Sahara adalah anak kandung yang terusir bersama dengan ibunya karena Fit-nahan yang di buat oleh wanita lain di hati ayahnya.
Mampukah Sahara memperjuangkan dan membersihkan nama ibunya dari fit-nah keji wanita yang tak lain adalah sahabat ibunya itu?
Akankah ayahnya percaya? baca terus kisah Perjuangan Sahara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sahara 31
"Buatkan kopi untukku."ucap Brian mengagetkan Sahara yang sedang melamun saat mendengar dari temannya anggota kelompok jika ibunya datang ke kantor sang ayah. ibunya tak mengatakan apapun akan hal itu. Sehingga membuat dia meras sangat khawatir kalau ayahnya itu akan melontarkan kata-kata yang menyakitkan kepada ibunya.
"Ah iya, baik Pak."jawab Sahara tanpa ada drama membuat Brian sedikit mengerutkan alisnya dan pergi dari sana.
Mereka kembali bekerja dan Sahara sangat serius dengan pekerjaannya. Tak banyak bicara dan fokus. Brian yang melihat itu juga hanya tersenyum miring. Merasa sedikit tenang dan lega karena Sahara tak banyak bertingkah dan membuat dia pusing.
"Baguslah karena membuat dia akhirnya bekerja dengan benar dan tanpa banyak rusuh. Dan tidak membuatku pusing dengan tingkah sok soan nya."batin Brian.
"Araaaa... Abang Galih datang."Galih masuk kedalam ruangan Brian sambil berteriak di pintu ruangan Brian.
Sedangkan Sahara terlihat kaget melihat kedatangan Galih yang dengan santai bisa masuk kedalam ruangan Brian tanpa ada yang berani melarangnya. Apa hubungan mereka sebenarnya? Melihat kedatangan adiknya yang seperti itu membuat Brian kesal bukan main.
"Berisik lu Galih... Ini di kantor bukan di rumah."kesal Brian sambil melempar pulpen ke arah Galih yang sedang terkekeh.
"Eits... Gak kena. Wleee..."jawab Galih sambil menjulurkan lidahnya.
"Keluar gak lu. Jangan ganggu orang kerja."kesal Brian
"Gak Bang. Sabar aja. Gue kesini cuma mau nemenin gebetan gue kerja. Iya kan Sahara cantiknya Abang Galih."jawab Galih sambil menaikkan turunkan alisnya dan duduk di depan Sahara.
"Jauhan bisa gak. Ngedistrek mata gue tau gak."kesal Sahara
"Gitu amat sama Abang. Bilang aja kalau kamu gak konsen karena mau mandang wajah ganteng Babang Galih."jawab Galih percaya diri.
"Kalau kamu ganggu dia yang lagi kerja Abang bilang Mami ya?"ancam Brian.
"Dasar tukang ngadu."Galih bangkit dari duduknya sambil mencebikkan bibirnya kesal.
"Nih gue bawain makanan buat Lo. Lo pasti lupa makan."Galih memberikan paperbag berisi makanan kepada Sahara. Membuat Brian menekuk kedua Alisnya heran. Adiknya bisa seperhatian itu kepada seorang wanita.
"Thanks. Tapi gue mau tanya. Apa hubungan kamu dengan Pak Brian? Apa kalian kakak adek?"Tanya Sahara sambil mengambil paperbag dari Galih.
Sedari tadi dia sangat penasaran dengan cara komunikasi keduanya yang begitu santai. Sahara memang tidak tau.
"Dia Abang kandung gue! Abang yang paling menyebalkan sedunia!"jawab Galih membuat Brian kesal bukan main dan kembali melemparkan pulpen kepada adiknya itu. sedangkan Sahara agak kaget mendengarnya. Karena memang sifat mereka yang berbeda seratus delapan puluh derajat.
"Seriusan?"tanya Sahara dengan wajah tak percaya.
"Cius lah! Jangan masang wajah begitu aku malah semakin gemas liatnya pengen aku cium tau nggak?"jawab Galih jujur membuat Sahara mendelik sedangkan Brian semakin kesal dengan adiknya itu.
"Galih! Jaga ucapanmu!"kesal Brian.
"Lah apa yang salah? Aku udah dewasa kan? lagian aku nggak akan berani macam-macam sama ayang Sahara. Karena dia adalah wanita paling spesial dan sangat berharga buat Abang Galih,"jawab Galih percaya diri.
"Mau pergi nggak? jangan ganggu dia, dia sedang bekerja!"kesal Brian meminta adiknya keluar dari ruangannya.
"Iya aku diem bang, aku anak Baek kok,"jawab Galih.
