Kusuma Pawening, gadis remaja yang masih duduk di bangku SMA itu tiba-tiba harus menjadi seorang istri pria dewasa yang dingin dan arogan. Seno Ardiguna.
Semua itu terjadi lantaran harus menggantikan kakanya yang gagal menikah akibat sudah berbadan dua.
"Om, yakin tidak tertarik padaku?"
"Jangan coba-coba menggodaku, dasar bocah!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Wening bukannya marah, ia hanya kaget dan lebih tepatnya bingung menyikapi perasaannya sendiri. Menikahi mantan kakaknya sendiri itu juga beban untuk dirinya. Meski terlihat periang dan cengengesan, ada kalanya gadis itu termenung sendiri tentang hidupnya.
Getaran vibrasi ponselnya yang memekik membuyarkan lamunan gadis itu. Terlihat id caller Yuda terpampang jelas di layar ponselnya. Wening hanya melirik saja tanpa minat mengangkat panggilan itu.
"Udah tidur? Angkat dong, PR kamu udah selesai belum?"
^^^"Belum, lagi dikerjain belum selesai."^^^
"Mau jawabannya, nggak? Aku kirimin ya?"
^^^"Tumben baik, waras?"^^^
"Luar biasa, aneh ya seorang Yuda bisa sehangat ini?"
^^^"Iya, aneh banget, biasanya sedingin kutub utara."^^^
"Aku bakalan gini sama orang yang bisa buatku nyaman."
^^^"Ehem, berarti aku berhasil buat kamu nyaman ya?"^^^
"Mungkin, pantang menyerah!"
^^^"Awas jatuh cinta dengan pesona Wening. Wekwk."^^^
"Wkwkwk,"
^^^"Nggak ada yang lucu, mana jawaban PRnya. Males mikir."^^^
"Nggak gratis ya!"
***
Yuda mengirim jawaban ke Wening, gadis itu yang memang tengah dirundung males mikir, menerima jawaban itu dengan senang hati. Suara ketukan pintu kamar membuyarkan fokus gadis itu yang tengah berkutat dengan buku.
"Ning! Buka dong! Aku boleh masuk!" seru Seno di luar sana. Nampak pria itu mempunyai masalah pribadi yang cukup merepotkan hingga larut begini masih juga menggedor-gedor kamar orang lain.
"Ning! Aku tahu kamu belum tidur. Buka Ning!" panggil pria itu cukup berisik. Hingga membuat gadis itu benar-benar terusik dan susah berkonsentrasi.
"Ini orang apaan sih!" dumel gadis itu turun dari ranjang mencebik kesal.
Gadis itu memang sengaja mengunci pintunya. Butuh privasi dan tentunya takut pria dewasa itu menelusup ke kamarnya lagi. Pengalaman adalah guru yang paling berharga. Setelah kejadian kemarin dan tadi sore cukup menjadi pengingat agar lebih hati-hati lagi dalam bertingkah.
Walaupun Seno suaminya sendiri, sungguh gadis itu sesungguhnya belum siap dengan yang namanya rumah tangga sungguhan. Urusan orang dewasa memang selalu rumit.
Karena gedoran pintu semakin berisik saja, akhirnya gadis itu turun dari ranjang. Membuka pintu kamar sedikit saja.
"Ada apa Om, ini sudah malam, aku mau istirahat." Gadis itu melongok menyembulkan kepalanya saja.
"Aku masuk ya?" ujarnya main serobot. Wening dengan cepat menutup pintunya, sialnya Seno menahan dengan menghalang satu kakinya. Hingga membuat gadis itu kewalahan dan seketika mental saat Seno mendorong pintunya cukup keras.
"Awww ....!" desis gadis itu mengaduh hampir terkatup tembok.
"Ning, sorry, mana yang sakit?"
Gadis itu mengibaskan tangannya yang kelu menahan tadi hingga terkena kerasnya pintu yang terbuka.
"Nggak ada, Om keluar, Om!"
"Susah payah masuk kok disuruh keluar, bagaimana ceritanya?"
"Ceritanya bersambung, Wening lagi nugas. Sana Om istirahat! Ini sudah malam!" usir gadis itu jengkel.
"Anak kecil juga tahu kalau ini malam. Aku nggak bisa tidur, pindah atas yok. Kalau males jalan aku gendong. Kuat kok, aman!"
Wening melirik sengit, membuat pria itu terdiam sembari menghela napas panjang.
"Oke, kalau nggak mau pindah, aku yang pindah. Aku susah tertidur," ujar pria itu jujur.
"Kalau mau di sini jangan ganggu, aku lagi nugas," ujar gadis itu serius.
"Makanya pindah, di sini tuh nggak nyaman. Di kamar lebih nyaman, lagian kamu nggak butuh ganti apa?"
Wening melirik tajam, membuat pria itu terdiam.
