Sena, gadis tujuh belas tahun yang di abaikan oleh keluarganya dan di kucilkan oleh semua orang. Dia bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan bullying yang setiap hari merampas kewarasannya.
Alih-alih mati menjadi arwah gentayangan, jiwa Sena malah tersesat dalam raga wanita dewasa yang sudah menikah, Siena Ariana Calliope, istri Tiran bisnis di kotanya.
Suami yang tidak pernah menginginkan keberadaannya membuat Sena yang sudah menempati tubuhSiena bertekad untuk melepaskan pria itu, dengan begitu dia juga akan bebas dan bisa menikmati hidup keduanya.
Akankah perceraian menjadi akhir yang membahagiakan seperti yang selama ini Siena bayangkan atau justru Tiran bisnis itu tidak akan mau melepaskan nya?
*
Ig: aca0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Setelah enam belas jam perjalanan dengan satu kali transit, disinilah Siena berada sekarang, di bandara Soekarno-Hatta. Sebelum berangkat ia sudah menghubungi kerabatnya yang tinggal di jakarta untuk menjemputnya.
Siena berkali-kali melihat potret seorang pria di ponselnya lalu mendongak kan kepala untuk mengamati orang-orang yang berlalu lalang. Meski sudah jam sebelas malam namun ternyata masih cukup ramai.
"Siena!"
Siena tersenyum, ia menggeret kopernya menuju seorang pria tiga puluhan berkaca mata yang sudah menunggu, itu Diego, kerabatnya atau lebih tepatnya sepupunya.
"Hai," Sapa Siena, sebisa mungkin tidak terdengar canggung. Ia tersenyum lalu memeluk singkat Diego.
"Hai, sie, sudah lama. Lo sendirian aja? Suami Lo nggak ikut?" Tanya Diego setelah melepas pelukan mereka lalu mengambil alih koper Siena dan membawanya ke mobil.
"Enggak. Dia sibuk bisnis," jawab Siena mengikuti Diego dari belakang, matanya berpendar memperhatikan suasana kota jakarta yang ramai. Di kehidupan pertama nya, Siena juga pernah tinggal di Indonesia, beberapa tahun lalu ia menghabiskan masa sekolah sekolah dasarnya nya di Yogyakarta.
" Kan dia bisa ambil cuti, aneh banget sih ngebiarin istrinya pergi sendirian." Kata Diego sedikit menggerutu, ia memasukkan koper ke bagasi mobil, tidak lupa membukakan pintu untuk Siena, "Silahkan,sie."
" Makasih." Siena duduk tenang di samping kemudi, "panas banget disini."keluhnya seraya membuka jaket.
Di Limerick cuaca rata-rata nya tidak pernah mencapai dua puluh derajat celsius, jadi wajar saja Siena kepanasan.
"Namanya juga jakarta," sahut Diego mulai melajukan mobil menuju rumah.
Perjalanan menuju rumah di isi dengan cerita Diego, dia menceritakan banyak hal kepada Siena selama wanita itu tidak ada di jakarta. Tapi, meski sesekali Diego membahas masa kecil mereka, tidak sekalipun pria itu menyinggung masa remajanya.
Seolah-olah memang masa remaja Siena sengaja di tutup rapat.
"Aku kangen sama teman-temanku,"ucap Siena mulai memberikan umpan, ia melirik kesamping dan dapat melihat wajah Diego yang sedikit berubah.
"Lo mau ketemu mereka?" Tanya Diego, tangannya mencengkram kuat stir mobil. Entah kenapa Siena merasa kalau Diego tidak senang, pria itu marah.
"Iya, aku sudah agak lupa dengan wajah mereka. Kau bisa membantuku untuk bertemu mereka kan?" Tanya Siena penuh harap.
"Lupa?" Diego menghentikan mobilnya di depan rumah mewah yang dibangun bergaya eropa klasik. Pria itu keluar dari mobil tanpa menunggu Siena
" Yeah, kau tahu lah aku kan sudah lama tidak bertemu mereka."ucap Siena buru-buru menyusul keluar.
" Itu kabar bagus. Berarti Tante Elva berhasil."
Berhasil? Berhasil apa? Siena menjadi semakin curiga. Berarti benar dugaannya kalau masa remaja Siena sengaja di tutup rapat, tapi kenapa? Apa ada sebuah peristiwa yang tidak mengenakkan terjadi?
Karena sudah malam Diego mengantarkan Siena ke kamarnya. Sementara dia sendiri akan tidur di kamar lain yang berjarak dua kamar dari kamar Siena.
