NovelToon NovelToon
Ancient Slayer

Ancient Slayer

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan
Popularitas:104.7k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Kusuma

Full Remake, New Edition 🔥🔥

Ini adalah perjalanan Iramura Tenzo, seorang pejuang yang dipanggil ke dunia baru sebagai seorang pahlawan untuk mengalahkan raja iblis.

Namun, dia gugur dalam suatu insiden yang memilukan dan dinyatakan sebagai pahlawan yang gugur sebelum selesai melaksanakan tugasnya.

Akan tetapi dia tidak sepenuhnya gugur.

Bertahun-tahun kemudian, ia kembali muncul, menginjak kembali daratan dengan membawa banyak misteri melebihi pedang dan sihir.

Ia memulai lagi perjalanan baru dengan sebuah identitas baru mengarungi daratan sekali lagi.

Akankah kali ini dia masih memegang sumpahnya sebagai seorang pahlawan atau mempunyai tujuan lain?

Ini adalah kisah tentang jatuhnya seorang pahlawan, bangkitnya seorang legenda, dan perang yang akan mengguncang dunia.

Cerita epik akan ditulis kembali dan dituangkan ke dalam kisah ini. Saksikan Petualangan dari Iramura Tenzo menuju ke jalur puncak dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Kusuma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Penguntit Misterius

Di bawah sinar bulan, sosok misterius akhirnya menampakkan dirinya sepenuhnya.

Posturnya kecil, sekitar 150 cm, tubuhnya dibalut dalam pakaian serba hitam yang menyerupai perlengkapan seorang assassin. Wajahnya tertutup separuh oleh masker, hanya menyisakan mata tajam berkilau yang menatap lurus ke arah Tenzo.

Namun, hal lain menarik perhatian Tenzo.

Di balik punggungnya, sebuah ekor berbulu lebat menjuntai, bergerak pelan mengikuti arah angin malam. Di kepalanya, sepasang telinga berbulu hitam berdiri tegak, seolah menangkap setiap suara di sekeliling mereka.

[...Ras rubah hitam?]

Tenzo belum pernah melihat mereka secara langsung. Dalam sejarah yang ia tahu, ras rubah hitam adalah kasta terendah di antara suku rubah lainnya—langka dan hampir tak pernah terlihat di dunia luar.

Sosok itu menyilangkan tangan dan menyeringai kecil.

"Hebat juga, ya. Kamu bisa mengetahui kalau aku di sini," ucapnya dengan nada angkuh, seolah ingin menguji lawannya. "Padahal aku sudah menyembunyikan keberadaanku agar tak seorang pun bisa menemukanku."

Tenzo hanya terkekeh pelan, nada bicaranya ringan namun tajam.

"Sejujurnya, aku sudah tahu kalau kamu mengikutiku sejak sebelum aku masuk ke kerajaan ini."

Sosok itu tampak sedikit terkejut, tetapi tidak menunjukkan ekspresi berlebihan.

"Aku tidak menganggapmu sebagai ancaman, jadi aku membiarkanmu saja. Tapi, hawa keberadaanmu mulai mengganggu malam tenangku."

Kemudian Tenzo menajamkan tatapannya.

"Sekarang, apa maumu, penguntit?"

Sosok itu tetap tenang, tidak terganggu oleh tuduhan Tenzo. Sebaliknya, dia justru menyilangkan tangannya dan langsung menuju ke inti pembicaraan.

"Aku hanya ingin memastikan satu hal."

Mata tajam itu menatap lurus ke arah Tenzo.

"Apakah kamu bagian dari antek-antek para Demon?"

"...Hah?"

Tenzo mengerutkan dahi, bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba muncul. Namun, dalam hitungan detik, dia langsung menyadari sesuatu.

"Ini tentang Demicratas..."

Beberapa jam yang lalu, dia memang melewati area yang penuh dengan mayat para monster itu—dan sejak saat itu, orang ini telah mengikutinya tanpa henti.

"Jadi, dia mencurigai aku?"

Tenzo menghela napas dan menjawab dengan tenang.

"Maaf, tapi sepertinya kamu salah sangka. Aku bukan bagian dari mereka."

"Hmph… begitu ya?" Sosok itu tampak tidak sepenuhnya yakin.

Kemudian dia bertanya lagi, "Apakah kamu tahu sesuatu tentang tumbangnya tiga monster Demicratas? Jika kamu memberi jawaban yang benar, mungkin aku bisa meringankan sedikit hukuman untukmu."

Tenzo menatapnya sebentar.

"...Dia benar-benar tidak sadar kalau yang mengalahkan mereka adalah aku sendiri."

Untuk sesaat, ia tergoda untuk mengatakan yang sebenarnya. Namun, dia memutuskan untuk menyembunyikan fakta itu.