Setelahnya Galih berjalan ke sofa menunggu Sahar bekerja sambil tiduran dan main game. Matanya sesekali melirik ke arah wanita pujaan hatinya itu. Wanita yang sulit sekali percaya kalau dia menyukainya dan malah selalu menganggap Galih adalah teman.
"Ara, besok malam balapan lawan gue mau gak?"tanya Galih sambil memainkan game diponselnya.
"Ogah. Lu kalah mulu."jawab Sahara santai.
Tangan dan matanya fokus dengan pekerjaannya dia juga sambil memakan sandwich yang di bawa Galih tadi. Kebetulan memang dia belum makan apapun dari pagi, hanya kopi saja.
"Aku yakin deh kali ini aku menang. Kamu mau apa taruhannya? Mau hati aku?"tanya Galih kembali.
Membuat Sahara memutar bola matanya malas. Sedangkan Brian kesal bukan main karena seperti di anggap patung keberadaannya disana oleh mereka.
"Bisa gak mulut lu diem. Berisik. Ganggu orang kerja aja."kesal Brian.
"Ck... Kenapa meja Sahara harus satu ruangan sama Abang? Bukannya dia hanya sekedar OG?. Kalau Sarah tau dia bisa salah faham. Udah tau punya cewe cemburu buta malah masukin cewe secantik Sahara kedalam ruangan lu. Tuh si Sarah bukan cuma cemburu karena liat Sahara kerja bareng Lu. Tapi juga bakalan cemburu karena kecantikan dia yang banyak hasil operasi dan dempul kebanting sama wajah cantik alami gebetan gue. Apalagi kerjaan jadi model begituan, sebadan-badan di kasih liat ke orang banyak. Jijay gue liatnya. Abang masih mau aja sama cewek murahan seperti dia! Dan sekarang dia udah nggak bisa di hubungi? Palingan lagi di booking noh dia! merinding disko gue jadinya kalau cewek begituan jadi istri gue. Mending menjomblo seumur hidup,"cerocos Galih.
Brian kesal bukan main kepada adiknya itu. Tapi ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Galih. Karena Sarah memang selalu memakai riasan yang sedikit tebal. Karena memang cantiknya do bantu oleh riasan. Dan masalah pekerjaannya, ah itulah. Padahal dia sudah mengatakan kepada Sarah untuk berhenti karena dia mampu memberikan dia kehidupan yang layak. tapi lagi-lagi Sarah mengatakan dengan alasan modeling adalah hobi dan juga cita-citanya.
"Iya. Nanti gue pindahin ruangan dia."jawab Brian Membuat Sahara juga girang mendengarnya.
"Oke deal. Gue terima tawaran balapan dari Lo. Karena akhirnya Lo juga bisa bawa gue keluar dari ruangan ini. Pengap. Apalagi kalau bisa keluar dari ruangan ini sekarang."Jawab Sahara.
Galih terkekeh sedangkan Brian menatap tak percaya ke arah Sahara yang mengatakan ketidaksukaan dia tepat di depan matanya. Tanpa ada rasa takut atau ragu sedikitpun. Apa se tidak suka itu dia kepadanya. biarlah, dia juga tak suka dengan gadis seperti Sahara yang menyebalkan.
"Okey deal. Ayo bereskan kita pindah ke ruangan sebelah."ajak Brian bangkit dari duduknya.
Dengan semangat Sahara juga membereskan berkas di mejanya. Mereka berdua seolah tak peduli dengan Brian. Dan Brian juga tidak bisa menolak karena memang sewaktu-waktu Sarah, kekasihnya bisa saja datang. Dan kebetulan di saat bersamaan Raka masuk kedalam ruangan Brian.
"Loh mau kemana kalian?"tanya Raka heran.
"Nah kebetulan. Ayo Bang bantu kita pindahin meja Ara ke luar atau ke ruangan sebelah. Takut pacar cemburuan dia datang bisa bahaya. Jatoh langsung harga diri dia di banding gebetan gue ini. Kebanting kemana-mana bisa tantrum. Ntar di kira gebetan gue cewe gatel lagi."cerocos Galih membuat Raka terkekeh dan garuk kepala.
"Betul juga apa kamu bilang. Ya sudah di ruangan sebelah saja. Masih kosong juga. Biar lebih aman, apalagi dia cewek."jawab Raka sambil membantu mengangkat meja Sahara keluar ruangan Brian.
"Jangan remehkan gebetan gue Bang. Dia cewe tangguh. Bukan cewek lebay kayak pacar Abang gue."jawab Galih membuat Raka kembali terkekeh.
"Gue gak budek dan masih dengar dengan jelas perkataan kalian."kesal Brian membuat mereka dia cengengesan dan pergi dari sana.
maaak kuramg panjang durasinya jadi ga berasa mak