NovelToon NovelToon
PEMBANGKANG SURGAWI

PEMBANGKANG SURGAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Dan budidaya abadi / Budidaya dan Peningkatan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:28.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Almeira Seika

Jiwa seorang ilmuwan dunia modern terjebak pada tubuh pemuda miskin di dunia para Abadi. Ia berusaha mencapai puncak keabadian untuk kembali ke bumi. Akankah takdir mendukungnya untuk kembali ke bumi…. atau justru menaklukkan surgawi?

**

Mengisahkan perjalanan Chen Lian atau Xu Yin mencapai Puncak Keabadian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almeira Seika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15—Jatuh ke Dalam Lumpur (2)

"Qi Awakening tahap satu...? Hahaha! Bukannya itu tingkat para budak dan babu?" timpal yang lain.

Xu Yin tidak merespons. Ia melangkah tanpa menoleh, meski telinganya menangkap setiap ejekan dengan sangat jelas.

"Jangan-jangan dia cuma ngemis pada para Tetua agar tetap tinggal di sekte ini."

"Hati-hati, dia mungkin akan meledak lagi. Kau tahu, teknik terlarang itu bisa gila sewaktu-waktu."

Xu Yin hanya mengepalkan kedua tangannya, merasakan darahnya mendidih, bukan karena marah, melainkan karena rasa malu yang terus ditahan.

Hari-hari berikutnya adalah neraka tanpa api. Tugas-tugas yang seharusnya dibagi rata di antara Murid Luar semuanya dijatuhkan pada Xu Yin. Menyapu halaman aula utama, mencari kayu di hutan, membersihkan seluruh asrama, mencuci jubah para murid inti, hingga menimba air dari sumur batu tua di pegunungan.

"Cepat! Embernya jangan sampai tumpah!" bentak seorang Murid Luar Senior. "Kalau tumpah lagi, kau harus naik turun lima kali!"

Xu Yin memanggul ember kayu besar. Rasa perih ia rasakan dari telapak tangan yang terluka karena tali kasar. Setiap satu kali naik-turun gunung, kakinya gemetar. Tapi dia tidak berkata apa-apa. Tidak protes. Tidak melawan.

Karena ia tahu, di tempat ini, yang lemah tak punya tempat.

Suatu malam, saat Xu Yin sedang membersihkan ruang dapur alkimia yang penuh jelaga, dua murid masuk sambil tertawa keras.

"Hei, si budak penyapu masih di sini rupanya," kata Wu Ling, yang kini menjadi Murid Dalam.

Murid di sebelahnya menyenggol bahu Wu Ling. "Kau tahu? Konon dia pernah mengalahkan Yu Xinyi di arena."

Wu Ling mendengus. "Itu bukan kemenangan. Itu kehancuran. Sekarang? Lihat dia. Bahkan anjing penjaga pintu pun hidup lebih baik darinya."

Mereka tertawa lagi. Salah satunya menendang ember yang baru saja diisi Xu Yin, membuat ember pecah dan air menyebar ke lantai.

Xu Yin menunduk, ia memunguti pecahan ember dengan diam. Entah sampai kapan dia akan menahan semua ini.

Wu Ling mendekat dan berbisik sinis, "Kau boleh menang satu pertarungan, tapi hidup ini... adalah perang yang panjang. Dan kau sudah kalah telak."

Waktu terus berjalan.

Satu tahun berlalu. Lalu satu tahun lagi.

Kultivasi Xu Yin tidak meningkat sama sekali. Meridian utamanya tetap rusak, tak ada tanda-tanda pemulihan. Qi-nya lemah, nyaris tak bersinar.

Xu Yin memang memiliki meridian ganda. Tetapi, meridian ganda hanya aktif saat meridian utama sehat.

Guru Xu Liang? Tidak pernah kembali. Guru Bai Huixin? Tidak ada kabar. Ia sendirian, sepenuhnya. Bahkan Tetua Qian pun hanya muncul sekali, tanpa bisa memberikan solusi pasti.

Xu Yin teringat dengan kata-kata Tetua Qian, tiga tahun yang lalu.

"Tubuhmu terlalu rusak. Aku sudah mencoba semua metode," ujar Tetua Qian pada suatu malam, suaranya berat. "Kecuali sebuah keajaiban tiba. Kau harus menerimanya. Qi Awakening tahap satu... mungkin itu adalah takdirmu."

