Warning
_________
untuk pembacaku, editor, penerbit yang terhormat mari kita akan membaca warning ini jangan enggak.
-Blood ****
-Vibes jumpscare
-Dapat menyebabkan trauma
-Tutup mata
-Jangan baca sendirian bareng temen.
jika kamu mengalami/kena Homophobia atau bisa disebut ketakutan terbesar terhadap darah, abisitu anda demam, Trauma tinggi, dan serangan jantung, silahkan menghubungi psikiater, psikologi, atau dokter.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raisa__Angela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Nabi dan para sahabat nabi
Pada saat itu mereka mulai menyadari akan hal terjadi dan mereka akan tahu
Bab 35 - Jejak Cahaya di Kegelapan
Lorong panjang itu terasa semakin sempit seiring langkah Rafi yang penuh kehati-hatian. Tangan kanannya menggenggam senter kecil, menerangi ukiran-ukiran kuno yang terpahat di dinding batu. Bangunan tua ini telah lama ditinggalkan, namun jejak masa lalu tetap melekat di setiap sudutnya.
Di tengah ruangan tersembunyi yang akhirnya mereka temukan, terdapat sebuah meja batu besar. Di atasnya, sebuah manuskrip tebal berdebu tertinggal, seolah menunggu seseorang untuk membacanya kembali.
Rafi menarik napas dalam sebelum membuka halaman pertama. Tulisan Arab kuno tersusun rapi, seperti ditulis oleh tangan penuh kebijaksanaan.
> "Di zaman kami, cahaya dan kegelapan selalu bertarung. Ada yang memilih jalan kebenaran, ada pula yang tersesat dalam tipu daya setan. Namun, ketahuilah, kebatilan akan selalu kalah pada akhirnya."
Rafi merasakan hawa dingin menjalar di tubuhnya. "Ini bukan sekadar catatan sejarah… ini pesan dari masa lalu."
Ia terus membaca, menyusuri kisah tentang bagaimana Rasulullah ﷺ dan para sahabat menghadapi orang-orang yang menyesatkan umat. Mereka tidak selalu tampil sebagai musuh yang nyata, tetapi ada di tengah masyarakat, menyusup dengan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan wahyu.
Di zaman Rasulullah ﷺ, ada orang-orang yang mengaku memiliki kekuatan gaib dan mampu meramalkan masa depan. Mereka membisikkan kebohongan kepada masyarakat, meyakinkan mereka bahwa hanya dengan bantuan jin mereka bisa mendapatkan keberuntungan atau menyelesaikan masalah mereka.
Salah seorang yang terkenal adalah seorang dukun di Mekah yang selalu meramalkan nasib penguasa. Banyak orang datang kepadanya untuk meminta petunjuk, mempercayai setiap kata yang keluar dari mulutnya.
Namun, Rasulullah ﷺ dengan tegas memperingatkan:
> "Barang siapa yang mendatangi dukun dan mempercayai ucapannya, maka ia telah mengingkari wahyu yang diturunkan kepadaku."
Rafi meremas ujung halaman manuskrip itu. "Sama seperti sekarang… masih banyak orang percaya pada dukun dan paranormal."
Di bagian lain, manuskrip itu menceritakan tentang para penyair yang menggunakan kata-kata mereka untuk menyesatkan umat. Syair-syair mereka terdengar indah, tetapi di baliknya terselip ajakan untuk menjauh dari kebenaran.
Salah satu penyair di masa itu bahkan sering mengejek Rasulullah ﷺ dan wahyu yang dibawa beliau. Ia mengarang cerita-cerita yang menyesatkan, membuat orang-orang meragukan kebenaran Islam.
Namun, ada pula penyair yang akhirnya sadar dan masuk Islam, seperti Ka’ab bin Zuhair. Awalnya, ia menentang Rasulullah ﷺ, tetapi setelah memahami kebenaran, ia datang dan mengucapkan syahadat di hadapan beliau.
Rafi menghela napas. "Orang-orang seperti ini masih ada di zaman kita. Mereka menutupi kebatilan dengan kata-kata manis, membuat yang benar tampak salah, dan yang salah tampak benar."
Halaman berikutnya membuat Rafi merinding. Kisah ini menceritakan tentang sekelompok orang yang menyembah setan secara sembunyi-sembunyi. Mereka melakukan ritual gelap, memberikan sesajen, bahkan mengorbankan manusia untuk mendapatkan kekuatan supernatural.
Mereka percaya bahwa dengan menukar sesuatu yang berharga, mereka bisa mendapatkan kekuatan yang mereka inginkan.
Namun, Rasulullah ﷺ bersabda:
> "Barang siapa yang menggantungkan hidupnya kepada selain Allah, maka ia telah tersesat."
Rafi mengepalkan tangannya. "Ini bukan cuma masa lalu. Sampai sekarang pun, masih ada yang melakukan ritual seperti itu."
Suara dari Surga
Saat Rafi terus membaca, tiba-tiba ruangan itu dipenuhi oleh cahaya lembut. Ada kehangatan yang aneh, seolah-olah seseorang sedang mengawasi mereka dari kejauhan.
Di tempat yang berbeda, di alam yang tak terlihat oleh manusia, Umm Hakim, Ziyad, Salma, Ilyas, dan Kamil menyaksikan Rafi dari kejauhan. Mereka yang telah meninggal kini berada di surga, menyadari bahwa apa yang sedang dihadapi Rafi adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar.
Salma tersenyum lembut. "Dia akhirnya menemukan jejak kebenaran."
Kamil mengangguk. "Perjalanannya masih panjang, tapi dia harus kuat."
Umm Hakim, yang selalu menjadi sosok bijak di antara mereka, menatap ke bawah dengan penuh harapan. "Semoga dia tidak ragu lagi untuk mengambil keputusan yang benar."
Di dunia nyata, Rafi merasakan sesuatu yang aneh. Ada perasaan bahwa ia tidak sendirian—bahwa mereka yang telah pergi masih bersamanya, meski di alam yang berbeda.
"Apa kalian merasakan sesuatu?" tanyanya pelan.
Salma mengangguk. "Seperti ada yang sedang mengawasi… tapi dengan niat baik."
Ziyad menarik napas panjang. "Mungkin mereka yang telah pergi masih bersama kita... dari kejauhan."
Manuskrip itu bukan sekadar cerita. Itu adalah peringatan dari masa lalu bahwa pertarungan antara kebenaran dan kebatilan tidak pernah berakhir.
Rafi menutup buku itu dan menatap teman-temannya. "Sejarah terus berulang. Dulu mereka menghadapi ini, dan sekarang giliran kita."
"Jadi, apa yang akan kita lakukan?" tanya Salma.
Rafi mengepalkan tangannya. "Kita harus memastikan kegelapan ini tidak menang."