NovelToon NovelToon
Tawanan Pesantren

Tawanan Pesantren

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Nikahmuda / Spiritual / Cintamanis
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora.playgame

Apa jadinya jika seorang gadis remaja berusia 16 tahun, dikenal sebagai anak yang bar-bar dan pemberontak terpaksa di kirim ke pesantren oleh orang tuanya?

Perjalanan gadis itu bukanlah proses yang mudah, tapi apakah pesantren akan mengubahnya selamanya?

Atau, akankah ada banyak hal lain yang ikut mengubahnya? Atau ia tetap memilih kembali ke kehidupan lamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 12 - Kafilah Cinta

~💠💠💠~

Sepulang dari kegiatan bersih-bersih, para santriwati kembali ke asrama masing-masing.

Kamar Miska berada di ujung lorong, dengan empat ranjang yang menampung empat orang.

Kini, udara kamar terasa lebih dingin dari biasanya, bukan karena AC atau kipas, tapi karena suasana yang begitu kaku.

Salsabila duduk di ranjangnya sambil membolak-balik halaman kitab yang akan dipelajari besok.

Matanya sekilas melirik ke arah Miska yang baru masuk, lalu kembali fokus pada bacaannya.

Miska sendiri tak peduli. Ia langsung duduk di kasurnya, melepas kerudung dengan malas, lalu mengikat rambutnya sembarangan.

Sementara itu, Fatin dan Hana, yang biasanya ceria, kini lebih banyak diam dan hanya fokus membaca Al-Qur’an di pojokan. Tapi jelas, semuanya seperti menahan sesuatu.

Tidak lama kemudian...

"Apa-apaan, sih? Kok kamar ini kayak kuburan?," seru Miska sambil memainkan ujung selimutnya.

Namun, tidak ada yang menjawab.

Adapun Salsabila, ia hanya melirik sekilas, lalu mendengus pelan dan berkata, "Tanya saja ke diri sendiri."

Mendengar perkataan Salsabila, Miska pun mendelik. "Apaan, sih? Lo masih kesel gara-gara pagi tadi?," tanyanya.

Salsabila lalu menutup kitabnya dengan kasar dan berseru, "Terserah kamu mau ngomong apa. Aku nggak peduli."

"Heh? Kok lo jadi lebay gini?," ujar Miska seraya tertawa kecil, tapi jelas terdengar sinis.

"Kamu pikir gampang buat aku kena hukuman? Selama ini, aku nggak pernah sekalipun kena hukuman! Gara-gara kamu, semua orang jadi nyinyir padaku! Kamu nggak ngerti rasanya, kan?," kata Salsabila dengan sedikit membentak.

Miska lalu mencondongkan tubuhnya dan bersandar pada siku dengan ekspresi malas. "Oh, jadi ini masalah image lo? Masalah lo jadi bahan gosip santri lain?."

Merasa terpancing, Salsabila pun berdiri dengan mata yang membara. "Bukan cuma itu, Miska! Ini soal tanggung jawab! Kamu tuh nggak ngerti apa-apa! Di sini, aturan itu penting! Tapi kamu malah nganggep remeh semuanya! Kamu pikir tempat ini taman bermain?."

Melihat suasana semakin memanas, Fatin dan Hana pun mulai gelisah. "Udahlah, Sal. Nggak usah diperpanjang," kata Hana mencoba menenangkan.

Tapi Salsabila tidak peduli. "Nggak, Han! Aku cuma mau dia tahu kalau kelakuan dia nyusahin orang lain!."

"Oh, gue nyusahin lo? Emangnya gue paksa lo buat dihukum? Itu keputusan ustadzah kalian, bukan gue. Salahin mereka, bukan gue," ujar Miska seraya tersenyum sinis.

"Kamu nggak akan pernah ngerti, ya?," seru Salsabila.

"Gue sih santai. Lo aja yang terlalu serius," jawab Miska seraya mengangkat bahunya.

Salsabila pun menggeleng, lalu mengambil bantalnya dan berbaring membelakangi Miska. "Aku males satu kamar sama kamu."

"Ya! Gue juga."

**

Malam di pesantren terasa begitu sunyi. Angin berembus pelan melalui jendela yang sedikit terbuka, menggerakkan tirai tipis yang menggantung di sisi ruangan, dihiasi suara jangkrik yang bersahutan di luar.

Di dalam kamar asrama, empat gadis terlelap dalam tidur mereka masing-masing. Nafas mereka teratur, menandakan kelelahan setelah seharian menjalani aktivitas yang padat.

Tapi ada satu ranjang yang tidak setenang lainnya.

Di ranjang bagian pojok, di bawah cahaya redup dari lampu koridor yang menyusup melalui celah pintu, tubuh seorang gadis tampak meringkuk di bawah selimutnya.

Sesekali, bahunya bergetar, diselingi isakan pelan yang tertahan. "Hiks hiks."

Miska menangis.

Air matanya jatuh tanpa bisa ia kendalikan, membasahi bantal yang sejak tadi ia peluk dengan erat. Ia menutup bibirnya, mencoba meredam suara agar tidak ada yang terbangun.

