Dijodohkan? Kedengarannya kayak cerita jaman kerajaan dulu. Di tahun yang sudah berbeda ini, masih ada aja orang tua yang mikir jodoh-jodohan itu ide bagus? Bener-bener di luar nalar, apalagi buat dua orang yang bahkan gak saling kenal kayak El dan Alvyna.
Elvario Kael Reynard — cowok paling terkenal di SMA Bintara. Badboy, stylish, dan punya pesona yang bikin cewek-cewek sampai bikin fanbase gak resmi. Tapi hidupnya yang bebas dan santai itu langsung kejungkal waktu orang tuanya nge-drop bomb: dia harus menikah sama cewek pilihan mereka.
Dan cewek itu adalah Alvyna Rae Damaris — siswi cuek yang lebih suka diem di pojokan kelas sambil dengerin musik dari pada ngurusin drama sekolah. Meskipun dingin dan kelihatan jutek, bukan berarti Alvyna gak punya penggemar. Banyak juga cowok yang berani nembak dia, tapi jawabannya? Dingin banget.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Boneka Teletubbies.
Drrtt... Drrtt... Drrtt...
Sudah empat kali benda pipih di atas nakas itu bergetar nyaring, namun sepasang suami istri yang masih terlelap dalam pelukan di atas ranjang tetap tak menunjukkan tanda-tanda terganggu.
Sepasang suami istri? Benar, El dan Alvyna. Setelah hampir semalaman menghabiskan waktu mencari makan di luar, baru menjelang tengah malam mereka pulang El sempat mengajak Alvyna mampir ke sebuah kafe untuk benar-benar mengisi perut mereka. Ya masa iya cukup dengan makan sempolan doang?
Menariknya malam itu tak ada debat, tak ada saling sindir seperti biasanya. Entah karena terlalu lelah atau sudah kehabisan energi untuk ribut, keduanya langsung tidur setelah membersihkan diri. Dan pagi ini, entah sejak kapan, mereka sudah saling berpelukan erat layaknya boneka Teletubbies.
Drrtt... Drrtt... Drrtt...
Untuk kelima kalinya, dering itu kembali terdengar. Si penelepon benar-benar tak menyerah. Padahal masih terlalu pagi, karena jarum jam baru menunjukkan pukul 05.50.
"Engh ck!" Alvyna melenguh pelan, bibir mungilnya mengerucut sebal sambil menggeliat tak nyaman di dalam pelukan El.
Gerakan Alvyna itu membuat El juga terganggu. Pria itu mengerang pelan, menggeliat pelan dengan wajah kesal mendengar suara berisik dari ponsel yang terletak tidak jauh dari kepalanya.
"Ck, siapa sih El angkat dulu deh, berisik banget, ganggu banget!" gerutu Alvyna dengan suara serak dan mata masih terpejam.
Belum sepenuhnya sadar, Alvyna malah makin menyelipkan kepalanya ke dada El dan memeluknya lebih erat. Padahal biasanya mana sudi dia memeluk duluan. Biasanya juga di jam segini, Alvyna sudah bangun dan sibuk di dapur.
"Ck! Gue banting juga nih HP kalau terus bunyi!" desis El sambil meraba ponselnya dengan sebelah tangan, masih malas membuka mata dan belum berniat bangun dari tempat tidur.
Dengan mata terpejam, El menggeser ikon hijau ke atas dan menempelkan ponsel ke telinga tanpa peduli siapa yang menelepon.
"Hem?" gumamnya malas.
"Kenapa gak bangun-bangun sih El! Udah ditelepon berkali-kali juga gak diangkat!" suara Lyra langsung meluncur dari seberang, terdengar sangat tidak sabar.
"Ck, ngapain sih pagi-pagi udah berisik banget sih."
"Apa? Berisik? Kamu bilang aku berisik? Aku..."
"Langsung aja ada apa sih. Kalau gak penting gue matiin, gue masih ngantuk banget nih." potong El cepat.
"Eh jangan dong El pacar sendiri kok gitu amat! Kamu udah gak cinta sama aku ya?"
El menghela napas kasar. Mata mulai terbuka perlahan saat mendengar nada Lyra yang seolah mau ngajak ribut di waktu yang bahkan belum pantas disebut pagi.
"Gue tanya sekali lagi ada apa? Kalau gak penting, stop ganggu. Gue balik tidur!" ucapnya malas.
"Ban mobil aku kempes di deket club..."
"Ngapain pagi-pagi udah di sana?" sela El, bingung. Dahi mengernyit, matanya melirik ke arah jam dinding. 05.50 lewat, dan Lyra udah keluyuran?
Kata-kata Darian malam tadi langsung terlintas di kepala El tanpa permisi 'Gue saranin lo datang aja sendiri biar bisa lihat langsung, kalo lo masih gak percaya sama gue.' Apa Lyra semalaman nginep di sana dan baru mau pulang sekarang?
“E-Em aku ... Aku tuh…”
“Lo semalam ke sana lagi?” potong El dingin.
“H-hah? K-kesana? Maksud kamu ke mana?”
“Menurut lo?” balas El dengan nada menggertak.
“Apa sih El kenapa jadi ngegas gini ban aku tuh beneran kempes, jemput aku dong aku bisa telat ke sekolah nih.”
