Dor,,, dor
"Dasar wanita bodoh" ucap Alex.
"K-kenapa?"ucap Saviera terbata-bata.
"Sayang, apakah masih lama? aku sudah tidak sabar untuk menikmati harta kekayannya ini loh" ucap Alexsa.
Saviera dan Lexsa merupakan sahabat, akan tetapi Alexsa tidak pernah senang dengan apa yang Saviera dapatkan.
"K-kau menusuk ku Lex-sa" ucap Saviera terbata-bata.
"Kau itu adalah perempuan bodoh yang pernah aku temui,, hahahah" tawa Alexsa menggema di ruangan itu.
Dor,,,
Tembakan terakhir, berhasil membuat Saviera kehilangan nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suci Aulia fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengen Punya Mantu
Seketika William menatap Novi dengan tatapan tajamnya, ia tidak suka ada orang yang datang ke rumahnya dan mengaku-ngaku sebagai teman ataupun kekasihnya.
"Keluar!" tegas William.
"William kamu kok ngusir aku sih? kan aku ingin bertemu dengan kamu" ucap Novi.
"Permisi tuan muda, ada yang bisa kami bantu?" ucap satpam yang baru saja menghadap.
"Usir dia dan jangan pernahkan izinkan orang asing masuk kedalam rumah ini" ucap William.
"Baik tuan,, mari nona" ucap satpam tidak ingin terkena masalah.
"William kamu gak bisa kek gini dong, aku ini tamu dan tamu itu harus di hormati" tegas Novi tidak mau gagal untuk kedua kalinya.
"Bawa!" ucap William kepada satpam membuat satpam itu dengan terpaksa menyeret Novi keluar dari mansion itu.
"William" ucap mamanya yang sedari tadi diam dengan tindakan putranya.
"Ia ma" ucap William patuh kepada orang tuanya.
"Berapa usiamu?" tanya sang mama.
"Baru saja 32 tahun ma" ucap William yang sudah duduk di samping mamanya.
"Menjauh lah dari istriku" ucap papa William yang tingkat kecemburuannya sangat di luar batas.
"Apasih pa? Istri papa itu mamaku" ucap William tidak suka di suruh menjauh dari sang mama.
"Is,,, pa udah deh,,, diam!" bentak sang istri menegur sikap kekanak-kanakan suaminya itu.
"Humm,,, ya deh" ucap papa William sedih karna di bentak istrinya.
"Hufff,,, kamu sudah 32 tahun, tapi tidak ada perempuan yang ingin kamu kenalkan kepada kami?" ucap mama William.
"Ma,,, mama pasti tau apa kekuranganku bukan? Aku tidak bisa bersentuhan dengan perempuan,, hal itu membuat ku terus begini ma,,," ucap William kembali mengingatkan orang tuanya kalau dia memiliki kekurangan.
"Hufff,,, apa tidak ada seorang perempuan yang dapat bersentuhan denganmu tanpa menyebabkan tubuhmu bereaksi?" tanya mama William.
"Ada nyonya" jawaban itu bukan berasal dari William melainkan dari Angga yang sedari tadi masih berada di mansion.
"Angga,,, sepertinya tugas yang ku berikan akhir-akhir ini terlalu ringan rupanya" ucap William kesal karna Angga membocorkan hal penting yang masih di selidiki William.
"Kamu apa-apaan sih William, kamu gak mau mama dan papa tau ya?" ucap mama William kesal dengan anaknya yang mau rahasia-rahasian.
"Hufff,,, bukan begitu ma, tapi ini masih ku selidiki,,, jadi tunggu saja informasinya keluar dari mulut anakmu ini" ucap William.
Angga sendiri tidak mampu memberikan informasi tentang kejadian tadi siang kepada orang tua atasannya itu. Ia takut kalau nanti ia kalau tugas kantor harus ia urus sendiri.
"Hmm,,, tuan muda, nyonya dan tuan besar saya pamit undur diri dulu" ucap Angga langsung kabur takut kalau William bertindak.
"Liat itu,,, kamu membuat Angga ketakutan" ucap mama William.
"Sudah ma,,, biarkan saja dia ma" ucap William santai.
"Sayang ayok kita ke kamar" ucap papa mengajak mama William untuk masuk ke kamar.
"Ngapain sih pa? Lagian di sini kan kita bisa ngobrol" ucap William kesal karna papanya selalu saja tidak mengizinkan dirinya untuk mendekati mamanya.
