NovelToon NovelToon
Memiliki Bayi Bersama Pria Yang Kubenci

Memiliki Bayi Bersama Pria Yang Kubenci

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Single Mom / Nikah Kontrak / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: khayalancha

Jenar dan Gena bertemu di Pantai Pangandaran. Mereka sedang terluka hatinya dan saling menyembuhkan satu sama lain. Namun di hari terakhir Gena mendengar pembicaraan Jenar dan sahabatnya di telepon. Jenar mengatakan bahwa Ia hany mengisi hatinya dan tidak menganggap serius. Gena sakit hati karena Ia menyukai Jenar. Pergi tanpa mengatakan apapun. Jenar merasa juga dibodohi Gena. Lalu memang takdir tak bisa ditolak, Kakak mereka jodoh satu sama lain dan akan menikah mereka diperkenalkan sebulan sebelum pernikahan sebagai calon ipar. Walaupun saling membenci, mereka tahu bahwa ini demi kebahagian Kakak yang mereka sayangi. Berpura-pura tidak saling mengenal. Tanpa berkata apapun. Sembilan bulan kemudian saat musibah terjadi, saat Kakak mereka kecelakaan dan meninggalkan seorang bayi. Mereka mau tidak mau harus bersama, mengurus keponakan mereka. Dan saat itulah cinta mereka bersemi kembali. Apakah ini sebuah takdir dengan akhir bahagia atau hanya luka lama yang terbuka lagi? -You Never Know What Happen Next-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khayalancha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 - Pertemuan Tak Terduga

Dua bulan berlalu sejak pertemuan terakhir mereka hari itu. Jenar melalui harinya seperti sedia kala. Tinggal bersama kakak lelakinya yang bernama Leknor karena ayah mereka meninggal sewaktu Covid. Sedangkan ibu mereka kabur entah ke mana sewaktu Jenar berusia dua tahun.

Jenar berusaha menepis bayangan Gena. Sampai saat ini mereka tidak pernah bertemu lagi. Kisah mereka usai secepat itu seolah tidak ada artinya. Bahkan ciuman mereka hari itu hanya sebagai pengisi kekosongan. Jenar tersenyum miris. Meski berusaha denial, tetap saja relung hatinya terasa sakit bila mengingat cowok itu. Bahkan sakitnya beda dengan sakit yang ia rasakan saat tahu Hanif bertunangan.

Apa mungkin karena dengan Hanif hanya cinta sepihak, sementara dengan Gena ia merasakan interaksi mereka setimpal? Jenar terus memikirkan hal ini.

Menggeleng samar, Jenar kembali fokus pada kehidupannya saat ini. Maka di sinilah ia berada saat ini. Tepatnya di dapur, sedang membuatkan sarapan untuk sang kakak yang sebentar lagi akan berangkat bekerja.

Bibir ranum itu tersenyum melihat nasi gorengnya sudah matang. Mematikan api kompor, ia ambil piring untuk menaruh sajian yang dimasaknya itu.

“Je, Mas berangkat agak cepat, ya?”

Seruan dari belakang membuat Jenar menoleh. Tampak Leknor telah rapi dengan setelan kerjanya. Fyi, Leknor memiliki sebuah perusahaan design arsitek. Kakaknya itu cukup mapan dan mampu menghidupi dirinya. Hanya saja saat ini Jenar masih belum mendapatkan pekerjaan meski sudah dua bulan ia diwisuda.

“Lho, kok cepat banget? Aku baru masak ini buat Mas. Sarapan dulu, lah. Jangan terlalu buru-buru!”

“Tapi—“

“Udah, Mas diam aja. Selalu gini tiap pagi. Sepenting itu banget, ya, pekerjaan buat Mas sampai nggak mau nyicip makanan adik sendiri?” oceh Jenar panjang lebar.

Leknor menghela napas. Sudah biasa ia mendengar celotehan Jenar yang bawel dan berisik itu. Padahal Jenar tahu ia pribadi yang disiplin dan profesional dengan pekerjaan. Pagi ini Leknor ada jadwal meeting. Jadi ia rasa, sebagai pimpinan tentu ia harus datang tepat waktu ke kantor sebelum karyawannya tiba. Jenar saja yang pola pikirnya berbeda dengan dirinya.

“Mas ada meeting,” lapor Leknor.

“Jam berapa emangnya?”

“Jam delapan. Mas harus tepat waktu.”

Jenar lantas melirik jam di dinding. “Bahkan hari belum jam tujuh. Mas, tolong deh dikurang-kurangi kebiasaan Mas yang over profesional itu. Coba contoh aku. Hidupnya santai. Let if flow—“

“Saking santainya Mas suruh kerja di perusahaan Mas nggak mau,” ledek Leknor.