"Oke, aku diam!" kata pria itu cukup tahu diri.
"Ning, pintunya jangan dikunci ya, aku mau ambil laptop," pesan pria itu beranjak. Wening tidak menyahut, sibuk menyelesaikan tugas yang belum selesai lantaran suaminya tak kunjung diam.
Beberapa menit berlalu, Seno kembali ke kamarnya dengan laptop dan ponsel di tangannya. Wening sendiri masih terlihat sibuk. Keduanya tenggelam dalam kesibukan masing-masing.
Gadis itu tertidur dengan ponsel yang masih menyala. Buku berserakan, dan cukup berantakan.
Seno yang menyadari itu menatap dengan gelengan kecil. Mengemas buku-buku istrinya. Menaruhnya di atas nakas. Meraih ponsel hendak memindah ke sisi buku. Terhenti saat mendapati balasan chat yang begitu banyak dari Yuda.
"Dasar, bocah! Nggak ada kapoknya. Nomor siapa sih!" gumam pria itu mendadak jengkel kembali.
Seno memblokir nomor WA Yuda. Lalu menaruh kembali ponselnya. Rasanya begitu kesal, mendadak ia merasa dighostingin istri sendiri.
Semalam hampir tidak bisa menemukan kantuknya gegara memikirkan istri kecilnya. Membuat pria itu kesal sendiri. Entah di jam berapa pria itu tertidur, yang jelas saat Wening membangunkannya gadis itu sudah rapih dengan seragamnya.
"Om, bangun!"
Seno terjaga dengan netra sayu. Cekungan kelopak matanya cukup kentara kalau semalam kurang beristirahat.
"Jam berapa ini, kamu udah mandi?"
"Aku berangkat duluan ya Om, udah pesen ojol."
"Kenapa nggak bareng aja sih, ribet! Tunggu Ning, aku mandi dulu."
"Aku bisa terlambat kalau nungguin Om mandi. Airnya sudah aku siapkan, pakaiannya juga, dan secangkir kopi. Sarapan beli aja Om!"
"Assalamu'alaikum ....!" pamit gadis itu melesat.
"Ning, jangan pulang terlambat!" pekik pria itu yang diiyakan Wening sambil berlari kecil ke luar.
"Eh, aku kan masih kesel, kok baik-baikan! Awas kamu, Ning!" gumam Seno penuh rencana.
Pagi-pagi Wening masuk sekolah seperti biasa. Vivi menyambutnya dengan senyum sumringah.
"Pagi pren!" sapa gadis itu riang.
"Eh, Yuda mana? Kok belum berangkat?"
"Ngapain nyariin cowok ansos. Belum datang."
"Pengen nyapa manusia kutub. Haha."
"Ini buku lo, kemarin sisa kembaliannya gue bikin jajan boba."
"Dih ... nepotisme!"
Pembicaraan keduanya terjeda lantaran guru mereka datang. Usai mengikuti pelajaran pertama nampak Yuda baru nongol memasuki kelas dengan wajah dingin.
"Kamu telat?" tanya Wening begitu mendapati pria itu duduk di belakangnya.
"Bukan urusan lo!"
"Dih ... tanya doang kok sewot!"
Yuda tidak menanggapi, terlihat jelas mukanya kesal. Sebenarnya pria itu kenapa? Hingga menjelang istirahat kedua, Wening kembali menegur tapi tidak ada sahutan.
"Dasar cowok nggak jelas, semalam aja care, sekarang sedingin kutub utara, menyebalkan sekali. Kalau bukan lantaran misi aku juga ogah kali deket-deket!"
Hari ini Wening mengabarkan suaminya kalau pulang terlambat. Gadis itu ada les tambahan. Seno sendiri hari ini cukup sibuk, padat jadwal kantornya. Ada beberapa pertemuan dengan klien hingga membuat pria itu pulang agak malam.
Ekspektasinya, pulang disambut istrinya yang berwajah imut, tapi cukup menyebalkan itu. Nihil, lantaran gadis itu tengah sibuk sendiri mengemas barang-barang dari kamar Seno menuju kamar sebelah.
"Ning, ngapain? Siapa yang nyuruh pindah?"
"Hehe. Aku lah, kita kamarnya sebelahan aja Om, biar Om nyaman dan aku senang. Ini kamar Om, dan sebelah kamar aku, jangan saling menginap, demi kesejahteraan bersama," ujar gadis itu tersenyum.
"Kesejahteraan apaan? Kok jadi kamu yang ngatur, rumah, rumah siapa?"
"Ish ... rumah Nyonya Seno Ardiguna. Aku nggak mau sekamar sebelum lulus, Om meresahkan!" Wening menutup pintu kamarnya cepat sebelum pria itu menerobos masuk.
"Ning! Astaghfirullah ... dasar bocil nakal!"