"Aku tidak tahu siapa yang mengalahkan mereka."

"Tiba-tiba saja, mereka sudah tumbang ketika aku sampai di sana. Jadi aku hanya terus berjalan sampai tiba di kerajaan ini."

Mata sosok itu menyipit curiga.

"Aku rasa perkataanmu sulit dipercaya."

Tanpa peringatan, dia menarik pedang pendek dari sarungnya, kilatan baja memantul di bawah cahaya bulan. Kuda-kudanya berubah—siap menyerang.

"Aku bisa merasakan kalau kamu menyembunyikan sesuatu."

"Dan aku tidak suka kebohongan."

"Kurasa aku harus menggunakan cara kekerasan untuk mendapatkan jawabannya."

Hanya dalam sekejap mata—dia menghilang.

[Cepat!]

Tenzo langsung melangkah ke belakang dengan refleks luar biasa.

Dalam waktu sepersekian detik, bayangan hitam itu sudah ada di hadapannya, pedang pendek melesat menuju lehernya dengan presisi mematikan.

"Serangan frontal?"

Dengan santai, Tenzo sedikit memiringkan tubuhnya, membuat tebasan itu hanya mengenai udara kosong.

Namun, lawannya tidak berhenti di sana.

Begitu serangannya gagal, dia langsung berputar dengan gesit, mengayunkan pedangnya dalam serangkaian tebasan bertubi-tubi.

SWISH! SWISH! SWISH!

Serangan bertubi-tubi!

Kilatan baja membentuk garis-garis di udara, mencoba mengunci pergerakan Tenzo dari berbagai sudut. Namun—

"Mudah dibaca."

Tenzo tetap tenang. Setiap gerakan lawannya begitu jelas baginya. Ia menghindari setiap tebasan dengan presisi luar biasa—kadang dengan sedikit miring, kadang dengan satu langkah mundur, dan kadang dengan sekadar menggeser tubuhnya ke samping, seolah-olah dia menari di antara pedang-pedang yang beterbangan.

"Hmph… kau lumayan cepat."

Meskipun terus menyerang, wajah sosok itu mulai berubah.

Dia tahu serangannya tidak mengenai Tenzo sama sekali. Namun, dia tidak menyerah begitu saja. Dengan kecepatan yang sama, dia berputar lagi—tetapi kali ini, ekornya ikut bergerak.

Dalam sekejap, ekor berbulu hitam itu melesat cepat seperti cambuk, mencoba menghantam kepala Tenzo dari belakang!

"Teknik unik, ya?"

Namun—

Tenzo sudah mengantisipasi itu. Dengan satu gerakan cepat, ia mengangkat tangannya dan menangkap ekor itu sebelum bisa mengenainya.

"Gotcha."

Sosok itu terbelalak.

"Apa?!"

Sebelum lawannya bisa bereaksi, Tenzo menarik ekor itu dengan keras.

"Ugh—!"

Tubuh sosok itu tertarik ke depan, kehilangan keseimbangannya. Dalam sekejap, Tenzo berbalik, menekan lawannya ke tembok pagar teras dengan satu tangan mencengkeram pergelangan tangan yang memegang pedang.

Mata mereka bertemu.

Hening.

Angin malam berembus di antara mereka.

"Baiklah," ucap Tenzo, nadanya sedikit mengejek. "Apakah ini cara terbaikmu mencari jawaban?"

Sosok itu terdiam, tatapan matanya dipenuhi kejengkelan dan keterkejutan.

"Sekarang, bagaimana kalau kamu mulai menjelaskan siapa dirimu... sebelum aku benar-benar marah?"

Langkah sosok rubah hitam itu masih terus melaju. Namun, seketika tubuhnya menegang.

"!?!"

Sebuah sensasi tajam—seperti tebasan yang hampir mengenai bahunya—membuatnya terpaksa mundur dengan cepat. Dalam sekejap, dia sudah melompat ke belakang, wajahnya tegang dan penuh keringat dingin.

"Apa-apaan ini...?"

Tangan kanannya bergerak refleks ke bahu kiri, namun tidak ada luka di sana. Dia yakin tadi ada sesuatu yang nyaris membelah tubuhnya. Sensasi itu begitu nyata—tajam dan dingin, seperti ujung pedang yang sudah siap menebasnya.

Namun, di hadapannya, Tenzo bahkan belum mengangkat satu senjata pun. Matanya menatap sang pengembara misterius dengan penuh kewaspadaan.

"Dia... baru saja ingin menebasku?"

 

Di sisi lain, Tenzo hanya tersenyum tipis.

"Woah, instingnya kuat."

"Aku bahkan belum melancarkan seranganku sepenuhnya, tapi dia sudah menyadarinya lebih dulu dan menghindar."

"Ini akan semakin menarik."