El menunduk sebentar, menatap Alvyna yang mulai menggeliat dalam pelukannya. Sepertinya tak lama lagi gadis itu akan terbangun.
“Engh, hoamm...”
El cepat menutup mulut Alvyna dengan satu tangan. Gemas melihat wajah ngantuk istrinya, apalagi ini pertama kalinya dia melihat Alvyna bangun tanpa langsung ke dapur.
"El! Kamu denger gak sih! Aku serius nih! Jemput aku sekarang juga!"
“Lo ngerasa masih punya hutang penjelasan gak sama gue? Gue nanya apa barusan?”
Alvyna membuka mata perlahan, mendongak dengan dahi berkerut.
“Siapa?” bisiknya.
Tanpa bicara, El menunjukkan layar ponselnya. Alvyna menaikkan sebelah alisnya, lalu dengan cepat mengaktifkan mode loudspeaker. Penasaran juga apa urusan Lyra pagi-pagi begini.
“Emm aku tadi lewat aja kok, terus bannya malah kempes di sini...”
“Habis dari mana?” tanya El, tajam.
“Bannya kempes? Dimana? Masih pagi banget loh El,” bisik Alvyna heran.
“Deket club,” jawab El pelan.
Alvyna mengernyit dalam, lalu melirik jam dinding. “Pagi-pagi gini? Jangan-jangan mereka nginep?”
Ternyata pikiran mereka sama!
“Kenapa gak langsung lo spill aja fotonya?” bisik Alvyna.
El menoleh. “Apa gak terlalu cepet? Rencana gue sih mau kasih liat di sekolah nanti.”
“Kalo dia nangis lagi kaya kemarin?” tanya Alvyna tenang.
El mengangguk pelan. “Lo bener. Mending sekarang aja. Biar nanti tinggal gue tinggalin. Lo emang paling pinter!” gumamnya sambil mengacak rambut Alvyna gemas.
El pun mulai membuka galeri dan mengirim foto yang dikirim Darian semalam ke Lyra.
“El! Kamu masih denger kan? Halo?!”
“Buka WA gue, terus jelasin maksud semuanya!” potong El dingin.
Hening.
Alvyna tersenyum miring. “Nah, diem kan cewek lo?”
“El a-apa maksud foto ini?” suara Lyra terdengar goyah.
“Gue yang harusnya nanya Lyra. Apa maksud foto ini ha?”
“K-kamu dapet dari mana?”
“Gak penting, yang penting lo jelasin sekarang!”
Alvyna menepuk dada El. “Motor gue udah balik kan?”
El mengangguk. “Udah di garasi.”
“Nice. Gue ke dapur dulu deh.” tukas Alvyna melepaskan diri bersiap pergi.
El membiarkan Alvyna pergi toh dia masih ada urusan yang belum selesai dengan Lyra. Kalau tidak, pasti sudah dia tahan lagi itu istrinya.
“Itu... itu pasti editan El. Aku gak keluar semalem, beneran. Pasti ada yang mau merusak hubungan kita, itu bukan aku...”
“Oh ya? Emang ada teknologi se-editan itu?”
“B-bisa aja dong! Sekarang serba canggih! Kamu juga tau kan banyak yang gak suka sama aku, El…”
Dan akhirnya... nangis.
“Ck terserah. Gue mau mandi!” dengus El lalu mematikan telepon sepihak, melempar ponsel ke kasur dan masuk kamar mandi.
Dua puluh menit kemudian, El keluar dengan hanya mengenakan handuk kecil. Masih sepi sepertinya Alvyna di dapur. Ia melangkah ke walk-in closet, tapi dahi mengerut.
“Ck lupa nyiapin baju nih si Rae” gumamnya.
Dengan langkah cepat ia keluar berteriak, “RAE! RA!! RAE!!!”
Alvyna mendongak, “Apa sih El! Mau bangunin tetangga?!”
El nyengir di tangga. “Cepetan ke sini!”
“Ngapain?”
“Cepetan! Suami lo manggil tuh jangan banyak nanya!”
Alvyna menghela napas. “Iya-iya! Ini juga udah mau naik!”
El menunggu dengan tangan bersilang, menyeringai puas.
“Ada apaaa AAAA mata suci gue!!!” Alvyna langsung menutup mata dengan dua tangan.
El malah bingung, “Kenapa Ra?”
“Ngapain lo gak pake baju! Buruan ganti dong!”
“Masalahnya itu, gue manggil lo juga karena itu.”
“Hah?”
“Lo lupa nyiapin baju gue kan?”
Alvyna baru ingat. “Sorry gue buru-buru ke dapur tadi.”
“Hmm sekarang ambilin baju buat gue.” ujar El lalu langsung menggendong Alvyna.
“AAAA!!! Lo gila ya!”
El tetap tenang, menurunkan Alvyna di depan lemari.
Alvyna berusaha menjaga pandangannya. “Nih, buruan pake. Gue mandi!”
El memutar tubuh Alvyna. “Ngapain tutup mata?”
“Biar mata gue gak rusak!”
El tertawa pelan, menerima baju dan membiarkan Alvyna kabur keluar.
“Cewek lain lihat gue gini biasanya teriak kegirangan, lah dia malah kabur? Gimana nyetak cucu kalau dia takut liat badan gue?” gumamnya kesal sambil mulai berpakaian.