Xu Yin hanya merenung. Ia sudah tidak berharap banyak dari siapa pun. Tekadnya yang selama ini bagaikan api membara… telah padam. Untuk pertama kalinya dalam hidup, ia pasrah dengan takdir.

Suatu pagi, di depan papan giok, seluruh murid berkumpul. Sebuah pengumuman resmi dari Ketua Sekte, mengenai murid yang akan ‘dirotasi atau dikeluarkan’ dibeberkan di sana.

‘Seorang Murid Luar yang bernama Xu Yin. Kau telah gagal naik tingkat selama tiga tahun. Sesuai peraturan, kau akan dikeluarkan dari Sekte Tiangu dalam waktu satu bulan, kecuali kau menunjukkan hasil’

Para murid segera berbisik-bisik.

“Bukankah

Membaca pemberitahuan itu, tubuh Xu Yin lemas. Ia menghela napas dan mengeluh. “Kenapa? Kenapa sesulit ini?’

Mendengar suara itu, semua kepala menoleh ke arahnya. Xu Yin berdiri di ujung kerumunan, berselimut debu.

Desisan dan tawa merambat pelan dari antara para murid.

"Hasil?" ejek seseorang. "Dia bahkan belum bisa menggerakkan qi-nya tanpa batuk darah!"

Xu Yin tidak membela diri.

Ia hanya menunduk. Tapi di balik kerendahan itu, matanya menyimpan nyala kecil. Mungil... namun membara.

Bulan sabit menunjukkan keindahannya. Malam itu, Xu Yin duduk di puncak batu hitam yang tersembunyi di balik perbukitan belakang sekte. Tempat itu sepi, hanya ada suara angin dan gemerisik pepohonan.

Ia memejamkan mata, merasakan aliran Qi di dalam dirinya. Lambat, rapuh, seperti percikan air di tanah kering. Tapi ia tetap mencoba. Setiap malam, tanpa libur satu kalipun.

Karena meski tubuhnya lumpuh sekalipun...

Jiwanya tidak.

Xu Yin mengepalkan tangannya dengan erat.

"Jika tidak ada jalan... aku akan menciptakannya sendiri."

Xu Yin tetap melanjutkan tugas sehari-harinya yang membutuhkan fisik kuat. Ia mulai berpikir tentang pemilik tubuh ini, "Jika dia yang ada di posisi ini... apa yang akan dia lakukan?"

Hari ini hujan gerimis. Langit sekte diselimuti awan mendung, Xu Yin yang baru saja kembali dari dapur alkimia setelah menuntaskan tugas malam.

Ia menapaki jalan setapak menuju kamarnya yang sederhana, tubuhnya terasa lelah luar biasa. Namun, belum sempat ia sampai di ambang pintu, suara tawa kasar terdengar dari balik pohon.

"Heh, mau ke mana, budak kotor?"

Wu Ling dan tiga orang murid lain berdiri menghalangi jalannya. Mereka semua mengenakan jubah biru dengan ukiran unik, simbol sebagai Murid Dalam.

Xu Yin tidak menjawab. Ia berbalik pelan, mencoba memilih arah lain.

Tapi salah satu dari mereka melayang dan menendang punggung Xu Yin hingga terjerembab ke tanah basah.

"Berani kau tidak menjawab Seniormu?" ujar Wu Ling, menatapnya seperti memandang binatang rendah.

"Kau pikir kami lupa? Kau pernah bersikap arogan seolah menjadi Murid Inti dan mengalahkan Yu Xinyi."

Tanpa ampun, mereka mengeroyok Xu Yin.

Tinju dan tendangan mendarat ke wajah dan perutnya. Tanpa bisa melawan, Xu Yin hanya melindungi kepalanya dengan kedua tangan. Darah mengalir dari sudut bibirnya, tanah lembab bercampur hujan menempel di tubuh dan wajahnya.

"Kau tidak pantas tinggal di Sekte Tiangu!" bentak salah satu murid sambil menendang sisi rusuknya hingga terdengar seperti retakan.

KRAAKK!!

Rusuk Xu Yin retak.

Murid lainnya tertawa. Mereka semua meludahi tubuh Xu Yin yang terkulai tak berdaya di tanah basah.

