Zahira Maswah, siswi SMA sederhana dari kampung kecil yang jauh dari hiruk-pikuk kota, hidupnya berubah total saat ia harus menikah secara diam-diam dengan Zayn Rayyan — pria kota yang dingin, angkuh, anak orang kaya raya, dan terkenal bad boy di sekolahnya. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena keadaan yang memaksa.
Zahira dan Zayn harus merahasiakan pernikahan itu, sampai saatnya tiba Zayn akan menceraikan Zahira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Pagi menjelang siang ini, kantin sekolah elit itu dipenuhi oleh siswa/i. Suara, canda tawa, dan perbicangan terdengar di kantin itu. Di sudut ruangan, Zayn duduk dengan sikap santai namun aura dinginnya memancar kuat. Axel dan Ryu duduk di sisi kanan dan kirinya, seperti dua pengawal yang setia.
"Lu bener-bener udah tobat jadi tukang bully. Biasanya lo bakalan diam aja kalau si Aldrich buli anak lain," ujar Axel dengan nada menggoda sambil mengunyah kentang gorengnya.
"Bener. Ini tumbenan lo belain anak baru itu," sambung Ryu, mencondongkan tubuhnya, penasaran.
Zayn mengangkat alis, lalu meletakkan sumpit plastiknya, "siapa juga yang belain anak baru itu. Gue cuma... kasihan lihat dia. Mana penampilannya udik gitu. Udah, itu aja,” ujarnya cuek, namun wajahnya sempat berubah sesaat—ada sesuatu yang tidak terucap di balik tatapan datarnya.
Axel dan Ryu saling pandang.
"Eh iya dia memang agak gimana gitu, pakai hijab segala. Jarang tau di sekolah ini ada yang berpenampilan begitu. Jangan-jangan beneran lagi dia itu anak pengusaha travel haji dan umroh," celetuk Axel.
"Kalau enggak, barang kali anak kiai, pemuka agama, atau... anak menteri agama," tambah Ryu sambil mengernyitkan dahi, seolah sedang memecahkan misteri detektif.
"Tapi kalau anak kiai, pemuka agama, apalagi menteri agama, pastinya dia nggak bakal sekolah di sini lah, Ryu," balas Axel.
"Terus sekolah di mana?" Ryu menimpali, menantang.
"Ya paling nggak di pondok pesantren go internasional, atau di Mesir. Atau di Arab sekalian," jawab Axel dengan nada yakin.
Zayn tetap diam. Ia hanya mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan, wajahnya tanpa ekspresi.
“Menurut lo, dia itu anak siapa, Zayn?” tanya Ryu akhirnya, menatap Zayn dengan penasaran yang tak bisa dibendung.
Zayn mengangkat bahu, "ya mana gue tahu. Yang pasti anak bapak dan emaknya lah,” jawabnya sekenanya.
"Iya kalau itu sih siapa juga tahu," ujar Ryu dan Axel berbarengan, membuat mereka bertiga tergelak. Suara tawa mereka memantul di dinding kantin, menciptakan kontras dengan meja di sudut lain.
Di sisi lain kantin, meja yang diisi oleh Aldrich, Ares, dan Ryon penuh dengan cibiran dan canda tak empatik.
"Si anak baru itu tampaknya nggak ke kantin?" ujar Ares, matanya menyapu ruangan.
"Kamar mandi kali. Ketar-ketir dia, pertama kali masuk aja udah disuruh ngerjain soal. Hahaha," ejek Ryon.
Ares ikut tertawa keras, “bener juga. Hahaha. Eh, kira-kira dia itu dari kasta mana sih? Anak pengusaha, pejabat, atau selebriti?”
"Kalau selebriti udah pasti enggak, soalnya dia enggak terkenal. Sepertinya antara anak pejabat atau pebisnis," ujar Ryon sambil menggoyang-goyangkan botol minumnya.
“Barang kali juga bukan anak siapa-siapa?” ujar Aldrich santai, suaranya tenang tapi tajam.
“Enggak mungkin, bro. Sekolah kita ini mahal. Kalau bukan anak dari kalangan atas, mana mungkin kepikiran sekolah di sini. Kalau mau makan aja susah,” ujar Ryon, seperti menyimpulkan.
"Bener tuh," timpal Ares.
Namun Aldrich hanya tersenyum cuek, menyandarkan punggung ke kursi, pandangannya entah sedang memikirkan apa.
Tiba-tiba, Clara datang menghampiri meja Zayn. Wajahnya cantik, rambutnya terurai rapi, make up-nya sempurna seperti bintang drama. Namun langkahnya tergesa dan penuh kepercayaan diri.
“Zayn, gue duduk di sini ya?” tanyanya, langsung menarik kursi dan duduk tanpa menunggu persetujuan.
Aksi Clara langsung mengundang lirikan dari meja Aldrich.
"Ah, dia cantik... tapi sayang, dia cukup naif untuk terus mengejar pria nakal' itu," komentar Ryon sinis.
“Kita lihat saja. Kan seru juga dramanya,” sahut Ares sambil menyeringai.
Aldrich, tanpa sepatah kata, mengamati. Sorot matanya seperti pembaca yang sedang menanti kelanjutan cerita favoritnya.
Zayn meletakkan sendoknya, menatap Clara datar, “Clara, jangan ganggu mood makan gue.”
