NovelToon NovelToon
Terjebak Di Dunia Siluman Burung Garuda Emas

Terjebak Di Dunia Siluman Burung Garuda Emas

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Romansa / Masuk ke dalam novel / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita
Popularitas:489
Nilai: 5
Nama Author: Wardha

Aurora terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya berada di dunia asing yang begitu indah, penuh dengan keajaiban dan dikelilingi oleh pria-pria tampan yang bukan manusia biasa. Saat berjalan menelusuri tempat itu, ia menemukan sehelai bulu yang begitu indah dan berkilauan.

Keinginannya untuk menemukan pemilik bulu tersebut membawanya pada seorang siluman burung tampan yang penuh misteri. Namun, pertemuan itu bukan sekadar kebetulan—bulu tersebut ternyata adalah kunci dari takdir yang akan mengubah kehidupan Aurora di dunia siluman, membuatnya terlibat dalam rahasia besar yang menghubungkan dirinya dengan dunia yang baru saja ia masuki.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelatihan Cahaya Langit

Di dalam ruang suci Istana Langit, Aurora berdiri di tengah lingkaran yang terukir dengan simbol-simbol kuno. Cahaya keemasan berpendar lembut, menyelimuti tubuhnya, tetapi belum cukup kuat untuk membentuk sayap seperti milik Raviel.

Raviel berdiri di hadapannya, matanya tajam namun penuh kesabaran.

"Aurora, kekuatan ini bukan hanya soal memiliki darah siluman garuda. Ini soal keyakinan."

Aurora mengangguk, tetapi ia tahu ini tidak mudah. Darahnya adalah campuran manusia dan cahaya langit. Ia sudah memiliki kekuatan luar biasa, tetapi mengeluarkan sayap emas berarti menyatu sepenuhnya dengan langit.

"Bagaimana aku bisa melakukannya?" tanyanya sambil mengepalkan tangannya.

Raviel melangkah mendekat, lalu menyentuh punggungnya dengan lembut. Aurora merasakan hawa hangat menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Tutup matamu," bisik Raviel. "Rasakan aliran cahaya di dalam tubuhmu. Jangan memaksanya keluar, biarkan ia menemukan jalannya sendiri."

Aurora menghela napas dalam. Ia mulai merasakan energi itu.

Denyut cahaya. Hembusan angin. Desiran kekuatan leluhur.

Namun, saat ia hampir menyentuh esensi kekuatan itu, kenangan pertarungan dengan Sang Pangeran Bayangan melintas di pikirannya.

Bayangan itu kembali menghantuinya.

Sekejap, Aurora membuka mata dan kehilangan fokus. Cahaya di sekelilingnya pudar.

Raviel menghela napas. "Kau masih ragu."

Aurora menggigit bibirnya. "Aku takut, Raviel. Aku takut kalau aku tidak cukup kuat untuk ini."

"Kau sudah cukup kuat, Aurora." Raviel meraih tangannya, menggenggamnya erat. "Tapi kau harus percaya pada dirimu sendiri."

Ia lalu mengepakkan sayap emasnya dan dalam sekejap, tubuhnya bersinar lebih terang. "Perhatikan aku."

Aurora mengangkat kepalanya, menatap betapa sempurnanya sayap itu terbentuk.

Raviel melanjutkan, "Aku akan membantumu, tapi kau harus menemukan cahaya itu sendiri."

Lalu, ia meletakkan kedua tangannya di atas bahu Aurora. "Kau sudah merasakannya, bukan?"

Aurora menutup matanya lagi. Kali ini, ia tidak melawan perasaan itu. Ia membiarkan cahaya itu mengalir.

Perlahan, ia merasakan sesuatu yang berbeda.

Keheningan. Ketenangan. Cahaya yang mengalir dalam nadinya.

Dan kemudian—cahaya emas meledak dari tubuhnya.

Raviel mundur sedikit, matanya melebar saat melihat sepasang sayap mulai muncul dari punggung Aurora.

Sayap emas itu terbentuk, awalnya samar, lalu semakin nyata.