Setelah puas, mereka pergi meninggalkan Xu Yin. Tubuhnya benar-benar terlihat memperihatinkan. Ia terkapar di tanah berlumpur, setengah kesadarannya hilang, namun masih bisa merasakan sakit disekujur tubuhnya.

Langit malam perlahan cerah, hujan berhenti, dan suara langkah ringan mendekat. Seseorang berlutut di samping Xu Yin, jubah panjangnya tersapu angin.

"Sampai kapan kau akan membiarkan dunia menginjakmu seperti ini, Xu Yin?" gumam suara tua yang akrab.

Dalam gelapnya malam, Xu Yin mencoba membuka mata perlahan. Sosok di hadapannya tampak samar, namun ia mengenal wajah itu.

Tetua Qian.

Diambang kesadarannya, ujung ibu jari Tetua Qian muncul cahaya hijau yang diarahkan di atas dahi Xu Yin. Membuatnya merasakan kantuk hebat, dan memejamkan mata.

Setelah membuat Xu Yin tertidur. Dengan dua jari dari tangan kanan, Tetua Quan mengangkat tubuh Xu Yin, membuatnya melayang di udara. Mengguyurnya dengan air hangat yang muncul dari telapak tangan kirinya. Air itu membersihkan tubuh Xu Yin hingga lumpur yang menempel benar-benar hilang.

Xu Yin dirawat kembali di Paviliun Penyembuhan, kali ini tidak sebagai pasien tak berharga, tetapi sebagai seseorang yang benar-benar dijaga.

Luka luar dan dalamnya sembuh dalam waktu satu minggu, namun Tetua Qian tetap menjaganya dengan serius.

Pada suatu malam yang tenang, saat Xu Yin tersadar dan mulai membuka matanya, Tetua Qian duduk di samping dengan secangkir teh yang mengandung energi Qi.

Xu Yin tidak menyangka bahwa dia masih hidup hingga detik ini. Bahkan disaat-saat paling kritis sekalipun, ada orang yang repot-repot mau menyelamatkannya. Ia merasa sangat bersyukur, masih ada seseorang yang peduli dengannya.

Dalam keheningan diantara mereka berdua, Tetua Qian membuka mulutnya. "Aku tahu kau punya banyak pertanyaan," katanya pelan. "Termasuk kenapa aku menghilang."

Xu Yin menatap dengan mata Tetua Qian tenang. "Saya tidak perlu tahu, Tetua."

Tetua Qian menggeleng. "Tapi kau berhak tahu. Aku tidak pernah meninggalkanmu begitu saja. Aku pergi... ke tujuh negara besar. Mencari satu hal yang sangat langka di dunia ini. Pil Pemulih Jiwa Tingkat Empat."

Mendengar ungkapan itu, hati Xu Yin sangat tersentuh. Ia masih tak percaya jika ada seseorang yang rela berkorban untuknya.

"Pil itu…”

"…sudah ada di tanganku sekarang," potong Tetua Qian sambil menepuk tas spiritualnya.

Ia mengeluarkan sebuah kotak giok bersegel emas, yang memancarkan aroma spiritual yang pekat.

"Kau satu-satunya alasan aku mencarinya. Karena aku tahu, bakatmu terlalu berharga untuk dikubur oleh orang-orang yang kejam."

Xu Yin terdiam, matanya mengeluarkan genangan air. Ia merasa sangat terharu, hingga ingin menangis pada saat itu juga.

"Mulai malam ini, aku akan menyembuhkan meridianmu." Tekad Tetua Qian, sembari tersenyum menatap wajah Xu Yin yang sudah basah oleh air mata.

Tiga bulan berikutnya, Xu Yin menjalani pengobatan intensif. Tubuhnya berkali-kali nyaris runtuh karena reaksi pil, namun ia menahan rasa sakit luar biasa itu tanpa sekalipun mengeluh.

Sampai akhirnya, pada bulan keempat...

Suatu malam, di tengah ruang pengobatan, Xu Yin menghela napas panjang. Suara 'retakan Qi' terdengar dari dalam tubuhnya, bukan kehancuran, tetapi pembukaan jalur meridian baru.

Qi-nya mengalir deras, terang, dan murni.

Meridian utama yang rusak... telah pulih.

Hari pengumuman besar pun tiba.

