NovelToon NovelToon
Tawanan Bos Tampan

Tawanan Bos Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: Teddy_08

Keira Maheswari tak pernah menyangka hidupnya akan berubah begitu drastis. Menjadi yatim piatu di usia belia akibat kecelakaan tragis membuatnya harus berjuang sendiri.

Atas rekomendasi sang kakak, ia pun menerima pekerjaan di sebuah perusahaan besar.

Namun, di hari pertamanya bekerja, Keira langsung berhadapan dengan pengalaman buruk dari atasannya sendiri.

Revan Ardian adalah pria matang yang perfeksionis, disiplin, dan terkenal galak di kantor. Selain dikenal sebagai seorang pekerja keras, ia juga punya sisi lain yang tak kalah mencolok dari reputasinya sebagai playboy ulung.

Keira berusaha bertahan menghadapi kerasnya dunia kerja di bawah tekanan bosnya yang dingin dan menuntut.

Namun, tanpa disadari, hubungan mereka mulai membawa perubahan. Apakah Keira mampu menghadapi Revan? Atau justru ia akan terjebak dalam pesona pria yang sulit ditebak itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teddy_08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9. Menebus Kesalahan

Keira hanya bisa mematung sembari menatap punggung Revan yang kian menjauh.

Akhirnya, menit setelahnya ia memantapkan niat untuk melangkah masuk dan mengunci pintu apartemen Revan .

CLEEK!

Hanya dengan sekali gerakan, pintu tertutup menimbulkan suara yang begitu kencang. Membuat Revan yang sibuk mengenakan kaos segera berbalik pada Keira. Matanya membola seketika. Ia tak menyangka jika Keira berani bersikap nekad. Entah kenapa hal itu justru membuat Revan tertantang.

Dengan tatapan matanya yang tajam mengiris, Revan melangkah perlahan. Ia mengikis jarak yang ada, hingga sepersekian sentimeter. Napasnya terasa menghangat menerpa pipi Keira. Membuat napas gadis itu memburu tak karuan. Sementara keduanya saling memandang.

Mata Revan berpindah menatap bibir mungil Keira. Seketika senyuman Revan mengembang. Ia tahu jika gadis ingusan di hadapannya ketakutan.

Akan tetapi, ada rasa aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Rasa yang berbeda yang pria tampan itu rasakan. Seakan menginginkan kedatangan Keira ke kamarnya untuk menjalin hubungan. Tidak sekedar sebatas Boss dan juga bawahan.

“Hai Keira! Listen me, sebelum ini aku tidak pernah peduli sama siapapun yang mendekatiku. Aku bahkan mematikan seluruh hatiku, lalu kenapa kamu berani mencoba membangunkan rasa? Kau … harus bertanggung jawab atas semua ini!” teriak pemuda itu dengan penuh penekanan dan suara lantang.

Tak lama kemudian, bibir keduanya bersentuhan. Mata Keira terbelalak. Revan memang terbiasa berciuman mesra dengan lawan jenis. Tapi ia tidak pernah merasakan debaran jantung luar biasa seperti yang ia rasakan saat menyalurkan hasratnya bersama Keira.

Bulu kuduk Keira meremang ketika mendengar ancaman Revan sebelumnya. Itu kenapa ia nekad melakukan hal ini. Berani mendekati seorang pria berhati dingin.

Suara riuh tepuk tangan terdengar membuyarkan lamunan Keira. Ia tergagap melihat kedatangan Alan yang sengaja menyambanginya masuk ke kamar itu.

“Apa yang kamu lakukan pada adikku!” ucap Alan pada Revan dengan tatapan intimidasi.

“Aku bisa jelasin, Lan. Ya. Aku akui, aku khilaf,” jawab Revan tergagap.

Alan menautkan alisnya seraya berdecak pelan. “Tunggu aku di apartemen kamu, sana pergi!” tegas Alan pada adik satu-satunya.

Keira berjalan cepat meninggalkan kedua pria yang terlihat dalam situasi serius.

Siapa sangka saat ia keluar dari apartemen Revan , beberapa rekan kerjanya memergoki kegaduhan yang terjadi.

Keira terus melenggang tak acuh, meski ia tahu menjadi bahan gunjingan saat ini.

Sementara di tempat yang berbeda, Alan begitu geram dengan kelakuan sahabatnya sendiri.

“Kenapa harus Keira?” Kedua pria dewasa tersebut saling bersih tegang saling menyalahkan.

“Karena adikmu memaksaku!” kilah Revan , dengan nada tegas. Seolah memperkuat, jika adik Alan yang bersalah.

Rahang Alan mengeras seketika, giginya beradu hingga menimbulkan suara. Revan berusaha berpikir mencari jalan keluar. Bagaimanapun Alan adalah teman terdekatnya. Tentu tidak ingin persahabatan yang telah lama ia jalin hancur sia-sia hanya karena seorang gadis.

“Aku akan nikahi adik kamu, jangan cemas,” ucap Revan , tiba-tiba keluar begitu saja dari bibirnya yang terlihat gemetar. Ia bahkan tidak memikirkan apakah itu benar-benar keinginannya, atau sebatas merasa bersalah dan berkilah saja.

Alan yang berdiri mondar-mandir gusar, tersenyum getir. “Kamu pikir, semudah itu? Kamu bahkan tidak mengerti apa itu tanggung jawab? Kamu juga tidak pernah mengerti apa itu cinta?”

“Maka aku akan belajar! Dari Keira,” sahut Revan cepat.

“Jika kamu pria sejati, tunjukkan dengan sikap!” tantang Alan, yang masih geram dan kecewa.