Jenar cemberut mendengarnya. Ia menghentakkan kakinya dan meletakkan piring nasi goreng itu ke atas meja. “Nyindir mulu.”

Gemas, Leknor mengacak rambut adik perempuannya itu. “Makanya. Jangan hura-hura terus. Kamu harus mikir masa depan kamu gimana. Mas nggak selamanya bisa sama kamu. Mas—“

“Bentar. Kok Mas ngomong gitu? Mas mau ninggalin aku juga kayak Mama sama Papa?” tebak Jenar tak tenang.

Leknor segera menggeleng. “Bukan. Kamu jangan salah paham dulu. Maksud Mas, suatu saat Mas pasti akan berkeluarga. Kamu juga begitu. Nggak selamanya jadi adik manja Mas.”

Jenar mendadak sedih. Ia peluk tubuh kakaknya itu sambil mendusel-duselkan hidungnya di dada bidang Leknor. “Ih, jangan gitu. Aku nggak mau ditinggal. Cuma Kakak yang aku punya,” ringiknya.

Leknor menarik napas dalam. Sepertinya pergi ke kantor sekarang tanpa menyentuh sarapan yang dibuatkan Jenar adalah hal yang akan memancing war antara mereka. Untuk itu Leknor mengalah. Ia usap punggung sang adik, dan setelah Jenar sedikit tenang, barulah ia lepas pelukan mereka. Leknor pun duduk di kursi meja makan dan menyuruh sang adik duduk di sebelahnya.

"Iya, Mas makan. Biar kamu senang.”

Senyum sumringah Jenar langsung terbit. “Nah gitu dong. Mau makan aja harus pakai drama segala!”

Lantas mereka sarapan bersama. Suap demi suap mereka habiskan dengan tenang. Tak lupa pula Leknor meneguk susu buatan sang adik lengkap dengan telur separuh matang.

“Soal membangun keluarga tadi, Mas nggak bercanda.”

Jenar yang sedang meneguk susu itu menoleh ke arah sang kakak yang tiba-tiba membuka pembicaraan. Keningnya mengerut mencerna makna ucapan kakaknya itu.

“Maksudnya gimana?”

Leknor tampak membasahi bibir sebelum akhirnya berkata, “Mas ... lagi dekat sama seorang perempuan. Dan Mas berniat serius sama dia. Mas mau kenalin dia ke kamu.”

Byur! Susu di mulut Jenar langsung menyembur ke meja makan. Ia cukup terkejut karena kakak yang selama ini ia kira hanya fokus kerja itu ternyata memiliki kekasih. Bahkan pernah Jenar mengira kakaknya itu tidak normal, atau bisa saja menjadi bujang lapuk karena tidak ada tanda-tanda akan tertarik pada perempuan. Dan mendengar hal ini tentu mematahkan segala persepsi itu. Jenar benar-benar kaget pada plot twist yang ia dapat hari ini.

“Demi?!” jerit Jenar.

Leknor berdeham canggung. “Mas serius.” Lantas melirik wajah sang adik. “Kenapa? Kamu kaget ya? Mas minta maaf kalau berita ini kecewain kamu. Soal tadi kamu yang mau dimanja, Mas nggak masa—“

“Demi apa Mas normal?!” potong Jenar berseri-seri. Perempuan itu tampak riang hingga membuat Leknor terheran-heran.

“Bentar. Maksud kamu Mas nggak normal?!”

“Ya aku pikir selama ini Mas tuh nggak tertarik sama cewek. Nyatanya dugaan aku salah. Aaaa aku senang banget!” sorak Jenar heboh.

Leknor menghela napas lega. Walau sebenarnya sedikit kesal karena adiknya menuding begitu. “Ya enggak lah. Mas tertarik sama cewek. Kan Mas bilang selama ini Mas mau fokus sama kamu dulu. Jadi berhubung sekarang kamu udah lulus kuliah, Mas rasa nggak masalah menjalin hubungan serius. Tentunya sama perempuan yang juga mau menerima keadaan Mas. Dia perempuan baik. Beberapa kali juga dia pengen ketemu sama kamu. Makanya Mas yakin sama dia,” terang Leknor.

Jenar terharu mendengarnya. Apakah ia sedih Mas semata wayangnya jatuh cinta? Tentu saja tidak. Jenar tidak seegois itu meski selama ini ia sangat manja pada Leknor. Jenar ingin kakaknya memiliki kehidupan normal. Jatuh cinta, kencan, menikah, memiliki anak. Karena selama ini ia hanya tinggal berdua dengan Leknor. Jenar merasa selama ini ia menjadi penghalang kebahagiaan Leknor. Dan ia sedih bila kakaknya itu tidak mau membuka hati pada perempuan mana pun hanya karena memikirkan kebahagiaannya.