Di pelataran utama Sekte Tiangu, beberapa Tetua dan murid berkumpul karena panggilan resmi Tetua Qian, hal yang sangat jarang terjadi.

Xu Yin berdiri di sampingnya, mengenakan jubah baru berwarna biru muda dan perak. Sebagian rambutnya diikat, matanya tajam, auranya berubah drastis dari murid lemah menjadi seseorang yang tampak berbahaya.

"Aku punya dua pengumuman," seru Tetua Qian, suaranya menggema.

"Pertama, Xu Yin telah sembuh sepenuhnya, termasuk meridian-nya. Dia kini bisa melanjutkan kultivasi tanpa hambatan."

Riuh rendah langsung terdengar dari para murid dan tetua. Beberapa menatapnya dengan ketidakpercayaan. Beberapa lagi dengan ketakutan. Wu Ling memucat.

"Kedua," lanjut Tetua Qian, lebih lantang, "Mulai hari ini, Xu Yin adalah murid langsungku. Tak satu pun Tetua, bahkan Ketua Sekte sekalipun, boleh mengusiknya. Jika ada yang berani, mereka akan berurusan denganku."

Semua terdiam. Tidak ada yang berani dengan Tetua Qian, reputasinya terkenal karena dia satu-satunya Tetua yang berhasil mencapai Golden Soul tahap tengah.

Para murid segera berbisik pelan.

"Bagaimana mungkin?"

"Kenapa Tetua Qian mau menjadikan sampah itu murid?"

"Aku tidak percaya!"

Wu Ling berjalan cepat sambil mengepalkan tangannya. "Brengsekk!! Aku tidak percaya ini."

1
Donna
apakah mirip dg yg d gambar??
Filanina
maksudnya, pamannya itu pintar karena sudah golden core stlh belajar 16 tahun tapi walau pun pintar ttp blm bisa mengenali primordial keponakannya?
Filanina: tapi kurang pintar karena tidak bisa mengenali primordial kan?

soalnya kok kayak tolak belakang. dikatakan pintar tapi tidak mampu.
LaoTzy: Iya pamannya punya bakat terpendam mungkin😭
total 2 replies
Filanina
kayak orang kurang sopan nggak sih ga jawab pertanyaan. Jatuhnya bukan dingin tapi ga sopan.
LaoTzy: Bener banget
total 1 replies
Filanina
oh... berarti itu khusus pedang kendaraan ya.
LaoTzy: Iya. Terinspirasi dari novel sebelah😭
total 1 replies
B A B Y B U N N D
Uupp
༆ᴛᴀ°᭄ᴠᴇᴇʀᴮᴼˢˢ彡
Gaadsss lanjooottt thorr
Filanina
Kalau dalam novel china kayak gini emang jarang sih ngasih penjelasan... terjadi begitu saja dan diterima begitu saja.
Filanina
ini pedang terbang itu biasanya pedang yg dipakai bertempur atau bukan sih? Atau khusus kendaraan?
pedang biasa bisa apa nggak? tergantung ilmu seseorang atau tergantung pedangnya?
Filanina
lucu juga ya, siapa yang pertama kali dapat ide pedang jadi kendaraan?

mungkin padanan sapu terbang penyihir atau karpet terbang aladin. cerita2 benda terbang yg jadi kendaraan yang lebih kuno.
Filanina
mungkin diberikan bukan memberikan. kalau nggak memberikannya. objeknya diganti -nya. subjeknya ttp wanita itu.
Filanina
Thor, ini dalam narasinya bakal ditulis Chen lian terus sementara di sana namanya Xu Yin?
Filanina
owh... yang terkuat bukan yang nomor 1 ya... ?
Filanina
semnanti mungkin typo ya. apa sembari?
Filanina
kalau mau perbaiki, pakailah koma sebelum petik alih-alih titik. trus dialog tag ditulis huruf kecil.
Filanina
saya ngasih koreksian typo
Filanina
kok aneh sekali kalau sampai kedua orang tuanya seperti itu. padahal anak tunggal.
Filanina
wah, parah itu. Belum tahu apa2 langsung dihajar
Filanina
cuma basuh muka? /Shame/
Filanina
jangan2 Fu heng bakal jadi musuh...
Filanina
iya-ya
ibunya jadi hangat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!