Citraleka yang sedang berjuang untuk kesembuhan neneknya dikejutkan dengan sebuah penawaran dari seorang pria kaya yang memintanya untuk melahirkan seorang anak untuk pria itu dengan imbalan biaya untuk perawatan neneknya yang sedang menderita penyakit komplikasi.
"Berikan aku seorang anak, maka aku akan membiayai pengobatan nenekmu. " - Davidson fernandez.
Citra tak habis pikir bagaimana bisa seorang pria beristeri yang memiliki image baik bisa mengucapkan kata-kata itu dengan mudah dan akankah ia menerima tawaran sang pria yang memiliki istri seorang supermodel itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Bercerai? " David menoleh dengan tatapan tajam, kedua alisnya menukik garang. Sementara Citra yang awalnya merasa takut, mencoba untuk memberanikan dirinya.
"Coba katakan sekali lagi! " kata David kini dengan intonasi yang di tekankan.
"Ya, tuan. Aku ingin kita bercerai. " Tepat di saat Citra mengatakan itu, David dengan amarah yang tertahan, mencengkram kedua tangannya dan memojokkan tubuhnya hingga membentur tembok. Citra tersentak, wajah David kini sangat dekat dengan nya, mungkin hanya berjarak beberapa senti saja. Citra sontak menundukkan wajah, enggan berhadapan dengan sepasang mata elang laki-laki itu.
Seluruh tubuh Citra gemetar, saat sebelah tangan David yang besar terangkat dan seketika mencengkram dagunya dengan sangat kuat hingga membuat Citra tersentak dan mau tak mau matanya menatap sepasang mata David, seperkian detik kemudian dia tertegun karena di lihatnya wajah David tak sekeras tadi namun kini terlihat sendu dengan sorot matanya yang tersirat penuh luka.
"Bercerai katamu? " David menekan cengkraman tangannya, hingga membuat Citra meringis, memberontak meminta di lepaskan pun percuma karena kekuatan mereka yang tidak setara.
"Aku sudah meminta mu di hadapan Tuhan mu, dan dengan gampang nya sekarang kau meminta cerai padaku? " Hembusan napas hangat David menerpa wajah Citra yang kini berada di bawah kungkungan nya.
"Tuan, saya tidak ingin menyakiti hati siapapun. Hari ini saya bisa melihat hati seorang istri yang terluka. Jika saja anda jujur dari awal jika istri anda sebenarnya tidak setuju saya tidak akan--"
"Apanya? kau tidak akan menyetujui kesepakatan ini? begitu maksud mu?! "
"Tuan... " Citra mulai terisak. "Saya juga enggak punya pilihan lain. Saya terlalu terburu-buru waktu itu, saya tidak memikirkan konsekuensi dari akibat persyaratan yang saya ajukan dengan kurang ajar. "
David terdiam, melihat citra yang menangis sekeras ini entah mengapa membuat seonggok daging di dalam sana yang telah lama mati, ikut merasakan sakit nya. Sejak dulu, hidup David telah tersusun dengan sempurna, segalanya menjadi sangat membosankan karena dia bisa mendapatkan apa yang dia mau, tapi saat ini mengapa susah sekali untuk menahan gadis ini agar bisa bersama nya? Untuk pertama kali, David merasa di kalahkan. Dia kalah dengan air mata yang terus berderai dari mata indah itu.
David membuang muka, cengkeraman yang berpindah di pinggang Citra perlahan mengendur, lalu di lepas nya dengan hentakan pelan.
Citra sendiri menunggu David untuk berbicara namun pria itu justru menjauh dan memunggunginya. David merasa dilema, dia tahu ini akan terjadi, dan penyebab nya adalah ucapan Flora yang tak dapat dipercaya dan semua semakin rumit sekarang.
"Lalu bagaimana dengan operasi nenekmu yang selama ini selalu kau perjuangkan? " tanya David, mungkin untuk terakhir kali hanya ini satu- satunya cara untuk bisa menahan gadis itu agar tak pergi.
"Saya akan mencari solusi nya sendiri. " kata Citra dengan lugas. "Untuk sekarang, jika memang kesepakatan ini bisa di batalkan. "
Citra sudah memikirkan nya semalaman ini. Untuk kali ini dia tidak akan salah lagi dalam mengambil keputusan.
Kedua tangan David mengepal erat, hingga terlihat buku- buku tangannya yang memutih, dan citra bisa merasakan kemarahan pria itu hanya dengan melihat punggung nya yang menegang.
