NovelToon NovelToon
Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.5M
Nilai: 5
Nama Author: Lyana Mentari

Fiksi-Fantasy

Berkisah tentang dokter muda yang ambisius mengabdikan diri untuk kesehatan anak-anak.

Marissa Darwanti, karena sebuah kecelakaan tragis di malam yang penting. Membuatnya harus berpetualang ke dalam novel berjudul Back In Time, karya sang sahabat.

Antara nyata dan tidak, entah ini mimpi atau memang jiwa Risa merasuk ke dalam raga seorang selir, dari dinasti antah-berantah di dalam novel itu. Menjadikannya seorang selir jahat, yang haus akan cinta dan kekuasaan, Selir Agung Wu Li Mei.

Akankah Risa mampu bertahan dan menjalani hidup sebagai Wu Li Mei? Atau ia bisa terbangun sebagai Marissa suatu hari nanti?



Slow update teman-teman, up hari Senin dan Kamis yaa! Terima kasih, dukung novel ini terus ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyana Mentari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menghabiskan malam

Wu Li Mei, sang selir agung yang jahat, kini berubah bak bidadari yang turun dari langit. Topik tentang sang selir selalu menjadi bahan perbincangan selama hampir tiga bulan lamanya. Sejak insiden itu, dan sejak jiwa Marissa merasuk ke dalam raga Wu Li Mei.

Marissa pun cukup mengagumi dirinya yang sanggup bertahan untuk waktu lama disini, di negeri antah-berantah dalam novel karangan Jessica. Entah apa yang akan terjadi kedepannya, wanita itu hanya ingin hidup tenang dan panjang umur. Perlahan ia mulai menerima kehidupannya sebagai Marissa Darwanti telah berakhir, kini ia hidup kembali sebagai Selir Agung Wu Li Mei.

"Yang Mulia, apa lentera ini sudah selesai?" Wu Li Mei mengangguk, Dayang Yi mengambil sebuah lentera dari kertas berbentuk bunga peony, mengumpulkannya bersama lentera lain yang sudah selesai dibuat sang selir.

Dayang Yi mengangkat sebuah lentera berwarna jingga, "Yang satu ini indah sekali, Yang Mulia."

"Akan anda buat apa ini, Yang Mulia?" tanya dayang lainnya. Para dayang sudah semakin leluasa untuk berbincang dengan Wu Li Mei, mereka semakin akrab satu sama lain, karena sering melakukan aktivitas bersama. Seperti berkebun, memasak, dan membuat kerajinan. Para dayang sangat mensyukuri perubahan sifat dan sikap dari sang junjungan, kini Wu Li Mei lebih hangat dan periang. Bertolak-belakang dengan diri sang selir agung yang dahulu, sangat jahat tanpa belas kasihan.

"Rahasia, kalian akan tahu nanti." balas Wu Li Mei.

"Saya tidak tahu jika anda sangat terampil, Yang Mulia." puji Dayang Yi.

Wu Li Mei hanya tersenyum menanggapinya, tangannya terus saja merangkai satu demi satu bagian lentera kertas agar menjadi utuh. Sejak berpindah raga, Marissa khawatir ia tidak bisa menyesuaikan diri dengan Wu Li Mei, tapi semua itu salah. Mulai dari tulisan tangan, kemampuan, dan cara tutur katanya pun sama dengan sang selir. Ini terbukti dari seberapa kreatifnya Marissa saat ini, dulu ia sangat enggan membuat sebuah kreasi karena membutuhkan ketelatenan yang tinggi. Sang dokter muda lebih suka membedah cicak ataupun kodok yang berada di sekitar rumahnya, aneh memang, tapi ia menjadi dokter bedah bukan tanpa alasan, bukan.

"Dayang Yi."

"Ya, Yang Mulia."

Wu Li Mei memberikan lentera peony terakhir yang ia buat hari ini. "Tolong isilah. pelita di dalamnya, lalu letakkan di sekitar pondok ini." titahnya.

"Aku ingin melihat pondok ini bercahaya dan indah." sambungnya.