Setelah itu, ia memilih pergi meninggalkan Revan yang terlihat bingung karena kekacauan yang dibuatnya sendiri.

**

Keira duduk bersandar di sofa beludru berwarna merah maroon. Ia dikejutkan dengan suara langkah kaki Alan yang terdengar berdentum keras.

“Keira, aku kasih kamu peringatan! Jika kamu mengulangi kesalahan yang sama, maka jangan panggil aku dengan sebutan Kakak!” gertaknya.

“Ya, Kak. Aku hanya mencoba memperbaiki keadaan yang sudah tidak kondusif karena ulahku.”

Keira mencoba menjelaskan dengan jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan adiknya juga Revan .

“Apa yang terjadi?” tanya Alan, kali ini nada bicaranya mulai rendah. Nampaknya ia benar-benar ingin mengetahui lebih dekat tentang apa yang menimpa adiknya.

“Aku masih baru, susah beradaptasi, ditambah aku belum memiliki pengalaman di bidang pekerjaan ini. Perjanjian kerja sama dengan klien Pak Revan gagal karena kecerobohan ku,” jelas Keira.

“Dengan siapa?” tanya Alan berusaha mencari tahu, siapa sosok yang mampu membuat Revan seperti ini.

Tentu saja Alan memiliki alasan yang kuat bertanya seperti itu. Hubungannya tak sebatas menganggap sahabat dekat.

Alan sangat memahami watak Revan. Ia tidak akan berbuat diluar nalar jika tidak sedang dalam keadaan tertekan.

“Bramantyo Baskara,” sahut Keira, ragu hingga suara yang ia keluarkan begitu lirih.

Alan tersentak. Ia juga mengenal sosok itu. Pria tersebut terkenal ulet. Namun, jika sudah terkesan dengan sesuatu pasti akan luluh juga hatinya.

Keira juga mengisahkan jika pria keturunan jawa itu memberinya kartu nama padanya. Alan semakin mengerti jika Bramantyo juga tertarik pada adiknya. Dan hal tersebut, mampu mengguncang pikiran Revan hingga mampu berbuat nekad diluar kewajaran.

“Kak,” panggil Keira ragu-ragu. Ia takut salah bicara.

“Temui Bramantyo, yakinkan dia agar menyetujui perjanjian kerja sama dengan Revan,” pinta Alan dengan nada tegasnya.

“Bagaimana jika dia menolak?” Raut wajah Keira berubah cemas dan sendu.

Tak ada lagi senyum yang terpancar di raut wajah cantiknya. Bukannya meringankan beban Alan, justru ia menyesali telah menyerahkan adiknya di tangan pria seperti Revan . Bagaimana tidak? Ia takut jika masa depan adiknya hancur karena telah jatuh cinta padanya.

“Tidak! Dia menyukai kamu,” tukas Alan dengan pandangan lurus ke depan.

“Tahu dari mana?”

“Sama seperti Revan , dia juga teman kak Alan. Oh ya … jika dia menolak, katakan saja kamu adikku, maka dia tidak akan marah.”

Keira mengangguk setuju. Ia sedikit lega mendengar pengakuan Alan. Sang kakak mengelus lembut puncak kepala dan mengecup keningnya. Kehangatan keluarga seketika terasa. Nanti menangis mengingat keluarganya.

“Kak Alan sayang Keira‘kan Kak?” tanyanya ragu-ragu sambil terisak-isak.

“Tentu Keira, kamu adikku dan keluargaku satu-satunya.” Alan memeluk adiknya dengan penuh kasih sayang. Sesalnya begitu besar.

Besar inginnya memperbaiki semuanya. Tentu saja ia juga memikirkan bagaimana masa depan Keira nantinya. Kedua rekan bisnisnya sama-sama menyukai adiknya di saat ia hancur. Bagaimana jika bernasib sama dengan wanita lain yang hanya dijadikan teman satu malam saja?

Berbagai kemungkinan muncul di benak Alan. Ia berpikir keras dan diam sejenak.

“Keira, apakah kamu jatuh cinta pada Revan? Jawab jujur pada kakak ya?” Alan menangkup wajah mungil yang sejak kecil dia benci karena manja.

“Tidak Kak,” Keira menjawab cepat.

Ia bahkan tidak mengerti yang dirasakan. Meski dandanan seperti ibu-ibu sosialita, tapi Keira belum pernah merasakan bagaimana indahnya pacaran di usia muda. Tentu saja karena kedua orang tua mereka begitu tegas dan ketat.

“Oh ya?”

Benar ‘kan? Alan sudah gila. Ia sangat bangga pada pengakuan gadis kecilnya yang sempat ia ragukan. Entah kenapa, sikapnya yang sebelumnya tak acuh kini justru ingin membentengi Keira dengan segala cara.

—To Be Continued

1
Adinda
keira sama bram aja Thor
Teddy: makasih ya
total 1 replies
Adinda
keira keira kasihan kamu dapet suami seperti itu
Adinda
sepertinya sandiwara kakaknya pura pura bangkrut untuk merubah keira
Samantha
Cerita yang menarik, penuh emosi
Teddy: Tq Sam 🥰
total 1 replies
Samantha
seru ya
Lintang Lia Taufik
dilema
Lintang Lia Taufik
next
Lintang Lia Taufik
lanjut baca, wah makasih boom babnya ya Thor
Lintang Lia Taufik
makin seru
Lintang Lia Taufik
keren
Lintang Lia Taufik
Keren, semangat
Nina_Melo
Suka
Nina_Melo
Keren tulisannya, semangat ya. Aku tunggu Update-nya
qiuqiu
Endingnya bikin nagih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!