NovelToon NovelToon
My Secret Husband

My Secret Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Aliansi Pernikahan
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Kelanjutan dari Kurebut Suami Kakak Tiriku, kisah ini mengikuti Rei Alexander, anak angkat Adara dan Zayn, yang ternyata adalah keturunan bangsawan. Saat berusia 17 tahun, ia harus menikah dengan Hana Evangeline, gadis cantik dan ceria yang sudah ditentukan sejak kecil.

Di sekolah, mereka bertingkah seperti orang asing, tetapi di rumah, mereka harus hidup sebagai suami istri muda. Rei yang dingin dan Hana yang cerewet terus berselisih, hingga rahasia keluarga dan masa lalu mulai mengancam pernikahan mereka.

Bisakah mereka bertahan dalam pernikahan yang dimulai tanpa cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. FESTIVAL SEKOLAH

"Hana menyalami Adara dan Zayn dengan sopan, diikuti oleh Rei. 'Kami berangkat dulu ya, Pa, Ma,' ucapnya sebelum melangkah pergi.

'Dahh, Kakak cantik!' seru Xavira riang, melambaikan tangan kecilnya ke arah Hana dan Rei.

Rei mengernyit, menunjuk dirinya sendiri. 'Untuk Kakak?' tanyanya heran.

Xavira tertawa gemas. 'Dada Abang Xavira paling tampan!' serunya ceria, membuat semua orang tersenyum."

Rei dan Hana tersenyum. "Dada, nanti kita main ya," ujar Hana, membuat Xavira mengangguk semangat, sementara kembarannya, Xavier, hanya menatap tanpa ekspresi.

Rei mendekati Xavier, mengelus rambutnya dengan lembut, sementara Hana tersenyum canggung. Sejak pertama kali memasuki rumah keluarga Rei, satu hal yang paling menarik perhatiannya adalah Xavier—dinginnya hampir sama dengan Rei, hanya sedikit lebih halus.

"Mereka benar-benar mirip," batinnya.

"Dada, Xavier." Hana mencoba tersenyum ramah sambil melambai ke arah Xavier, berharap mendapat respons lebih dari pemuda itu. Xavier hanya melirik sekilas sebelum mengangguk pelan dan memberikan senyum tipis yang hampir tak terlihat.

Hana sempat terdiam sejenak, tetapi tak ingin ambil hati. Ia sudah cukup memahami bahwa Xavier memang bukan tipe orang yang banyak berbicara atau menunjukkan ekspresi berlebihan.

"Ingat, jaga Hana baik-baik, Rei," ujar Adara lembut, mengingatkan putranya dengan penuh kasih sayang.

Rei hanya mengangguk tanpa banyak kata, menerima pesan ibunya dengan serius. Sementara itu, Hana tersenyum haru, merasa semakin diterima dan disayangi oleh keluarga suaminya. Perhatian yang mereka berikan selalu membuat hatinya hangat.

Setelah berpamitan, Hana dan Rei pun memasuki mobil dan berangkat menuju sekolah. Di sepanjang perjalanan, tidak ada percakapan yang berarti dari Rei. Suasana terasa cukup hening, tapi Hana tahu, diamnya Rei bukan karena enggan berbicara—itu lebih karena sifatnya yang memang tak banyak bicara.

Seperti biasa, akhirnya Hana yang lebih dulu membuka obrolan. "Xavier memang selalu seperti itu ya? Dia cukup dingin," ujarnya, mengingat kembali bagaimana sikap Xavier sejak pertama kali mereka bertemu.

Hana menoleh sekilas ke arah Rei, berharap mendapat jawaban yang bisa sedikit menjelaskan karakter Xavier lebih jauh.

Rei tetap fokus mengemudi, hanya mengangguk kecil sambil berdehem pelan.

"Kalian hampir sama," kata Hana tiba-tiba, tanpa ragu.

Rei meliriknya sekilas sebelum kembali menatap jalan. "Sama apanya?" tanyanya dengan nada datar, seolah benar-benar tidak mengerti maksud Hana.

Hana mendengus pelan, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi dengan ekspresi malas. "Lupakan. Kau selalu berpura-pura tidak tahu," ujarnya acuh, tak ingin memperpanjang pembicaraan.

Suasana di dalam mobil kembali sunyi, hanya diiringi suara kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan pagi yang mulai ramai. Hana mengalihkan pandangannya keluar jendela, menikmati pemandangan kota yang perlahan hidup dengan aktivitas pagi. Sambil bersiul pelan, ia tampak santai meskipun pikirannya masih melayang pada sikap dingin Rei yang selalu membuatnya heran.

