NovelToon NovelToon
Pengkhianatan Di Malam Pertama

Pengkhianatan Di Malam Pertama

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Tamat
Popularitas:47.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

Embun tak pernah menyangka bahwa kejutan makan malam romantis yang dipersembahkan oleh sang suami di malam pertama pernikahan, akan menjadi kejutan paling menyakitkan sepanjang hidupnya.

Di restoran mewah nan romantis itu, Aby mengutarakan keinginannya untuk bercerai sekaligus mengenalkan kekasih lamanya.

"Aku terpaksa menerima permintaan ayah menggantikan Kak Galang menikahi kamu demi menjaga nama baik keluarga." -Aby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 : Siapa Pelakunya?

🌹Halo pembaca terkasih. Seiring adanya perhitungan popularitas yang baru berlaku di platform Noveltoon, aku mau mengajak teman2 sekalian untuk membaca dulu sebelum like dan komentar. Karena kalau teman-teman langsung ngelike dan komentar tanpa membaca, itu membuat teman-teman akan terhitung sebagai bot dan gak masuk ke dalam view. Tentunya, itu akan mempengaruhi performa sebuah karya.

Yuk, mulai sekarang membaca dahulu sebelum memberi like dan komentar.

Yahhh Kita nggak bisa seru-seruan lagi jadi saingan first komen. Syedih aku tuh. 🤧

Tapi terlepas dari itu semua, terima kasih telah setia menemaniku selama ini dan memberi semangat yang luar biasa. Tanpa teman-teman, aku bukan apa-apa.🌹

Terima kasih ❤️

.

.

.

.

Diamnya Embun menuntun Aby untuk melingkarkan tangan di bahunya. Cukup erat, seperti memberi isyarat agar Embun tak perlu takut untuk menunjukkan pelaku kejahatan semalam. 

"Siapa yang dorong kamu? Ayo bilang saja, jangan takut." Aby menatap Embun penuh tanya. Namun, wanita itu hanya mengatupkan bibir rapat. Terdiam sesaat, menyeruput teh hangat, dan menarik napas dalam. 

"Aku nggak tahu," jawabnya, lalu kembali menyeruput teh. Setidaknya ia merasa lebih baik karena minuman manis itu membuat rasa hangat mulai menjalar di tubuhnya

"Kamu nggak lihat orangnya?" tanya Aby sekali lagi.

"Nggak. Kejadiannya terlalu cepat." 

Sorot matanya kembali teralihkan kepada beberapa wanita di hadapannya. Mereka semua duduk membentuk lingkaran sambil menikmati minuman hangat masing-masing. Ada yang saling menatap satu sama lain, ada pula yang hanya diam dan terlihat terkejut mendengar pengakuan Embun. 

"Apa ada orang yang kamu curigai?" Pertanyaan frontal dari Dewa menciptakan suasana tegang pagi itu. Vania lah yang paling terlihat tegang. Wanita berambut sebahu itu seperti sadar sendiri, bahwa di antara sekian banyak orang yang ikut dalam kegiatan alam ini, hanya dirinya yang memiliki masalah pribadi dengan Embun. 

"Nggak ada, Kak. Aku juga nggak tahu dia rombongan kita atau bukan," jawab Embun. 

Dewa mengangguk pelan. Jika keadaannya demikian, berarti mereka tidak dapat mencurigai siapapun dan menjadikan seseorang sebagai tersangka. Karena Embun sama sekali tidak memiliki bukti apapun.

"Tapi ini kejahatan serius. Kita nggak bisa diam. Bisa saja kan, pelakunya akan mengulang hal yang sama di kemudian hari." Tatapan Aby seolah ingin menuntut keadilan untuk istrinya. 

"Kamu benar, Aby. Aku akan mencari tahu siapa pelakunya," sambung Dewa dan segera disusul anggukan tanda setuju oleh Haikal.

"Aku nggak apa-apa, Kak. Lagi pula aku sudah selamat, nggak usah dipermasalahkan lagi." 

Akhinya, pembicaraan pagi itu selesai dengan jawaban terakhir Embun. Namun, beberapa mahasiswi lain masih terlihat penasaran dan bertanya-tanya pelaku yang tega mendorong Embun hingga terperosok ke dalam jurang. Embun mungkin tinggal nama jika saja Aby, Dewa dan Haikal tidak menemukannya. 

Setelah pembicaraan itu, Aby berniat membawa istrinya pulang. Selain karena kondisi tubuh Embun yang masih lemah dan butuh istirahat banyak, Aby juga masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda. 