"Baik, Yang Mulia."

Wu Li Mei beranjak turun dari pondok teratai tempat ia membuat lentera, wanita itu memeluk tubuhnya saat angin malam datang berhembus, menerbangkan helaian rambut dan hanfu kuningnya. Ia sangat menyukai udara di istana ini, bersih dan sejuk, juga pemandangan dan ketenangan yang nyaman.

Dayang Yi dan beberapa dayang lain mulai menyalakan lentera peony berwarna-warni, mereka meletakkan pelita kecil di dalamnya. Seperti lilin, tapi mampu bertahan untuk waktu yang lama.

"Wahhh, indah sekali." puji wanita itu, menatap takjub pada kolam teratai di paviliunnya yang kini bergemerlap cahaya.

Wu Li Mei melangkahkan kakinya pelan, ia memerintahkan para dayang untuk meninggalkannya sendiri. Sembari memandang indah cahaya bulan, wanita itu bersenandung kecil.

...****************...

"Ada apa ini?" tanya Kaisar Zhou, sang kaisar kebingungan saat menginjakkan kaki di paviliun Wu Li Mei dan mendapati semua dayang berada di luar paviliun utama.

Dayang Yi datang menghadap, menunduk beberapa saat. "Yang Mulia selir baru saja membuat sebuah keterampilan, Yang Mulia." jawabnya.

"Apa itu?"

"Lentera peony."

"Lalu?" tanya kaisar lagi.

"Yang Mulia Selir meminta kami untuk meninggalkannya sendiri."

Sang Kaisar mengeryit, begitu pula Kasim Hao yang berdiri tak jauh darinya. Kasim Hao menggeleng kikuk saat kaisar menatapnya dengan kerutan di dahi. "Saya tidak mengerti, Yang Mulia."

"Apa dia tahu aku akan mengunjunginya?" tanya sang kaisar pelan, Kaisar Zhou berpikir mungkin ini taktik licik Wu Li Mei selanjutnya.

Kasim Hao menggeleng, "Mustahil, Yang Mulia. Anda baru saja mengunjungi Permaisuri Yang Jia Li, dan sengaja berbelok kemari."

Kaisar Zhou mengangguk.

"Apa Wu Li Mei ada di dalam?" tanyanya. pada Dayang Yi.

Dayang Yi mengangguk, "Ya, Yang Mulia. Selir Agung berada di pondok teratai dan tidak ingin diganggu siapapun." Sang dayang menyampaikan pesan dari Wu Li Mei, bahwa wanita itu ingin sendirian menikmati lentera indahnya.

"Kalau begitu aku akan masuk." putus kaisar, "Kalian bisa pergi, aku akan bermalam bersama Mei-er." ujarnya.

Kasim Hao, para dayang, dan prajurit menunduk patuh. Mereka mengerti dan mulai menutup segala akses menuju ke dalam paviliunnya, para prajurit pun berjaga dari luar.

Saat menginjakkan kaki ke dalam paviliun sang selir agung, Kaisar Zhou lagi-lagi dibuat terheran. Kemana perginya semua tirai merah dan segala ornamen kesayangan Wu Li Mei yang berwarna merah. Paviliun ini kini sudah berganti warna, terlihat lebih elegan dan nyaman.

Kaisar kembali takjub, benar kata para dayang, kolam teratai di tengah paviliun ini tampak begitu indah. Berhias banyak lentera berbentuk bunga disana, mereka sangat indah saat menyala terang oleh pelita di dalamnya.

Kaisar Zhou menenangkan langkahnya, bergerak tanpa suara menghampiri Wu Li Mei. Disini sangat hening dan tidak ada seorang pun kecuali wanita berhanfu kuning itu, tapi Wu Li Mei tidak menyadari kedatangan Kaisar Zhou. Wanita itu tetap pada posisinya, memejamkan mata sambil menikmati hembusan angin malam.

Wu Li Mei sedikit tersentak saat merasakan ada sepasang tangan melilit pinggang rampingnya, wanita itu segera membuka mata dan mengalihkan pandangannya ke bawah.