Dia melangkah santai, lalu bertanya dengan nada santai, "Kenapa tiba-tiba menjauh? Apakah kamu takut akan sesuatu?"

Mendengar itu, sosok itu menggertakkan giginya.

"T-Tidak ada! Lebih baik kamu menyerah saja!"

Matanya membara dengan tekad, mencoba menyingkirkan rasa panik yang sempat muncul.

"Aku akan membuatmu berbicara, entah dengan cara apapun!"

Tanpa basa-basi lagi, dia kembali melesat. Namun kali ini, dia menarik pedang lain dari sarungnya. Sekarang dia memegang dua pedang pendek. Dengan kecepatan yang lebih cepat dari sebelumnya, dia melancarkan serangkaian tebasan bertubi-tubi!

"SWISH! SWISH! SWISH!"

Kilatan baja memantul di bawah cahaya bulan, menciptakan serangan mematikan dari berbagai sudut.

Namun—

Tenzo tetap tidak membalas.

Dia menghindari semua serangan itu dengan gerakan yang nyaris tanpa usaha.

Dia melangkah ke samping dengan ringan, menunduk di saat yang tepat, atau hanya memiringkan tubuhnya sedikit agar setiap serangan hanya mengenai udara kosong.

"Tch...!"

Sosok itu semakin frustasi.

"Kenapa dia terus menghindar!?"

Dia mengerahkan lebih banyak tenaga, mempercepat tebasannya, mencoba menciptakan celah—namun tetap tidak satu pun serangannya mengenai Tenzo.

Di sela-sela gerakan, Tenzo hanya tersenyum.

"Kemampuan berpedangmu lumayan bagus..."

"Terutama untuk seseorang dari ras rubah hitam."

Mendengar itu, sosok itu terkejut.

"K-Kau tahu!?"

"Tentu saja." Tenzo mengamati posturnya, pergerakannya, dan ekor yang terus bergerak sebagai keseimbangan.

"Aku sudah menebaknya sejak awal, tapi sekarang aku semakin yakin."

Mata lawannya menyipit, "Itu tidak penting! Kenapa kau terus menghindar!? Apakah kau takut!?"

Tenzo hanya tersenyum kecil.

"Maaf kalau dari tadi aku hanya menghindar. Aku hanya sedang mengamati beberapa hal." Matanya menatap sosok itu dengan penuh ketertarikan. "Dan sekarang aku sudah selesai mengamatimu... Jadi, aku akan memberikanmu kejutan kecil."

Dalam sekejap—

—sensasi aneh itu kembali muncul.

"!!"

Sosok itu terdiam seketika.

Lagi.

Perasaan tajam yang nyaris merobek dadanya.

Tanpa pikir panjang, dia melompat ke belakang dengan cepat.

Keringat dingin mengalir di pelipisnya.

[Sial... perasaan ini lagi...]

Dia memandang Tenzo dengan ketakutan.

[Apa yang dia lakukan!? Aku tidak melihatnya bergerak... tidak ada sihir... tapi instingku berteriak kalau aku sedang dalam bahaya.]

Dia menggenggam erat pedangnya, mencoba mengendalikan napasnya yang mulai tidak beraturan.

"Aku tidak tahu apa yang kau lakukan..."

"Tapi selama aku bisa menghindar, aku akan baik-baik saja!"

Dia mencengkeram kedua pedangnya, menurunkan pusat gravitasinya ke tanah.

"Aku tidak akan kalah hanya karena ketakutan!"

Dalam sekejap, cahaya kuning dan hitam menyelimuti tubuhnya.

"Tidak ada pilihan lain... aku akan menggunakan ini!"

"THUNDERBOLT!"

—ZAP!

Tubuhnya menghilang.

Aliran petir berderak di udara, menciptakan suara gemuruh kecil.

Dalam sekejap mata, dia sudah berada tepat di hadapan Tenzo.

"!!"

Pedangnya yang dialiri petir langsung diayunkan ke arah wajah Tenzo!

—SWOOSH!

Tebasan itu hanya beberapa senti lagi sebelum menyayat wajah Tenzo.

Namun, di saat terakhir, Tenzo sedikit memiringkan kepala.

Tebasan itu hanya mengenai udara. Namun, serangannya belum berakhir. Dalam waktu sepersekian detik, dia kembali menghilang. Hanya bekas petir yang tersisa di tanah tempat dia berpijak. Dalam waktu kurang dari satu detik, dia sudah muncul di belakang Tenzo.

"SEKARANG!"

Pedangnya melayang, siap menebas dari belakang—

—tetapi Tenzo sudah bergerak lebih dulu.

Dia menunduk tepat waktu, menghindari tebasan itu.

—SWOOSH!

Serangan itu terus terjadi berulang-ulang.

Dia berpindah dengan kecepatan luar biasa, menyerang dari segala arah, namun tidak satupun yang mengenai Tenzo.

