NovelToon NovelToon
Rumah Iblis Bersemayam

Rumah Iblis Bersemayam

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Spiritual / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Sebuah rumah besar nan megah berdiri kokoh di tengah pedesaan yang jauh dari perkotaan. Rumah yang terlihat megah itu sebenarnya menyimpan banyak misteri. Rumah yang dikira biasa, nyatanya malah dihuni oleh ribuan makhluk halus.
Tidak ada yang tahu tentang misteri rumah megah itu, hingga satu keluarga pindah ke rumah tersebut. Lalu, mampukah mereka keluar dengan selamat dari rumah tempat Iblis bersemayam itu? Ikuti perjalanan mistis Bachtiar Purnomo bersama keluarganya!k

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pergi Ke Luar Kota

"Ma, anak-anak kok belum ada yang turun sih?" tanya pak Bachtiar pada istrinya.

"Sisi tadi udah di sini, Pa. Mungkin dia sudah kembali ke atas untuk manggil Bella," ucap Anggun.

"Lama bener, padahal ada yang ingin aku bicarakan sama mereka berdua."

"Pa, Papa yakin mau ke luar kota besok? Kalau Papa pergi, aku sama anak-anak gimana?"

"Ma, di sini kan kalian enggak sendiri. Ada bi Iren, ki Seto, Rendra. Warga di sini kan juga banyak, lain ceritanya kalau aku ninggalin kamu sama anak-anak di hutan. Nah, di sini apa pun yang kalian butuhkan sudah ada," ucap Bachtiar.

"Papa mau pergi?"

Sisi langsung nimbrung begitu tiba di ruang tengah. Bella menghempaskan pantatnya di atas sofa tepat di samping pak Bachtiar, sedangkan Sisi mengambil posisi duduk di samping mamanya.

"Kenapa? Kalian juga keberatan sama seperti mama?"

"Bukan gitu, Pa. Kita kan belum lama di sini---"

"Belum lama gimana sih, Bell. Kita udah sebulan lebih loh tinggal di sini, papa mau balik lagi ke kota. Papa juga bakal kembali lagi ke sini, Papa cuma ingin menyelesaikan pekerjaan papa di sana, kalau perusahaan papa yang di sana udah stabil lagi keadaannya, kita semua bakal kembali ke kota. Kalian mengerti kan maksud papa?"

"Tapi, Pa---"

"Sisi," sela Bachtiar, "kamu pasti enggak mau terus tinggal di sini kan? Kalau emang benar seperti itu, berarti kamu harus nurutin apa kata papa. Papa terpaksa pergi besok, dan itu harus! Kalau kamu pengen kita pindah cepat-cepat dari sini, itu berarti kamu enggak boleh bantah! Jaga mama sama Bella, setelah urusan papa selesai, papa pasti langsung pulang. Untuk sementara waktu kalian harus bisa ngawasin semua pekerja di kebun teh, sampai papa kembali," tandas pak Bachtiar.

"Ma, Mama yakin mau ngizinin papa pergi?" tanya Bella.

"Kita enggak punya pilihan lain, sayang."

Bachtiar menatap anak dan istrinya secara bergantian, hatinya pun sebenarnya tidak tenang jika harus meninggalkan mereka dalam waktu yang cukup lama.

"Berapa hari Papa di sana?" tanya Sisi. Mau enggak mau dia harus merelakan kepergian papanya.

"Dua minggu, Sayang. Itu pun kalau urusannya cepat kelar, tapi kalau enggak, bisa jadi papa bakal sebulan di sana."

"Apa?"

"Sebulan?"

"Itu lama banget, Pa."

Mulailah keluhan-keluhan itu terdengar dari mulut anak-anak dan istrinya.

Mungkinkah kepergian Bachtiar akan menjadi mimpi buruk mereka?

----

Hari ini Bachtiar memulai perjalanannya menuju rumahnya yang ada di kota. Rumah itu kini ditempati oleh salah satu teman baiknya, Ivan.

Perusahaannya juga dia percayakan kepada Ivan, jadi dia menyuruh sahabatnya mengambil alih perusahaan itu untuk sementara waktu.

"Pak, apa Bapak sudah yakin dengan keputusan Bapak sendiri?" tanya Tarno, sopir Ivan yang ditugaskan untuk menjemputnya.

"Kenapa saya tidak yakin? Kamu kok nanya gitu, Tarno?"

Tarno tidak menjawab apa-apa, dia hanya melihat sekilas wajah teman majikannya dari spion depan, ada yang Tarno sembunyikan dari pak Bachtiar.

Pak Bachtiar memicingkan matanya, kala melihat wajah ketakutan Tarno saat melihatnya.

"Haruskah saya menanyakan hal ini sama pak Bachtiar sekarang?" tanya Tarno dalam hati, dia tidak bisa fokus sama perjalanannya, pikirannya terus teringat akan anak-anak dan istrinya pak Bachtiar yang ditinggalkan di Desa itu. Desanya memang tidak aneh, tapi, rumah kediaman Bachtiar lah yang menurutnya menyimpan sebuah misteri. Sosok-sosok makhluk halus itu memperlihatkan dirinya pada Tarno, mungkin mereka tidak suka dengan kedatangan orang lain ke rumah itu.

