pak suami gue ambil uangnya. Nggak banyak kok.." gumamnya sendirian.
Elena mengambil lima lembar seratus ribuan dari dalam dompet, diletakkannya kembali dompet itu pada tempatnya agar Edwart tak curiga.
Elena mulai memilih beberapa makana, lauk , jajanan serta beberapa gorengan juga dan tak lupa jeruk hangat.
"Non, apa ada uang kecil saja ?? Bapak belum ada kembaliannya.. " ucap bapak pemilik angkringannya.
"Emmm .." elena mencoba berfikir.
Elena mengambil beberapa kepala ayam, sayap ayam, hati ayam, juga telur puyuh . Lalu diserahkan kepada pemilik angkringannya.
"Tambah itu ya pak, nanti kembaliannya untuk bapak saja.. "
"Tapi kembaliannya masih banyak non.."
"Rezeki bapak itu.. "
"Terima kasih ya non, kalau begitu non duduk saja dulu nanti biar bapak yang antar ketempat non .."
"Boleh pak, saya bawa nasi sama jeruk hangatnya dulu ya .. "
"Lama sekali sih!!" Kesal Edwart memarahi Elena.
"Maaf, " cicitnya. Lalu ia menyerahkan nasi juga jeruk hangat pada Edwart.
"Apa ini ??"
"Makanan lah, apalagi ??"
"Kamu lihat tidak saya sedang apa ??"
"Kerja.."
"Terus kenapa menyerahkan makanan kepada saya, kamu suapin saya makan lah !!" Kesalnya.
Dan dengan kesal Elena menuruti keinginan suaminya itu. Edwart dengan lahap menyantap nasi itu, bahkan ia menghabiskan lima bungkus nasi sekaligus.
"Bukankah itu pak Edwart ya ?? Lalu siapa wanita didepannya itu, kenapa mereka berdua begitu romantis ??" Gumamnya penuh tanya memandangi kearah tempat duduk Edwart.