Embun terlihat kesulitan berjalan akibat kakinya yang masih terasa ngilu. Ia dibantu oleh dua teman wanitanya. Melihat itu, Aby yang membawa tas ransel milik Embun segera mensejajarkan langkah. 

"Biar aku saja," ucapnya sambil menggeser posisi Mega yang tengah memapah Embun. 

"Oh ... iya, Kak." 

"Bisa bantu bawa ransel Embun ke mobil aja?" Aby segera melepas tali tas yang melingkar di antara bahu dan lengannya.

"Bisa, Kak."

"Makasih." Aby pun membawa Embun ke dalam gendongan. Di depan sudah ada sebuah mobil off-road yang akan mengantarkan mereka turun ke parkiran. Aby melewati jalan berbatu. Terlihat tanpa beban sama sekali, seolah tubuh Embun sangat ringan baginya. 

"Pelan-pelan naiknya," ucap Aby, sambil membantu Embun naik ke mobil. 

"Aku mau ikut pulang sama kamu!" 

Tiba-tiba muncul suara dari belakang yang membuat Aby menoleh. Vania menatap dengan mata berkaca-kaca. Namun, Aby seolah tak begitu memerdulikan permintaan wanita itu. 

"Nggak, Van. Lebih baik kamu pulang sama rombongan aja." 

"Tapi, Aby ...." 

"Van, tolong!" 

Penolakan keras dari Aby membuat Vania terpaku di tempat. Kedua tangannya terkepal sempurna dengan rahang mengetat. Ia bahkan diam saja saat mobil mulai melaju meninggalkan perkemahan itu. 

*

*

*

Mobil yang dikemudikan Aby menerobos jalan yang lengang pagi itu. Belum ada pembicaraan berarti sejak mereka meninggalkan perkemahan. Embun terdiam sambil mengamati kulit mulusnya yang harus terkena lecet akibat insiden semalam. 

"Kamu yakin nggak lihat siapa yang dorong kamu?" Aby membuka suara, setelah beberapa menit terdiam. 

"Aku yakin." 

"Benar?" Aby menatap dengan kedua alis tebalnya yang saling bertaut. Jawaban yang diberikan Embun sama sekali tak menenangkan hatinya. Pria itu langsung menurunkan kecepatan hingga akhirnya menepikan mobil di tempat yang dirasa aman, karena jalan yang mereka lalui tadi cukup sempit dan agak terjal. "Apa Vania yang sudah mendorong kamu?" 

Aby merasa tak salah mencurigai Vania. Sebab hanya Vania satu-satunya orang yang memiliki sebuah alasan untuk mencelakai Embun. 

"Apa yang akan kamu lakukan kalau ternyata yang mendorong aku memang Vania?" Embun balas menatap Aby penuh tanya. 

"Aku tetap akan melaporkan kalaupun pelakunya adalah dia. Ini sudah tindakan kriminal."

"Yakin?" tanya Embun. "Apa kamu lupa, bahwa dia adalah wanita yang membuat kamu berjanji untuk menceraikan istri sah kamu sendiri?"  

...*****...

1
Khairul Azam
klo aku mending pikih si dewa. kadang banyak banget karakter perempuan dinovel ininyg tolol
Misaza Sumiati
perusahaan My Day punya ayah Dewa mungkin kan yang punya dr
Misaza Sumiati
embun terus terang
Misaza Sumiati
awas embun hati 2 , sama ulat bulu
Mardia Emailvivo
Sukak cara embun,biar tau si suami
istri gak perlu ngemis minta cinta
Misaza Sumiati
kayanya bukan Vania , kan hanya si pemilik mobil yang dipakai, tapi wajah orang nya tidak terlihat
Misaza Sumiati
Mega sepertinya yang kirim foto
Misaza Sumiati
Mega kayanya senang ke Dewa
Misaza Sumiati
pasti Vania yang nabrak
Misaza Sumiati
gantengan dewa
Arshinta Queen syakila
ulat khatulistiwa😂😂😂😂
Mae Mey
ad bnr nya jg megawati
Dwi Ratnaningsih
ganteng dan cantik semua 😍
Anonymous
/Good//Good//Good//Good//Good//Good/
mooociii
gue tau vania itu salah tp di sini yg lebih jahat itu aby hruse setelah menikah dia hruse mutusin vania, vania pcaran udah satu taun trs abi jg janji'in bkal nyerain embun, wajar kl vania mikir aby masih mlik dia
Heny
Maka dr itu Aby di jg dng baik embun nya
Mae Mey
dukung embun
Heny
Aku takut galang berbohong
Heny
Good embun
Heny
Aby km cemburu y liat dewa sm embun kwkw
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!