Ia bukan menangis karena bertengkar dengan Salsabila hari ini. Bukan karena ia merasa bersalah atau takut.

Ia menangis karena rindu.

Bayangan rumahnya terlintas di pikirannya. Sofa besar di ruang tamu tempat ia biasa bermalas-malasan, dapur yang selalu harum dengan masakan Umi Farida, suara Abi Rasyid yang selalu terdengar tegas namun penuh kasih.

“Umi…” bisiknya lirih.

Matanya semakin memanas hingga air matanya pun menderas. Dadanya terasa sesak seolah terhimpit batu yang besar.

Selama ini, ia selalu menganggap rumah sebagai tempat yang membosankan. Ia selalu ingin pergi, selalu ingin bebas. Tapi sekarang, di tempat asing ini, ia baru menyadari betapa berharganya kehangatan rumahnya.

Lalu, pikirannya melayang ke kamar tidurnya sendiri. Tempat tidur empuk dengan selimut berbulu yang selalu membuatnya nyaman. Bukan seperti kasur keras di sini.

Lalu ia teringat saat-saat ia pulang nongkrong sepulang sekolah dan langsung merebahkan diri di sofa sambil menonton drama, sementara Umi Farida datang dengan segelas jus favoritnya.

Ia terisak lagi dan kali ini lebih keras. "Hiks hiks hiks hiks...."

Tiba-tiba, terdengar suara samar dari ranjang seberang.

“Miska…?,” suara pelan itu berasal dari Fatin, yang tampaknya terbangun karena isakannya.

Miska refleks menarik selimutnya lebih tinggi dan menyembunyikan wajahnya yang basah.

“Hmm?,” gumam Miska, yang berusaha membuat suaranya terdengar normal.

“Kamu nangis?," tanya Fatin hati-hati.

“Nggak. Aku cuma… kedinginan.”

Fatin diam sebentar, lalu terdengar suara kasurnya berdecit pelan. Miska menahan napasnya, karena takut jika teman sekamarnya itu akan lebih banyak bertanya.

Tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Beberapa detik kemudian, Fatin kembali berbaring dan berkata dengan suara yang lembut, “Kalau butuh teman cerita, aku di sini, ya.”

Tapi Miska tidak menjawab. Ia hanya membenamkan wajahnya ke bantal lebih dalam dan menahan tangis yang semakin deras.

"Aku gak butuh semua itu! Aku ingin pulang! 😖😖😖😖."

Sekeras apapun Miska, dia tetap seorang perempuan yang berhati lembut.

BERSAMBUNG...

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Cieee Rehan 🤭
Aurora: Terasa kembali ke masa puber deh 😅
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
setuju,tunjukkan keahlianmu Miska 😃
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kereeeen 👍👍
Aurora: Terang aja, dia kan gaul nya ama banyak cowo 😅
total 1 replies
mbok Darmi
wah ancaman itu yg ditunggu miska jgn anggap remeh miska semakin kamu menekan dia akan semakin berani dan memberontak kamu salah pilih lawan ustadz dayat, julukan ustadz kelakuan biadab
mbok Darmi
wah ancaman itubyg ditunggu miska jgn anggap remeh miska semakin kamu menekan dia akan semakin berani dan memberontak kamu salah pilih lawan ustadz dayat, julukan ustadz kelakuan biadab
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Coba saja 🤪
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
belum tau siapa Miska 😏
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Waduh 😣
Aurora: Maafkan, hanya cerita fiksi 🙏😁
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Karena kamu biang masalah Miska 🥺
Aurora: Wkwkwkwk 😅🤭
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
keren nih Miska 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
nah loh
mbok Darmi
sekarang tugas miska cari siapa yg menghamili novi, bisa dipastikan pasti santri yg ada di pondok, bila sudah diketemukan tugas kamu cukup bilang ustadzah siti ngga perlu kamu tangani sendiri
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ternyata bukan Hana 🤭
Aurora: Hehehe...
total 1 replies
mbok Darmi
la berarti yg hamil zoya dong dia ingin lempar batu sembunyi tangan dia yg murahan knp miska yg mau di jadikan korban, cek kamar zoya pasti ada test pack dgn hasil garis 2 itu yg mau buat jebak miska tapi sayang keburu konangan sama rehan, makanya zoya jgn cari perkara sama miska yg ada senjata makan tuan
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Hana ya 🤔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Waduh gawat nih 😣
mbok Darmi
pondok pesantren bukannya mendidik untuk lebih baik dalam berucap dan bersikap ini malah menebarkan fitnah, udah dari pada saling tuduh sekarang test USG kehamilan kalian bertiga terus lanjut test keperawanan mau ngga biar ada bukti akurat siapa yg bohong dan siapa yg sdh bolong
Aurora: Wkwkwkwk... Bolong, bisa ak kakak ini 🤣🤣
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Ternyata kalian 😌
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Bagus 👍👍👍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Fitnah tuh 😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!