"Tidakkah angin ini menusuk tulangmu, Mei-er?"

Wu Li Mei menahan napasnya, saat dagu Kaisar Zhou bertengger di bahu kanannya.

"Yang Mulia?" cicitnya. Wanita itu merutuki dirinya yang terlihat sangat gugup saat ini.

"Mengapa kau meminta para dayangmu untuk pergi?" tanya kaisar.

"Saya..... saya ingin... sendiri." jawab Wu Li Mei terbata, posisi mereka membuat detak jantungnya semakin menggila. Merasakan sensasi pelukan hangat di punggungnya, mustahil jika wanita itu tidak menikmatinya.

Kaisar semakin mengeratkan pelukannya, mengurung tubuh sang selir dalam dekapannya. "Lalu, apa aku mengganggumu, Mei-er?"

Wu Li Mei menggeleng cepat, wanita itu tersenyum kikuk. "Tentu saja tidak, tidak masalah."

Bohong jika wanita itu tidak menikmati kehangatan yang tercipta antara keduanya. Sebagai Wu Li Mei, ia jelas sangat mendambakan hal itu, selir yang haus akan cinta itu akan sangat senang diperlakukan demikian. Tapi sebagai Risa, bolehkah ia menikmatinya? Risa jelas bukan pemilik raga ini. Munafik jika diusianya yang menginjak 28 tahun, Risa tidak pernah disentuh laki-laki.

Wu Li Mei membulatkan matanya saat Kaisar Zhou mencium pipinya, menariknya dari lamunan.

"Ada apa Mei-er? Apa yang sedang kau pikirkan?"

Wu Li Mei menoleh pada sang kaisar sambil mengerjap lucu, wanita itu mengulum bibirnya yang terasa kering. "Tidak, Yang Mulia." jawabnya lirih.

Kaisar sedikit geram dengan tingkah Wu Li Mei yang aneh, biasanya wanita itu sangat agresif dan penuh inisiatif untuk menggodanya. Tapi kini justru kaisarlah yang tengah menggodanya, Wu Li Mei terlihat seperti gadis muda yang enggan untuk disentuh, beberapa kali ia coba melepas pelukan kaisar di pinggangnya.

Kaisar melepas pelukannya, beralih membalik tubuh Wu Li Mei untuk menatapnya. "Ada apa Mei-er? Mengapa kau menolakku?"

"Me-menolak?" Wu Li Mei menggeleng cepat, "Tidak, saya tidak mungkin menolak anda, Yang Mulia." sanggahnya.

Kaisar menarik dagu Wu Li Mei untuk lebih dekat padanya. Menatap iris cerah sang selir tepat di maniknya. "Lalu mengapa kau enggan menatapku, Li Mei?"

Wu Li Mei terperanjat, apakah sang dewa di langit merasa adil, memberika segala keberkahan pada Kaisar Zhou. Dari jarak sedekat ini, sang kaisar benar-benar sangat tampan, garis wajah dan komposisi yang mendekati sempurna. Alis dan mata setajam elang, hidung mancung, bibir tipis, dan berperawakan tinggi gagah. Sangat sempurna sebagai seorang kaisar.

Jemari lentik wanita itu tanpa sadar merambat naik membelai rahang tegas Kaisar Zhou, mengelusnya pelan dan ragu-ragu, seperti kaca yang rapuh jika terlalu kuat disentuh.

Kaisar menggeram tertahan, Wu Li Mei dan angin malam yang dingin. Pria itu berusaha keras mengusir nafsunya yang mulai menyelubungi pikiran.

"Kau sedang menggodaku, Mei-er?"

Wu Li Mei menatap manik sang kaisar, tangannya terhenti di udara. Pipinya merona menyadari mata dan tangannya telah bergerak lancang pada Kaisar Zhou. Wanita itu menarik tangannya cepat, melangkah mundur tapi Kaisar menahan pinggangnya.

"Ya-Yang Mulia." Wu Li Mei berucap dengan napas tertahan, tubuhnya ditarik untuk lebih dekat pada Kaisar Zhou.