"Gila... aku masih belum bisa mengenainya!?"

"Kecepatanku sudah meningkat... tapi dia tetap bisa melihatku!?"

Sosok itu berteriak dengan nada frustrasi, matanya melebar karena ketidakpercayaan.

Namun dia tidak sadar—pertanyaan itu membuatnya lengah. Sebuah kesalahan fatal. Dalam sekejap, sebelum dia sempat berkedip—Tenzo sudah bergerak.

—WHOOSH!

Udara di sekitar mereka bergetar halus, dan tiba-tiba, Tenzo sudah berdiri tepat di hadapannya.

Sosok itu terkejut.

"K-Kapan dia...!?"

Jantungnya berdebar kencang, tubuhnya menegang, refleksnya mencoba mundur—

Namun—

Terlambat.

Jari Tenzo terangkat dengan santai.

Lalu, dengan gerakan sederhana—

—SENTIL!

"Aduh!!"

Sentilan itu mengenai dahinya dengan presisi sempurna. Sosok itu terpental ke belakang, tidak mampu menahan dampak dari sentilan tersebut. Tubuhnya melesat mundur beberapa meter, sebelum akhirnya mendarat di tanah dengan satu lutut menyentuh permukaan.

Tangannya segera terangkat ke dahinya, mengusap tempat yang baru saja disentil.

"S-Sial...!"

"Apa-apaan ini...?"

Matanya melebar, kepalanya terasa berdenyut. Itu bukan sentilan biasa. Rasanya seperti hantaman besi yang menghantam tulangnya langsung.

"Aku... bahkan tidak sempat bereaksi..."

Di hadapannya, Tenzo hanya berdiri santai, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Matanya memandang lawannya dengan tenang, tanpa sedikit pun ekspresi kemenangan atau kesombongan.

Justru yang terlihat adalah kebosanan.

Sosok itu menelan ludah.

Untuk pertama kalinya, dia merasakan rasa takut yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

"Bagaimana bisa seseorang secepat itu? Seakurat itu? Se... mengerikan itu!?"

Tenzo lalu melipat tangannya, menatap lawannya seperti seorang guru yang sedang memberi pelajaran pada murid yang bandel.

"Seharusnya kamu sudah paham maksudku sekarang. Seranganmu—tak satupun bisa menyentuhku. Sementara aku? Aku hanya perlu satu jari untuk mengenai wajahmu."

"Ini bukan soal strategi."

"Ini bukan soal keberuntungan."

"Ini hanya soal perbedaan kemampuan kita."

Mendengar itu, tubuh sosok itu gemetar tanpa sadar. Dia menggenggam pedangnya lebih erat, tapi tangannya sedikit bergetar.

Instingnya berteriak.

[Aku tidak bisa menang.]

Akan tetapi, ego dan harga dirinya masih menolak untuk menerima kenyataan itu.

[Aku... aku tidak boleh kalah!]

Namun, di balik semua tekad itu, ada satu hal yang dia sadari dengan sangat jelas. Tenzo belum menganggapnya sebagai ancaman, dan itu lebih menyakitkan dari apapun.

1
F~~
Kayaknya aku punya firasat soal Zerath ini
F~~
hahahaha, masih ada neraka lain menunggu. Kasian banget nasibmu Ramez
angin kelana
bagus thorr,lanjutkan..
Reza Orien
cihuyyy
F~~
Pelatihannya tidak main main
F~~
Oke Thor gkpp, yang penting rajin update aja
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: sip, tenang aja bakalan rajin kalau kagak ada halangan. stok bab masih banyak
total 1 replies
angin kelana
siaaaap yg penting rutin update thorrr...
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: oke akan diusahakan ritun soalnya sudah punya stok sampai bulan depan, doakan agar tidak terputus-putus 🙏 updatenya.
total 1 replies
angin kelana
satu tebasan..
angin kelana
lanjutkan duelnya...
F~~
lanjutkan
F~~
sheshhh sasuga Tenzo
F~~
Nooo Ramezzz
Kyurles Suga
Jejak
Kyurles Suga
menikmati
Ora Ora
.
F~~
Nah, sudah saya kira, rupanya emang si Diomas. Tapi mantap sekali update langsung 3 bab sekaligus. Bagus Thor pertahanin udpet beginian.
F~~
Ah, aku dah tebak siapa ini. pasti ... bacaselengkapnya
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: husst, sebaiknya tidak usah diberitahu
total 1 replies
F~~
laki laki kalau sudah berbincang semalaman pasti bakal kemana mana tuh tema pembicaraannya
F~~
Gas lanjut thor
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: Oke sebentar lagi bakalan update bab baru
total 1 replies
angin kelana
lanjuuut
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: Okeee sebentar lagi bakalan update, ditunggu yah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!