Siena mengamati kamarnya bernuansa abu-abu dan hitam, sangat berbeda dengan kamarnya di mansion Calliope. Tak hanya sampai disitu, saat memeriksa walk in closet, Siena menemukan perbedaan yang lagi-lagi membuatnya tercengang.
Siena yang ia tahu sangat suka memakai rok dan baju-baju ketat kurang bahan. Tetapi, di kamar ini ia menemukan baju-baju dan celana panjang, juga ada beberapa topi dan sepatu.
" Dia tomboi?" Gumam Siena terus melihat-melihat, ia juga menemukan beberapa gitar pada bagian belakang walk in closet.
Siena mengganti pakaiannya dengan Hoodie hitam dan celana panjang longgar berwarna senada. Setelah itu ia kembali ke ranjang.
Ia baru merebahkan diri di ranjang ketika matanya menatap penuh minat pada laci meja rias. Wanita itu kembali duduk, membuka laci tersebut dan menemukan dua buah pigura.
Siena mengambilnya dan mengamati, pigura pertama berisi foto Siena bersama teman-temannya saat remaja. Ada lima orang wanita termasuk Siena dan Cindy, dan itu kejutan yang menyenangkan. Kelima wanita itu berpose keren dengan Siena yang berdiri di tengah, mereka memakai jaket yang sama dengan sebuah lambang di dada kanan tetapi karena foto diambil dari jarak jauh, lambang itu tidak terlalu jelas.
Lalu di belakang Siena dan teman-temannya, berdiri tujuh orang pria yang tak kalah keren. Mereka mengenakan jaket yang sama untuk kelompok mereka tetapi berbeda dengan jaket yang Siena pakai.
" Sepertinya jaket ini menandakan kalau mereka satu geng yang sama. Mereka terlihat akrab dan bahagia," lirih Siena masih terus mengamati, wajah-wajah dalam foto itu masih bisa dikenali tetapi Siena tidak mengenal mereka. Siena hanya kenal Cindy.
Harus Siena akui style Siena dalam foto itu sangat keren, seperti anak hits yang mengenakan jaket kebanggaannya.
"Aku akan mencari tahu siapa mereka," gumam Siena lantas beralih ke pigura kedua. Mata Siena membola tak percaya, dalam foto itu Siena tertawa riang di samping seorang pria tampan yang menatapnya penuh puja.
"Setelah cinta pertama, tidak ada cinta kedua. Setelah kamu akan tetap kamu." Siena mengeja kata demi kata yang tertulis di bagian bawah foto. Sekarang Siena paham, pria itu adalah cinta pertamanya.
Cinta pertama di masa remaja? Terdengar indah, apalagi dalam foto itu Siena terlihat sangat bahagia.
Siena membalik pigura tersebut dan dibelakang nya ada tulisan lagi Raja Severius dan ratu Black Rose. Kelihatannya Severius dan black Rose adalah nama geng mereka.
" Dari fotonya sih sudah terlihat kalau mereka saling mencintai. Tapi, kenapa Siena nggak sama dia lagi? Dimana pria itu sekarang?" Tanya Siena entah kepada siapa. Tidak terasa jam sudah sudah menunjukkan pukul satu dini hari dan Siena masih terus merangkai setiap kemungkinan yang mungkin.
Cukup lama Siena memperhatikan foto dirinya dan pria yang ia yakini sebagai cinta pertamanya sebelum kemudian kembali menyimpan kedua pigura ke dalam laci. Tentu saja, Siena memfoto kedua pigura tersebut sebelum menyimpannya.
Tiba-tiba saja Siena jadi ingat Erlan, haruskah ia melepaskan pria itu untuk Cindy? mengingat dulunya, Cindy dan Siena adalah teman dekat.
"Arrgg...aku sungguh penasaran kenapa Cindy dan Siena bermusuhan?" Siena mengubah posisinya menjadi telungkup.
Waktunya di Indonesia tidak banyak, Siena harus menggunakannya untuk mencari tahu sebanyak mungkin tentang masa remaja Siena.
Siena berkali-kali mengubah posisinya dari telungkup menjadi terlentang lalu berbalik ke samping dan telungkup lagi. Matanya tidak bisa tidur, ia terus memikirkan permasalahan Cindy dan Siena yang demi apapun sangat membuatnya penasaran.
Satu jam lagi terlewat, mata Siena sudah mulai berat dan tidak lama kemudian Siena sudah berlabuh di alam mimpi.
...***...
jangan lupa like,komen dan vote....