Rei akhirnya memecah keheningan. "Kau sudah siap untuk berkemah besok?" tanyanya santai, suaranya tetap tenang seperti biasa.

Hana menoleh cepat dengan ekspresi terkejut. "Oh iya! Aku hampir lupa!" serunya, lalu terdiam sejenak sebelum mengernyit. "Emmm... aku harus tidur dengan siapa ya?" gumamnya sambil memainkan jarinya, tampak bingung dengan pengaturan tenda nanti.

Rei meliriknya sekilas. "Bukankah kau sudah memiliki teman?" balasnya tanpa basa-basi.

Hana terdiam, kemudian mengingat kembali teman-temannya—Amina, Darren, dan Lena. Mereka selalu bersamanya sejak ia mulai beradaptasi di sekolah ini.

"Benar juga, hehe," sahutnya dengan cengiran kecil, merasa agak ceroboh karena sempat melupakan hal itu.

"Kau bersama siapa?" tanyanya balik, ingin tahu lebih lanjut.

"Dengan Aurora, Nathan, Elio, dan Selena. Mereka selalu menjadi rekanku," jawab Rei santai, seolah itu bukan hal besar.

Hana menaikkan alisnya, merasa heran dengan betapa dekatnya mereka. "Kalian akrab sekali," gumamnya, lalu hendak melanjutkan pembicaraan. "Hmm... ngomong-ngomong—"

Namun, sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, mobil tiba-tiba berhenti. Hana mengernyit heran, menyadari bahwa mereka belum sampai di sekolah sepenuhnya.

"Kita sudah hampir sampai. Turun dan jalanlah," ujar Rei, seperti yang biasa ia lakukan setiap pagi.

Hana mendengus kesal. Sudah jadi kebiasaan mereka untuk berpisah sebelum mencapai sekolah, agar tidak ada yang mencurigai hubungan mereka. Ia tahu ini perlu dilakukan, tetapi tetap saja, rasanya sedikit merepotkan.

"Dasar menyebalkan," gerutunya pelan sebelum membuka pintu dan turun dengan enggan. Meski begitu, ia tetap mematuhi aturan tak tertulis itu.

Tanpa menoleh ke belakang, Hana mulai berjalan menuju sekolah, membaur dengan siswa lain yang baru tiba.

Di Ruang Kelas

Kelas pagi itu lebih ramai dari biasanya. Para siswa sibuk membahas festival sekolah yang akan segera diadakan, menebak-nebak kegiatan apa saja yang akan mereka jalani.

"Kira-kira kegiatannya bakal seseru tahun lalu gak, ya?" tanya seorang siswa dengan penuh antusias.

"Aku berharap begitu! Apalagi bagian ronde malam, suasananya selalu seru di sekitar sekolah," sahut yang lain dengan nada bersemangat.

Hana hanya mendengarkan dari tempat duduknya, mencoba memahami kegembiraan teman-temannya. Karena ia masih anak baru, ia belum terlalu paham dengan tradisi festival sekolah. Tapi melihat antusiasme mereka, ia jadi semakin penasaran.

Tiba-tiba, namanya dipanggil dengan suara lantang. "Hana!"

"Ah!" Hana tersentak kaget ketika Amina dan Lena tiba-tiba menghampirinya.

"Besok kita satu tenda ya," ujar Amina, sementara Lena mengangguk setuju.

Hana tersenyum lega dan ikut mengangguk. "Baiklah," jawabnya, senang karena sudah ada kepastian tentang pengaturan tenda.

"Tapi untuk ronde malam, kau akan bersama siapa? Biasanya itu hanya diperbolehkan dua orang," tanya Darren yang tiba-tiba ikut dalam percakapan.

"Begitu ya?" Hana mengernyit, baru mengetahui aturan tersebut. Wajar saja, mengingat ini adalah pengalaman pertamanya mengikuti festival sekolah di sini.

"Sama Darren saja. Amina dan aku akan pergi bersama," ujar Lena sambil tersenyum. "Tapi kita jangan berjauhan, tetap dalam jangkauan satu sama lain," tambahnya.

Hana menoleh ke arah Darren yang tampak diam sejenak.

"Kau kan selalu sendiri setiap tahun," Lena menambahkan dengan nada menggoda.

Darren mendengus kesal dan membuang muka, sementara yang lain tertawa kecil.

1
Na Noona
lanjut dong, dri kemarin ga up up
Ayu Sipayung: Sedang proses kk, sabar ya.....

jangan lupa baca karya terbaru author sembari menunggu up selanjutnya ya...
total 1 replies
Na Noona
belum up tor
na Nina
lanjut
na Nina
lanjut tor
Na Noona
up tor
Na Noona
up tor, aku sukaaa ceritanya
Chachap
kurang panjang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!