Wu Li Mei bergerak gelisah, menatap iris hitam itu yang kian menggelap. Li Mei menahan dengan kedua tangannya saat Kaisar Zhou semakin menepis jarak. Tangan kasar pria itu mengelus pipinya, lalu turun ke bibirnya.

Wanita itu tahu apa yang kaisar inginkan saat menatap bibirnya dengan napas memburu. Ia memutuskan untuk diam, menunggu apa yang akan pria itu lakukan.

Perlahan tangan kaisar turun membelai leher Wu Li Mei, lalu berakhir di tengkuknya. Menciptakan desiran aneh pada diri sang selir.

"Malam ini kau milikku, Wu Li Mei." ujarnya parau.

"Aku ingin menghabiskan malam yang panjang denganmu."

"Kau tidak akan bisa lolos."

"Berhati-hatilah, Mei-er."

Kaisar mengakhiri ucapannya dengan seringai dan tatapan yang sulit diartikan. Detik selanjutnya, Kaisar Zhou menarik tengkuk Wu Li Mei dan menyatukan bibirnya. ******* pelan semakin menuntut. Sang selir merasakan kedua lututnya melemas karena ciuman lembut Kaisar Zhou. Wanita itu memejamkan mata dan mulai mengalungkam kedua tangannya di bahu kokok sang kaisar, menekan tengkuknya untuk memperdalam ciuman mereka.

Kaisar Zhou tersenyum tipis disela-sela ciuman panas mereka, melihat Wu Li Mei membalas ciumannya, sang kaisar seolah mendapat persetujuan untuk melakukan lebih.

Kaisar mengangkat tubuh ramping sang selir, menggendongnya untuk masuk ke dalam paviliun tanpa melepas ciuman mereka yang kian menuntut.

...****************...

"APA!!!"

Permaisuri Yang Jia Li menggebrak meja, dengan penuh amarah ia menatap tajam sang dayang. "Apa kau sadar dengan apa yang baru saja kau ucapkan, Dayang Yue?!" sentaknya.

Dayang Yue semakin menunduk takut, "I-itu kabar yang saya dengar dari paviliun selir agung, Yang Mulia." jawabnya jujur.

"Sialan Wu Li Mei, ia pasti memberikan guna-guna pada kaisar. Lihat saja Li Mei, aku akan menghancurkanmu!"

Yang Jia Li melempar semua hidangan makan paginya dari meja, beberapa piring porselen itu hancur hingga menimbulkan suara bising. Kabar tentang kaisar yang menghabiskan malam bersama Wu Li Mei terdengar di telinganya pagi ini, sang permaisuri menjadi kalut dan sangat marah.

1
Retno Nining
Luar biasa
Tiena Ismiati
peran utama booodoh
Tiena Ismiati
bodoh
Tiena Ismiati
peran utamanya bodoh
Tiena Ismiati
bodoh bodoh bodoh wu li
Tiena Ismiati
bodoh wu li mei
Maureen Aliha Srikandi
wahh akhirnya kaisar ada di pihak wu li mei
#ayu.kurniaa_
.
Jio
Luar biasa
Anna Susiana
semangat...selir wu li mei untuk membalaskan kejahatan ketidakadilan yg terjadi padamu dan anakmu
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
iya sama
Anonymous
Qok rasa2nya kaisar peran nya bodoh banget. Masa kaisar mau bicara takut di dengar tengok kanan kiri wkwkwk konyol
Anonymous
ok
Ulfa Indah Putri
ancoorrrr ini gimana siii,kenapa banyak yg di skip, awal nya ok masi di maklumi, tapi semakin kesini kek nya emang terus-terusan di skip de, ke kurang jadinya, banyak masala konflik yg belum selesai tapi kok tiba2 ber alih lagi ya, astaghfirullah tho thor
Anonymous
ok
Win Wiwin
kisah pngeran dan putri thor lanjut
Juliatni andiani Andiani
Luar biasa
Theresia Sri
lanjut tor
Rini Puspitayani
seperti disinetron kisahx kalah mulu engga asik
missyy
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!