Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pak Rian
"Jadi kamu mau dipanggil Ibu juga?" Yori malah balik bertanya. Belum sempat Rena menjawab, Amanda muncul dan duduk di sampingnya.
"Serius amat, ngobrolin apaan sih?" tanya Amanda saat ia melihat Yori yang sedang menatap tajam ke arah Rena seperti menunggu jawaban.
"Kepo aja kamu, Manda!" jawab Rena cuek.
"Oh ... jadi gitu ya sekarang pakai rahasia-rahasian segala nih?" protes Rena dengan wajah kesal yang dibuat-buat. Rena hanya menanggapi dengan senyuman. Tiba-tiba tiga orang mahasiswa mendekat.
"Assalamu'alaikum, Bu Rena!" Salah seorang dari mereka menyapa.
"Wa'alaikum salam, eh Yanti, Elsya, Nono, kalian disini juga?" sapa Rena dengan hangat.
"Boleh gabung gak Bu?" tanya Yanti sambil melirik Yori sekilas.
"Tentu aja silahkan." Rena mempersilahkan mereka duduk setelah Amanda memberi persetujuan dengan anggukan kepalanya. Mereka duduk di kursi kosong di samping Yori. Dan Yanti duduk di samping Rena.
"Aku aja yang mesan makanannya! Seperti biasa kan?" Nono berinisiatif. Mereka mengangguk dan ia pun beranjak memesan makanan.
"Hai Yori?" sapa Yanti ke Yori. Ia tak menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Karena ini kali pertama mereka bisa bertemu dengan jarak sedekat ini.
"Hmm." Yori hanya menaikkan alisnya. Yanti sedikit kecewa. Air wajahnya berubah sedih. Rena yang melihatnya segera mengambil tindakan
"Oh iya ya, Yanti kan sekelas sama kamu, Yori?" ujar Rena kemudian pada Yori.
"Masa?" Yori menjawab dengan cuek.
"Iyalah ... kamu kan suka telat masuk kelas dan jarang kuliah makanya nggak tau temenmu siapa aja!" sindir Rena sinis. Yori mendelikkan matanya pada dosennya itu. Tak tak terima dengan kalimat Rena yang menyudutkannya. Rena tersenyum menang. Yanti pun ikut tersenyum.
"Manda, ini Yanti! Anaknya teman Ibuku yang aku ceritain waktu itu!" ujar Rena sambil menghabiskan minumnya.
"Oh ternyata kamu toh, Yan! Kalau Yanti ini, aku juga sudah akrab Ren abis dia orangnya rame sih, ya kan Yan?"
"Iya Bu, Kak Manda ini orangnya gokil abis, mana baik banget. Makanya temen-temen suka sama Kak Manda." jelas Yanti semangat. Rena menganggguk membenarkan ucapan Yanti.
"Jadi kalian semua ini sekelas?" tanya Amanda.
"Nggak kak, saya sekelas Nono!" jawab -Elsya.
"Kok bisa akrab?" Amanda penasaran.
"Mereka satu rumah." Rena menyaut. Nono pun kembali dari memesan makanan.
"Dia juga serumah sama kamu Yan?" tanya Amanda lagi. Sepertinya kekepoannya tiada habisnya.
"Iya Kak, dia sepupu aku!" jawab Yanti. Akhirnya Amanda mengangguk-angguk tanda mengerti.
"Nono, apa tugasmu udah beres?" tanya Rena pada Nono yang berada disamping Yori.
"Iya sudah disetor ke dosennya, Bu." jawab Nono sopan. Ia selalu sungkan dengan dosennya ini.
"Alhamdulillah, akhirnya tugasku bisa lebih ringan. Pokoknya harus lebih giat lagi belajarnya supaya nilainya gak bermasalah lagi, ya!" Nasehat Rena lagi. Yang dinasehatinya pun mengangguk.
"Weh ... serasa lagi konseling nih aku!" ejek Amanda. Dia memang selalu usil pada Rena.
"Iya dong Manda sayang, pokoknya selama ada kesempatan harus digunain. Jangan sampe kesempatanku diambil semua sama orang yang suka aji mumpung!" sindir Rena pada Yori lagi sambil meliriknya.
"Gercep memang kamu, Ren!" Amanda mencubit dagu sahabatnya itu dan sebaliknya Rena membalas mencubit pipi Amanda. Mereka semua tersenyum melihat tingkah dua orang sahabat yang usianya lebih tua dari mereka tapi tingkahnya tidak kalah kekanakan seperti mereka.
Yori yang disindir juga tersenyum tipis sambil terus sibuk dengan ponselnya. Yanti yang memperhatikannya, merasa takjub dengan senyuman langkanya meskipun hanya sekilas. Lalu makanan yang dipesan Nono pun datang.
"Kalau gitu kita duluan ya?" pamit Rena pada Yanti dan teman-temannya.
"Iya Bu, silahkan!" ucap mereka bareng.
"Selamat menikmati makanannya!" Amanda juga berpamitan. Yori tak bersuara hanya melambaikan tangan dengan cuek. Ia mengikuti Rena dan Amanda yang melangkah keluar kantin, mensejajari langkah mereka.
"Aku balik dulu!" Yori berpamitan pada Rena dan Amanda.
"Jangan lupa loh sebentar sore kita mau pemotretan untuk pengambilan gambar brosur dan baliho!" pesan Amanda mengingatkannya.
"Oke!" Yori menatap Rena sejenak. Kemudian melanjutkan lagi, "temani aku!" Ucapnya pada Rena.
"Temani apa?" Rena bingung.