Setelah kepergian papanya, Bella segera menemui bi Iren lagi, ada yang ingin dia tanyakan pada wanita itu. Ternyata tujuannya dan Anggun sama, jadi mereka sepakat untuk mendatangi kediamannya bi Iren.

"Mencari tahu tentang keluargamu adalah saat yang paling tepat sekarang, Pa. Aku tidak mau anak-anak kita kenapa-kenapa, aku tidak mau hal buruk terjadi sama mereka berdua," bisik hati Anggun.

"Ma, kok malah ngelamun? Ayo kita pergi!"

"Iya, Si. Mama ambil kuncinya dulu," ucap Anggun, dia segera masuk lagi ke dalam untuk mengambil kunci rumahnya.

Kedatangan Sisi dan Anggun ke rumah ki Seto membuat sepasang suami istri itu tidak nyaman. Ya, kedatangan mereka berdua sudah pasti untuk menanyakan persoalan yang menyangkut tentang rumah peninggalan almarhum pak Purnomo.

"Bu, itu Sisi sama ibunya mau ngapain ke sini?"

"Sudah jelas, Pak. Mereka pasti mau menanyakan langsung tentang keanehan di rumah pak Purnomo." Bi Iren bergegas bangun saat Anggun dan Sisi sudah menginjakkan kaki di halaman rumah mereka.

Sikap ki Seto tetap seperti biasa, beliau cuek-cuek saja dengan kedatangan anak dan ibu itu.

"Pak, ini ada bu Anggun dan Sisi loh. Kok nggak disapa, Pak?" tanya istrinya.

"Mereka ke sini kan mau nemuin kamu, Bu." Ki Seto dengan sikap dingin dan terkesan tidak peduli, beliau menghisap rokoknya dan hanya melihat sekilas ke arah Anggun.

"Bi, tidak apa-apa." Anggun menyenggol sedikit lengan bi Iren sambil menggelengkan kepalanya. Sebenarnya Anggun tidak mau rencananya hari ini gagal hanya karena teguran bi Iren akan sikap suaminya itu.

"Ayo kita masuk ke dalam aja, Bu!" ajak bi Iren.

"Iya, Bi." Anggun mengikuti langkah bi Iren dari belakang, begitu juga dengan Sisi.

"Kenapa ki Seto terkesan begitu dingin? Apa ada yang ki Seto sembunyikan dari aku dan ibu? Mestinya aku harus tanya langsung hal ini sama ki Seto, tapi gimana caranya? Baru lihat matanya aja sudah bikin nyali aku ciut," batin Sisi.

"Duduk dulu, Bu, Non! Bibi buatin minumannya dulu ya," ucap bi Iren.

"Eh, enggak usah."

"Enggak usah, Bi," tambah Sisi.

"Bi, jangan ke mana-mana dulu! Enggak perlu dibuatin minum, kita juga udah makan tadi di rumah. Bi, kita mau nanyain sesuatu sama Bibi," ucap Anggun langsung ke intinya.

"Soal rumah peninggalan pak Purnomo?"

"Iya, rumah itu ada penghuninya selain kami kan?" tebak Anggun.

"Enggak ada, Bu. Saya juga enggak tahu hal seperti itu, soalnya selama saya tinggal di sana, saya tidak menemukan hal-hal aneh." Bi Iren terlihat begitu tenang saat menjawab pertanyaan Anggun, beliau memang sudah mewanti-wanti agar tidak sampai gugup saat berhadapan dengan Anggun, kalau tiba-tiba Anggun menanyakan tentang rumah yang saat ini mereka tinggali.

"Enggak mungkin, Bibi pasti bohong!" ucap Sisi tidak percaya sama sekali.

"Non, mana mungkin saya bohong. Jika memang ada yang janggal menurut Bu Anggun sama Sisi, sebaiknya hal ini ditanyakan langsung kepada pak Bachtiar. Saya dan suami saya tidak tahu menahu soal ini, Bu."

Anggun menatap Putrinya dengan wajah kecewa, kalau bi Iren tetap diam seperti ini, bagaimana mungkin mereka dapat mengetahui rahasia keluarga Bachtiar.

"Bi, ki Seto masih di luar, tolong katakan yang sejujurnya sama kami, Bi." Anggun mengatupkan kedua tangannya di depan dada, dia memelas pada bi Iren, namun bi Iren tetap pada pendiriannya.

1
Aksara L
Luar biasa
Aksara L
Biasa
Kakak Author
lanjut .. bagus banget ceritanya .../Pray/mampir ketempat aku dong /Ok/
🎧✏📖: semangat, kalo boleh baca ya judul baru 🤭
🥑⃟Riana~: iya kk
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!