Oleh karenanya, Jenar mendaratkan tangannya di punggung tangan sang kakak, kemudian menggenggamnya dengan hangat. “Aku ikut senang sama hubungan Mas,” responnya.

Leknor membalas menggenggam tangan mungil sang adik sambil membalas senyumnya. “Makasih, ya. Kalau kamu nggak keberatan, nanti pulang Mas kerja, kita dinner di restoran Italia favorit Papa dulu. Gimana? Sekalian Mas kenalin ke dia,” ajak Leknor.

“Mau!” angguk Jenar antusias.

“Oke. Nanti pulang Mas kerja Mas hubungi kamu. Dia sekalian juga bawa adiknya. Mana tau nanti kalian bisa temanan.”

“Cie, cie, yang mau ketemu pacar. Senang, ya, Mas?”

Sepanjang perjalanan menuju restoran ini, Jenar tak henti-hentinya menggoda sang kakak. Ia suka melihat gaya salah tingkah kakaknya itu. Leknor yang kaku dan tertutup itu ternyata bisa bucin juga. Jenar mengkhayal bagaimana caranya sang kakak dan pacarnya itu bermesraan mengingat Leknor yang dinginnya seperti kulkas 20 pintu itu.

“Biasa aja. Kamu jangan ngoceh terus,” tegur Leknor.

Namun Jenar mana peduli. Selagi ia bisa meledek kakaknya itu, akan ia goda-goda terus Leknor sampai malu sendiri.

Menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, akhirnya sampai juga mereka di restoran tempat Leknor janjian dengan pacarnya. Dada Jenar bergetar begitu turun dari mobil. Mendadak ia rindu dengan sang ayah karena ini merupakan restoran kesukaan ayahnya.

“Ayok,” ajak Leknor yang langsung saja meraih bahu adiknya dan membawanya ke dalam restoran itu.

Jenar mengembuskan napas panjang. Tidak, ia tidak boleh sedih. Ia harus bahagia untuk kakaknya itu ....

Setibanya di dalam restoran, mereka mengambil tempat duduk di dekat jendela. Ternyata tempat ini sudah dibooking oleh Leknor sebelum datang ke sini. Jenar merasa terharu karena spot pojok dekat jendela itu adalah spot favoritnya. Dan sang Kakak tidak pernah lupa akan hal itu.

“Mereka udah di parkiran,” lapor Leknor usai membaca pesan dari kekasihnya.

Jenar langsung bercelingak-celinguk ke arah pintu. Bisa mati penasaran ia memikirkan bagaimana paras dari kekasih sang kakak.

“Pasti orangnya cantik banget, ya? Aaa nggak sabar.”

“Dia nggak datang sendiri. Dia ajak adiknya. Jadi kamu nanti jangan bar-bar banget,” tegur Leknor.

Namun Jenar mana peduli? Jenar tetaplah Jenar dengan segala kebacotannya.

Tidak butuh waktu lama, hanya sekitar dua menit, sosok perempuan yang disinyalir merupakan kekasih Leknor itu muncul dari ambang pintu. Leknor langsung melambaikan tangan ke arah perempuan itu hingga membuat Jenar mengikuti arah pandangnya.

Seketika tatapan excited Jenar berubah menjadi tatapan kaget. Jantungnya berhenti berdetak selama sedetik. Sekujur badannya bergetar dan diliputi rasa panas.

Bukan, bukan perempuan cantik bergaun merah itu yang membuat Jenar nyaris terkena serangan jantung, melainkan lelaki yang dibawa oleh perempuan itu.

Dia ... Gena. Lelaki yang pernah mengisi kekosongan hatinya dan mencampakkannya begitu saja dua bulan lalu.

‘Jadi dia adiknya perempuan itu?’

‘Kak Leknor akan menikah sama Kakaknya. Dan dia bakal jadi kerabat gue bentar lagi?’

‘Kenapa bisa begini?!’

Bermacam-macam isi hati Jenar. Yang tanpa ia sadari, ternyata dari kejauhan Gena juga merasakan hal yang sama. Tubuh lelaki itu membeku melihat sosok perempuan yang ada di hadapannya.

“Hai, Darl!”

Perempuan itu menyapa Leknor, dan Leknor berdiri untuk mempersilakan sang kekasih duduk. Mereka berdua tampak saling mencintai dan umbar keromantisan di depan adik masing-masing. Tidak tahu saja jika kedua adik mereka malah saling lempar pelototan tajam.

“Eh, halo, Sayang! Dar, ini adik kamu?”