"Nanti sore!" jawabnya singkat.
"Oh ... oke!" Rena langsung menjawab
"Aku telpon bentar!" Rena hanya mengangguk. Yori meninggalkan mereka sambil melambaikan tangan.
"Wah kalian seperti bukan teman deh!" goda Amanda lagi. Ia menyipitkan matanya menatap curiga.
"Kalau bukan teman jadi apa? Musuh sama lawannya?" jawab Rena malas.
"Entahlah, sikap Yori ke kamu selalu beda! Yang paling aneh kenapa dia selalu minta temani kamu terus? Mungkin ... dia punya rasa sama kamu, Ren!" Amanda mulai menerka-nerka.
"Lebay kamu Manda, dia tuh cuma mau balas dendam aja soalnya pernah aku kerjain pas di kelas!" elak Rena dengan santainya. Toh memang kenyataannya seperti itu. Rena merasa semua perlakuannya Yori hanya sebatas kejahilan bocah seusianya pada umumnya.
"Tapi tetep aja aneh sih menurut aku!" Amanda masih ngotot dengan prasangkanya. Rena tak menjawab. Baginya itu tidak penting untuk dipikirkan. Mereka pun terus berjalan menyusuri koridor kampus sambil bercanda.
Mereka terdiam ketika berpapasan dengan Pak Rian, staff administrasi yang sedang berjalan berlawanan arah di koridor itu.
"Eh Bu Rena! Baru ketemu lagi." sapa Pak Rian pada Rena sambil tersenyum sumringah.
"Bukannya tiap hari ketemu, Pak?" jawab Amanda cepat. Wajahnya terlihat kesal.
"Kan Bu Rena biasanya setelah mengajar langsung pulang! Makanya jarang ketemu!" Pak Rian berdalih lagi.
"Ya iyalah Pak, ngapain juga lama-lama di kantor kalau nggak ada yang dikerjakan, yang ada malah lumutan di sana." Amanda semakin sewot. Rena mencolek lengan Amanda agar serangannya dihentikan.
"Kami permisi dulu Pak Rian!' Rena segera menarik sahabatnya melanjutkan perjalanan ke kantornya.
"Kamu tuh orang begitu diladenin!" Rena menegur Amanda setelah menjauh dari Pak Rian.
"Harus dong Ren, dia tuh cari muka banget sama kamu! Harusnya kamu tegasin dari dulu supaya tingkahnya enggak menjadi-jadi. Hati-hati loh Ren dia orangnya nekat!" omel Amanda seperti biasa.
"Iya bawel!"
"Aku serius loh Ren!" Amanda khawatir. Dia mengingat kejadian beberapa waktu lalu.
Flashback On
"Pak Rian ngapain di sini?" tanya Amanda heran melihat Pak Rian berada di mejanya sedang membuka-buka file di PC nya.
"Eh, Mbak Amanda maaf yah ... tadi saya buru-buru mau mencari data mahasiswa, ternyata Mbak Amanda tidak ada di sini. Kebetulan PCnya nyala dan gak terkunci jadi saya cari sendiri." Pak Rian kikuk setengah mati.
"Ya jelas dong gak terkunci, kan saya cuman tinggal ke toilet sebentar tadi!" Amanda menanggapi dengan kesal.'
"Kalau gitu saya permisi, maaf ya Mbak Amanda!" Pak Rian segera berlalu ke ruangannya yang berada di samping ruangan Amanda.
Setelah kepergian Pak Rian, gadis itu segera memeriksa PC nya. Dia memeriksa riwayat file yang sudah dibuka. Dan Amanda semakin terkejut saat menemukan bahwa file data yang di cari Pak Rian adalah data pribadi Rena Arista.
Semenjak itu Amanda selalu memperhatikan gerak-gerik Pak Rian. Dia bahkan pernah mendapati Pak Rian di sekitar rumah Rena. Dan ketika ditanya Pak Rian berdalih sedang dalam perjalanan pulang dari rumah temannya yang berada di sekitar situ.
Flashback Off
"Kamu tenang aja Manda, aku akan jaga diri kok! Kan ada kamu juga yang jagain aku?" Rena berusaha menenangkan sahabatnya yang sejak SMP selalu bersamanya itu.
Mareka pun sampai di ruangan dan kembali melanjutkan aktivitasnya.
Sorenya...
Kampus sudah nampak lenggang. Hanya terlihat beberapa mahasiswa saja yang masih lalu lalang. Pemotretan berjalan lancar, gadis yang menjadi pasangan Yori berasal dari jurusan lain. Mereka nampak serasi dilihat dari porsi wajah dan tubuhnya. Saat bersiap-siap pulang, gadis itu mendekati Yori. Mencoba mencuri perhatiannya.
"Kamu pulang sama siapa? Boleh numpang nggak?"tanya gadis itu sambil memainkan rambutnya.
"Nggak boleh!" jawab Yori dingin.
"Kenapa?" gadis itu heran.
"Aku sudah punya penumpang!"
"Hah, siapa?" Diamasih tidak percaya.
"Dia!" Yori menunjuk ke arah Rena yang berada di taman tak jauh dari posisinya.
Gadis itu membuang muka kesal dan beranjak pergi.
Sepeninggalan si gadis itu, Yori terus memperhatikan Rena yang sedang asik berbicara dengan Amanda. Dia mengetik pesan.
Aku antar pulang! aku tunggu di parkiran_Yori.
Dia pun mengirimkan pesannya pada Rena.
Bersambung.
...****************...
bonus lumayan
Next lanjut