Axel dan Ryu hampir tersedak menahan tawa, menutup mulut dengan tangan mereka.
Clara menggigit bibir bawahnya, "Zayn, lo kok gini sih? Lo beneran nggak ngasih gue kesempatan kedua?"
Zayn menyenderkan tubuhnya, menatap Clara dengan mata tajam dan suara rendah tapi menusuk. “Kalau lo bisa sebutin satu per satu nama mantan lo, dan lo jelasin ke gue lo udah ngapain aja sama mereka... mungkin gue bakal pertimbangin.”
Clara terdiam. Matanya memerah, rahangnya mengeras, "gue nggak punya mantan selain lo, Zayn. Dan gue... gue nggak pernah ngapa-ngapain dengan siapa pun!" suaranya naik satu oktaf, penuh emosi.
"Yakinnn?" Zayn mengejek, matanya menyipit, senyumnya sinis tapi mematikan.
"Zayn!" Clara berseru, suaranya menggema, lalu berdiri dan pergi dengan langkah keras, menghentakkan kakinya ke lantai.
Semua mata memperhatikan drama itu, seperti sedang menonton episode baru drama Korea yang sedang naik daun.
“Lo nggak ngejar Clara lagi, bro?” tanya Ryon kepada Aldrich.
Ares menatap Aldrich, menunggu jawabannya.
Aldrich hanya menggeleng pelan sambil berkata lirih, “untuk apa? Gue hanya ngejar...mainan yang menarik.”
Tiba-tiba Zahira muncul. Suara langkah kakinya pelan terdengar samar, menyusuri lorong menuju kantin yang mulai dipenuhi tawa dan sorakan dari para siswa. Mata-mata mulai menoleh, satu per satu mengalihkan pandangan dari makanan mereka.
Zahira memegang nampan aluminium yang masih kosong. Ia berjalan pelan, langkahnya gugup, seperti tidak tahu harus duduk di mana. Suasana kantin yang tadi riuh mendadak mereda.
"Eh, itu dia anak baru," bisik seseorang.
"Akhirnya muncul juga," gumam siswa lain.
Zayn yang sedang memegang botol minum langsung menghentikan gerakannya. Ia tak menoleh langsung, tapi dari sudut matanya, ia mengamati. Perlahan, dahi Zayn berkerut.
Zahira berjalan mendekat ke bagian pengambilan makanan. Ia tampak ragu-ragu saat hendak memilih lauk.
"Permisi, Bu. Ini… nasi sama sayur aja," ucapnya pelan pada ibu kantin.
Ibu kantin hanya tersenyum dan menyendokkan nasi serta sayur bening ke dalam piringnya. Tidak ada ayam, tidak ada lauk tambahan. Zahira hanya tersenyum sopan, lalu membayar dengan uang kertas yang tampak agak kusut.
Zayn sempat menatap piring Zahira sekilas. Hanya nasi dan sayur?
Zahira mulai berjalan menyusuri kantin, mencari tempat duduk. Tapi meja-meja tampak penuh. Atau lebih tepatnya—tidak ada yang memberinya tempat. Beberapa siswa bahkan dengan sengaja menaruh tas di bangku kosong agar Zahira tidak duduk di sana. Zahira menelan ludah. Ia menunduk, berusaha tetap tenang.
“Kasihan banget,” gumam Axel pelan.
Zayn diam, tapi jemarinya menekan tutup botol minumnya lebih keras dari biasanya.
Clara yang baru saja duduk di meja lain dengan teman-temannya, memandangi Zahira dari kejauhan dengan tatapan tidak suka.
“Gue enggak ngerti kenapa sekolah ini nerima anak yang seperti itu. Gayanya kampung banget, bikin jelek reputasi sekolah aja,” gumam Clara sinis, sengaja mengeraskan suaranya.
Zahira mendengarnya. Tapi ia tetap diam, menunduk, dan mencari meja lain.
Di sisi lain, Aldrich menyilangkan tangan, tersenyum tipis sambil mengamati, "mainan gue udah dateng," ujarnya.
“Gue penasaran dia kuat berapa lama di sini,” ujar Ares santai.
Zahira akhirnya menemukan meja kosong di sudut ruangan. Meja itu agak tua, dan letaknya dekat tempat cuci piring. Tapi ia tetap duduk di sana, membuka tutup kotak air minumnya pelan-pelan, dan mulai menyuapkan nasi ke mulutnya.
Tiba-tiba, suara sepatu terdengar mendekat ke arahnya.
"Lo duduk di sini sendirian?" suara itu berat, dingin—milik Aldrich.
mainan busehhh ati ati loh takut nya yang Lo anggap mainan jadi sesuatu yang berharga
lanjut Thor mau lihat seberapa hebat Zahira bisa melalui ini semua
dan cerita cinta di sekolah ini pastinya yg di tunggu ,,rasa iri, cemburu dll
apa sekejam itu Thor di sana ?
selipin cowok yg cakep Pari purna yg tertarik ma Zahira mau tau reaksi suami nya,,kalau ada seseorang yg suka pasti membara bak 🔥
ayah zayn atau ayah ardi?.
kalo ayah zayn..
apakah ingin zahira twrsiksa dan dibully di sekokah zayn?
apa gak kauatir klao terbongkar pernikahan mereka?
❤❤❤❤❤❤
atau carikan sekolah lain.
❤❤❤❤❤
use your brain