Aurora membuka matanya, yang kini bersinar seperti bulan perak di langit malam.

Ia berhasil.

Raviel tersenyum bangga. "Itu dia!"

Aurora menggerakkan sayapnya perlahan. "Aku bisa merasakannya,"

Tapi sebelum ia bisa merayakan kemenangannya, tiba-tiba sebuah suara menggema di dalam pikirannya.

"Aurora, aku akan datang."

Aurora terkejut. Ia mengenali suara itu.

Sang Pangeran Bayangan.

"Raviel!" Ia menoleh dengan cemas. "Dia akan datang lebih cepat dari yang kita kira."

Raviel menatapnya serius. "Kalau begitu, kita tidak punya waktu lagi."

Pelatihan mereka baru saja dimulai. Tetapi peperangan baru akan segera tiba.

Aurora mengatur napasnya, sayap emasnya mengepak untuk pertama kalinya. Rasanya ringan, seolah tubuhnya tidak lagi terikat oleh gravitasi. Angin berputar di sekelilingnya, membawa hawa suci dari langit.

Namun, pikirannya masih dipenuhi suara itu. Sang Pangeran Bayangan.

"Raviel, aku bisa merasakan kehadirannya." Suaranya tegang. "Dia semakin dekat,"

Raviel mengangguk, "Kita harus mempercepat pelatihan ini."

Ia melayang ke udara, sayap emasnya bersinar di bawah sinar matahari. "Ikuti aku,"

Aurora mengepakkan sayapnya dan melompat, tubuhnya melayang di udara.

"Terbang bukan sekadar menggerakkan sayap," Raviel menjelaskan sambil melesat ke depan. "Ini tentang menyatu dengan angin, merasakan alirannya, dan membiarkan kekuatanmu mengangkatmu."

Aurora mencoba mengikuti, tetapi tubuhnya masih sedikit goyah.

"Fokus," bisik Raviel. "Jangan melawan angin. Dengarkan dia."

Aurora memejamkan mata, merasakan arus udara di sekelilingnya. Perlahan, ia mulai menyesuaikan diri, dan kini ia terbang lebih stabil, lebih cepat.

"Bagus," Raviel tersenyum. "Sekarang, kita ke tahap berikutnya."

Mereka mendarat di atas puncak salah satu pilar batu raksasa di Kerajaan Langit. Di depan mereka, buku emas para leluhur terbuka, memancarkan cahaya hangat.

Raviel mengulurkan tangan, dan dari dalam buku itu, tulisan kuno mulai melayang di udara, berubah menjadi simbol bercahaya yang mengitari mereka.

"Ini adalah teknik pertahanan para Garuda Emas."

Ia menjentikkan jarinya, dan tiba-tiba sejumlah bulu emas muncul di sekelilingnya, membentuk perisai mengambang.

"Perisai Bulu Cahaya. Ini yang akan melindungimu dari serangan kegelapan."

Aurora mengangkat tangannya, mencoba merasakan energi yang mengalir dari dalam dirinya. Cahaya mulai terkumpul di ujung jari-jarinya, berubah menjadi bulu emas yang berputar di sekelilingnya.

Namun, tiba-tiba ... sesuatu mengganggu konsentrasinya.

Bayangan muncul di langit.

Aura gelap menjalar di cakrawala, perlahan menelan cahaya matahari. Aurora dan Raviel menoleh ke arah itu.

"Tidak! Ini terlalu cepat," desis Raviel.

Aurora menggertakkan giginya. Ia bisa merasakan energi familiar di dalam bayangan itu.

Sang Pangeran Bayangan telah datang.

Dari dalam pusaran kegelapan, sesosok siluet muncul. Matanya bersinar merah. Sayapnya—hitam pekat dengan ujung berkilauan seperti obsidian.

Dan dengan suara yang menggema di seluruh langit, ia berbicara. "Waktumu sudah habis, Raviel. Aurora."

"Bersiaplah ... karena pertempuran sejati dimulai sekarang."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!