"Mau bikin adek buat kamu, karna kamu tidak kunjung memberikan kami mantu" ucap papa William langsung menarik tangan istrinya untuk memasuki kamar mereka yang terletak di lantai satu.
William mendengar penuturan papanya terkejut, pasalnya ia sendiri sudah berumur 32 tahun masa tiba-tiba punya adek. Nanti adeknya manggilnya om karna jarak usia mereka sangat jauh.
"Papa gak usah bikin adek, biar aku kasih cucu saja" ucap William membuat papanya menunda untuk memasuki kamarnya.
"Buktikan, kalau tidak juga kamu membawa mantu biarkan di mansion ini lahir seorang bayi mungil" ucap papa William memanasi anaknya itu.
Sedangkan di dalam kamar, istrinya sudah tersenyum karna suaminya membuat anaknya buat bisa segera membawa pulang calon mantu di rumah ini.
"Kenapa mama senyum?" tanya papa William.
"Tidak apa-apa pa,,, hmmm,,, bagaimana kalau anak kita tidak bisa membawa calon mantu untuk kita pa?" tanya mama William kepada sang suami.
"Kita harus selalu berdoa ma, agar ada gadis yang bisa bersentuhan dengan anak kita dan tidak membuat alerginya kumat" ucap papa William.
"Ia pa" ucap mama William.
Di usia William saat ia masih saja sendiri, sedangkan kedua orang tuanya juga sudah tua. Kedua orang William hawatir jika mereka pergi William tidak ada yang perhatiin atau urus. Apa lagi William anak tunggal tidak memiliki siapa-siapa selain kedua orang tuanya.
...****************...
Pagi yang indah, Saviera dan ketiga teman-teman memilih untuk melakukan olahraga sebelum mereka bersiap-siap untuk ke kampus. Saviera dan teman-temannya berlari mengelilingi mansion Gunawan, karna tubuh Saviera belum sepenuhnya kuat jadi membuatnya tidak bisa berlari terlalu lama.
Selah berolahraga Saviera dan ketiga temannya langsung kembali ke kamar untuk bersiap-siap karna mereka ada kuliah hari ini.
Gunawan sendiri sudah siap dengan stelan kantornya dan saat ini sedang menunggu keempat putrinya turun.
"Pagi pa" ucap Monica yang lebih dahulu turun dari lantai dua.
"Pagi,,, mana yang lain?" tanya Gunawan tidak melihat putrinya yang lain.
"Lagi siap-siap mungkin pa,,,," ucap Monica.
"Hmm" ucap Gunawan.
Lima menit kemudian
Ketiga putri yang di tunggu Gunawan pun muncul dengan pakaian yang menurut Gunawan seperti ingin ngelayat.
"Tidak adakah warna lain?" tanya Gunawan kepada ketiga putrinya yang kompak menggunakan baju dengan warna hitam.
"Ada pa,,, tapi lagi pengen warna ini aja" ucap Saviera di angguki oleh Jenifer dan Rosa.
"Ya sudah, ayok makan" ucap Gunawan.
Saviera baru sadar kalau pakaian yang di gunakan papanya adalah pakaian kantor. Sepertinya ia akan sulit untuk membuat sang papa untuk tinggal di rumah.
"Papa mau pergi ke kantor?" tanya Saviera.
"Ia,,, papa tidak bisa kalau tidak ada kerjaan" ucap Gunawan yang sudah terbiasa bekerja.
Setelah kematian Emely Gunawan memilih menyibukkan diri untuk bekerja sampai-sampai ia melupakan kalau ada Saviera yang harus ia urus.
"Papa,,,tidak bisakah untuk di rumah saja? Biar urusan kantor aku dan orang kepercayaan ku yang urus" ucap Saviera.
"Kamu bisa membuat papa di rumah saja, dengan cara kamu memenuhi syarat papa yang kemaren" ucap Gunawan.
"Hufff,,, ya sudah aku akan pikirkan lagi soal syarat papa" ucap Saviera.
Monica, Jenifer dan Rosa tidak ingin ikut campur terkait urusan anak dan papa kandung itu, meskipun mereka anak angkat tetap saja harus ada batasan-batasan untuk bersikap di keluarga ini.
Setelah berdebat akhirnya mereka memulai sarapan pagi ini dengan suasana yang hening padahal baru saja anak dan papa itu berdebat terkait masalah sepele sebenarnya.