"Satu pertanyaan lagi. Aku tak akan memberikan kompensasi apapun karena kau yang membatalkan kontrak ini duluan. Soal keperawan mu yang sudah hilang, apa kau tidak merasa di rugikan? "
Sebelum menjawab, citra menarik napas dalam-dalam.
"Anggap saja itu adalah konsekuensi yang harus saya terima, tuan. "
Kedua tangan David semakin erat mengepal, hingga nampak urat-urat di sekitar lengan nya. Pria itu menggerakkan tertahan lantas memejamkan mata dan menarik napas pelan- pelan.
David kemudian berbalik tidak lagi memunggungi Citra.
"Baiklah jika itu maumu. "
Terdiam sejenak lalu David kembali melanjutkan ucapannya.
"Citraleka, aku membebaskan mu dari kontrak kesepakatan ini. " Akhirnya kata- kata yang Citra tunggu terucap sudah dari mulut pria itu.
"Aku tak akan menuntut apapun padamu meskipun jelas kau yang melanggar isi kontrak di sini, dan soal apapun pemberian Yang pernah ku berikan padamu, anggap saja itu sebagai sebuah sumbangan dari ku, karena kau juga tidak memberikan apa yang ku inginkan, yaitu seorang anak. "
Deg!
Citra tertegun, jantung nya seolah berhenti berdetak saat itu tepat setelah kata- kata itu keluar dari mulut sang pria.
Sumbangan? citra terkekeh miris, ternyata harga dirinya tidak lebih dari sebuah sumbangan. Kenapa rasanya sakit sekali? Seharusnya citra biasa saja dengan perkataan yang di berikan pria itu. Tapi kenapa hatinya terasa tercabik-cabik.
"Baik, aku sangat berterimakasih dengan sumbangan dari tuan selama ini. Dan aku juga menerima apa yang sudah menjadi keputusan tuan untuk ku. "
David kemudian berbalik badan, wajahnya memerah padam dengan kilat amarah tertahan di kedua netra hitamnya.
"Kalau begitu kau bisa meninggalkan rumah ini, malam ini juga. "
Bola mata citra bergetar, dia terlonjak. Malam ini juga? David sama sekali tak memberikan toleransi pada nya, seolah pria itu enggan untuk berlama-lama dalam satu atap dengan nya. Padahal malam sudah semakin larut, tak bisakah pria itu menyuruhnya untuk pergi besok paginya saja?
Ah, citra apa yang kau pikirkan? tentu saja kau yang menyakiti pria ini duluan, David tentu enggan untuk melihat wajah mu lagi setelah kau mengecewakan nya, pikir citra.
"Baiklah kalau begitu tuan, saya akan pergi malam ini juga."
Citra kemudian berbalik pergi. Namun dia ingat satu hal, kata talak dari pria itu yang belum terucap. Citra lantas menghentikan langkah, ingin mengingatkan David tapi ragu, takut David tidak mengetahui syarat memutuskan pernikahan dalam agama nya.
"Aku tahu apa yang ingin kau sampaikan, " kata David seolah bisa menebak isi kepala citra.
"Citraleka binti agung sutomo, mulai malam ini aku memberikan talak satu padamu. "
Detik itu juga setelah David berucap demikian, citra menutup kedua matanya, merasa kelegaan dan kesedihan dalam satu waktu yang bersamaan. Lega karena akhirnya dia tidak menjadi sebuah badai dalam hubungan pernikahan antara David dan flora, tapi di sisi lain ia sedih karena dia dan David bertemu di waktu yang salah.
Salahnya karena pernah terpesona dengan tatapan teduh itu, salahnya karena pernah terlalu larut dalam sentuhan hangat itu, salahnya karena dia salah menaruh hati dalam kesepakatan di antara mereka.
Sementara David, dia merasakan kekosongan yang luar biasa di dalam hatinya.
"Maaf."
David berdecih, dia terkekeh sumbang. "Kedepan nya jangan pernah menemui ku lagi. "
"Baik." Citra mengangguk, hatinya terasa remuk dari dalam, pria ini benar-benar sudah membencinya.
"Tuan tenang saja, kelak jika kita bertemu lagi dalam sebuah kebetulan, saya yang akan menghindar lebih dulu. "
*****
di tunggu up nya
🙏🙏🙏
di ceraikan oleh David
dan Citra hamil...
lanjut thor ceritanya
suka sama Flo...
dilema
akankah Citra
langsung Hamidun
dengan sekali tendang...
lanjut thor ceritanya
si tunggu up nya