Jenar mengerjapkan mata saat merasakan dirinya dibicarakan oleh sosok cantik itu. Ia menoleh dan segera melempar senyum kikuk.

“H—hai, Mbak,” balas Jenar tergugu. Matanya tak kunjung lepas dari lelaki itu.

Perempuan itu lantas mengulurkan tangannya ke arah Jenar untuk bersalaman. "Astri,” katanya, yang mana hal itu membuat Jenar membalas ulurannya.

“Jenar.”

“Benar kata Mas Leknor. Kamu cantik banget,” puji Astri tulus.

“Makasih. Mbak juga cantik.”

Melihat tatapan Jenar yang tak kunjung berpindah dari Gena, tentu saja perempuan itu merasa curiga. Akhirnya ia bertanya, “kalian udah saling kenal?”

Jenar melirik ke arah Gena. lelaki itu menggelengkan kepalanya memberi kode agar Jenar berpura-pura tidak mengenalnya. Alhasil, dengan berat hati Jenar menggeleng.

“Nggak kok. Kami belum kenal.”

Astri tampak menghela napas. Ia lantas memperkenalkan adik bungsunya. “Kalau gitu ayo kenalan. Mbak juga bawa adik Mbak. Namanya Gena. Gena, ayo kenalan sama adiknya calon Mbak.”

Gena malah mengulurkan tangannya pada Jenar. Dan mau tak mau Jenar menerima uluran tangan itu.

“Gena.”

“Jenar.”

Jenar tertawa pahit dalam hati. Situasi macam apa ini? Kenapa lelaki itu memperlakukannya seperti ini? Situasi yang benar-benar terasa asing. Seolah mereka adalah dua orang yang baru dipertemukan hari ini.

Hambar...

Dan detik selanjutnya diisi oleh obrolan-obrolan klise dari orang-orang yang baru berkenalan. Seputar pertanyaan apa kegiatan sekarang, informasi mengenai berapa lama mereka berhubungan, semua itu keluar dalam percakapan ringan yang Astri bangun bersama dengan Leknor.

Hanya saja, selama percakapan itu berlangsung, Jenar banyak diam. Gadis yang semula cerewet dan banyak tingkah itu mendadak murung dan tak berselera makan. Perubahan ekspresinya disadari betul oleh Leknor.

“Je,” bisik Leknor menyikut lengan adiknya.

Jenar menoleh sayu. “Hm?”

“Kamu kenapa? Sakit?”

Jenar segera menggeleng dan memasang senyum palsunya. “Nggak gitu, Mas. Perut aku lagi nggak enakan aja. Paling masuk angin,” bohongnya.

Leknor percaya-percaya saja. Ia lantas mengode Astri. Pasangan itu tampak ingin mengumumkan sesuatu malam ini pada kedua adik mereka.

“Jadi ... sebenarnya pertemuan kami kali ini mau membahas sesuatu sama kalian,” kata Leknor memimpin percakapan.

Jenar dan Gena sama-sama mengangkat wajahnya. Baik Jenar maupun Gena tidak diberitahu ada pengumuman penting yang akan mereka sampaikan. Leknor dan Astri hanya berkata ‘ingin mengenalkan pasangan mereka’ pada sang adik.

“Bahas ... apa, Mas?” tanya Jenar.

Astri menahan senyum. Melihat Jenar yang welcome padanya, Astri jadi tidak sabar ingin memberi tahu berita ini. Maka ia berkata,

“Mas sama Mbak ... sudah memutuskan akan segera menikah.”

“HAH?!”

Gena dan Jenar serentak berteriak kaget .

1
Wirda Wati
😇😇😇😇😇😇
Wirda Wati
😭😭😭😭😭😭
Wirda Wati
semoga mereka bersatu
Nur Adam
lnjur
Wirda Wati
😂😂😂😂
Wirda Wati
nikah aja Jenar sama gena kan aman
Wirda Wati
cari baby siter aja....dan pembantu
Wirda Wati
🥰🥰🥰🥰
Wirda Wati
😂😂😂😂😂😂
Wirda Wati
senang dg ceritamu thort
Wirda Wati
semoga baik baik saja
Wirda Wati
😂😂😂😂
Wirda Wati
ya kamu juga sih ngomongnya sembarangan.
hanya mengisi kekosongan dan move on.
siapun pasti kesal dengarnya.
Wirda Wati
sebenarnya mereka serasiii...
Wirda Wati
cepat kali....
cinta atau obsesi
😇😇😇
Wirda Wati
cinta kilat namanya😂
Wirda Wati
semoga hubungan mereka berkelanjutan..
Wirda Wati
kereeen thort
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!