NovelToon NovelToon
Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

Fatharani Hasya Athalia, atau biasa disapa Hasya oleh teman-temannya itu harus terjebak dengan seorang pria di sebuah lift Mall yang tiba-tiba mati.
Hasya yang terlalu panik, mencari perlindungan dan dengan beraninya dia memeluk pria tersebut.

Namun, tanpa diketahuinya, ternyata pria tersebut adalah seorang CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Hasya sendiri bekerja subagai Office Girl di perusahaan tersebut.

Pada suatu hari, Hasya tidak sengaja melihat nenek tua yang dijambret oleh pemotor saat dirinya akan pergi bekerja. Karena dari perangai dan sifatnya itu, nenek tua tersebut menyukai Hasya sampai meminta Hasya untuk selalu datang ke rumahnya saat weekend tiba.

Dari sanalah, nenek tua tersebut ingin menjodohkan cucu laki-lakinya dengan Hasya.

Akankah Hasya menerima pinangan itu? Sedangkan, cucu dari nenek tua tersebut sedang menjalin kasih bahkan sebentar lagi mereka akan bertunangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

"Terimakasih..." ucap Bara saat Hasya menaruh kopi di mejanya.

"Sama-sama, Tuan. Saya permisi dulu."

"Ya. Setelah istirahat nanti, kamu bersihkan ruangan ini."

"Baik, Tuan."

Hasya pun kembali ke pantry, dia tidak ingin berlama-lama di ruangan itu dalam kecanggungan.

"Kamu jadi OG kesayangan Tuan Bara, ya?" tanya Linda, OG yang berada di sana.

"Gak juga." jawab Hasya.

"Benar, loh. Kami yang udah lama di sini, tidak pernah ada yang dipanggil ke ruangannya, bahkan untuk membuat kopi saja Tuan Bara selalu membuatnya sendiri. Dan saat itu, saatnya kita cuci mata." Ujar Linda.

Hasya terbelalak,"cuci mata, maksudnya?"

"Ya, siapa sih, yang gak terpesona sama ketampanannya. Udah begitu Tuan Bara sangat sulit untuk di sentuh. Pacarnya aja gak pernah kena sentuh sama sekali."

"Iya, loh. Gue suka sama cowok kek gitu, udah pasti dia sangat meratukan istrinya nanti." Sahut Anya.

"Kalian, kok, kayak ngelantur." celetuk Hasya.

"Heh!"

"Nih, anak receh juga. Semoga Lo betah, ya, di sini. Tapi, Lo harus hati-hati sama kedua orang itu." Linda berbisik, dia menunjuk dua orang yang berada tidak jauh dari mereka bertiga duduk menggunakan dagunya.

"Kenapa?" tanya Hasya.

"Dia udah kek nenek moyang di sini." bisik Anya.

"Hah?"

"Sok berkuasa." Linda berbisik lebih pelan.

"Oh," Hasya mengangguk paham.

"Gue kayak kenal sama katering yang lo makan."

"Ini, ayo makan bareng." Hasya membuka tutup boks makanannya.

"Iya, ini kayak pesanan Tuan Bara kalau di sini lagi ada acara. Dan ini sudah khas lagi." sahut Anya.

"Iya, juga." timpal Linda.

"Emang iya, tadi saya di kasih ini sama Tuan Bara." jawab Hasya polos.

"Hah... Kamu yang benar?" Anya terlalu heboh. Dan kehebohan Annya membuat Lia dan Dara menoleh kearah mereka.

Glek!

Uhuk!

Hasya terbatuk saat dia salah menelan ludahnya karena tatapan tajam dari dua orang itu.

"Lo pelan-pelan, sih, makannya."

"Gara-gara tatapan mereka, uhuk!" Hasya kembali terbatuk.

"Dia gak akan berani kalau lagi kumpul begini."

"Oh," Hasya mengangguk paham.

"Hati-hati aja, Lo jangan sendirian, biasanya, dia selalu menghadang orang baru seperti Lo."

"Memangnya gak dihukum?"

Anya terbelalak mendengar pertanyaan Hasya. "Lo polos baget, sih? Jangan sampai, dia memanfaatkan kepolosan, Lo." Linda terlihat begitu khawatir kepada Hasya.

"Saya begini adanya."

"Tapi, Lo, harus bisa menjaga diri dari orang kek gitu. Dia main cantik." ucap Linda.

"Dan, dia juga tahu di mana letak CCTV. Jadi, kalau melabrak orang baru sering di tempat yang tidak terpantau CCTV."

"Kok serem banget, sih?" Hasya mulai ketakutan.

"Tenang aja, Lo jangan jauh-jauh dari kita." Anya menenangkan.

Lia dan Dara memang sudah terkenal begitu, keduanya adalah orang yang paling lama kerja di sana dan umurnya juga sudah umur dua puluh enam tahun lebih. Jadi dia lebih tua dari yang lainnya.

"Hasya, dipanggil Tuan Bara." ucap salah sekretarisnya Bara.

"Yang benar, Kak?" tanya Hasya. Hasya langsung menutup kotak makannya, lalu ia menaruh kembali ke paper bagnya.

"Sudah ditunggu di ruangannya." ucap Livia, sang sekretaris.

"Baik, Kak." jawab Hasya.

"Saya duluan, ya."

"Makan kamu sudah habis?" tanya Linda.

"Belum. Nanti lagi." keduanya terbelalak. "Nanti lagi?" mereka merasa heran.

***

"Permisi, Tuan. Apakah Anda memanggil saya?" Hasya sedikit menunduk.

Bara mendongak, dia menatap Hasya. Kemudian tangannya terulur tanpa sepengetahuan Hasya.

"Nasi!" ucapnya. Bara mengambil satu butir nasi yang berada di bibir Hasya.

"Eh..." Hasya terlonjak kaget.

"Maaf." ucap Bara. "Apa kamu sudah selesai makan siangnya?" tanya Bara.

"Su-sudah, Tuan." jawab Hasya gugup.

"Untuk besok-besok, istirahat siangnya di ruangan saya saja. Jangan ke mana-mana." Ucap Bara.

Hasya menghembuskan napasnya pelan. Maksudnya apa, coba? Dia harus istirahat di ruangannya.

"Tapi, Tuan."

"Kamu harus terbiasa. Saya tidak menerima penolakan."

Hasya membuang napasnya kasar, kenapa jadi rumit begini? Hidupnya terasa berubah sejak hari ini.

"Baik, Tuan." dari pada dia dipecat secara tidak terhormat, lebih baik dia menyanggupi keinginan Bara.

"Oke!" sekarang mulai kerja lagi, bersihkan semua ruangan ini jangan ada yang masih kotor." ucap Bara.

"Baik, Tuan." Hasya langsung membersihkan ruangan Bara yang lumayan luas itu. Dia begitu telaten membereskan semua barang yang ada di sana. Setiap lemari dan rak buku Hasya bersihkan. Ruangan itu sangat berdebu seperti tidak pernah dibersihkan.

"Hachu!

"Hachu!"

"Hachu!"

Saking terlalu banyaknya debu, Hasya sampai bersin berkali-kali.

"Pakai ini!" Bara memberikan sebuah masker kepada Hasya.

"Kurang dari tadi, Tuan. Ini sudah mau selesai!" Hasya mengerucutkan bibirnya tanpa sadar.

"Maaf." lagi-lagi Bara meminta maaf.

Hasya mengerutkan dahinya, "Emm... Gak usah minta maaf, Tuan. Terimakasih maskernya, masih ada satu lemari lagi." Hasya mengambil masker itu.

Bara keluar ruangan, gak tahu ke mana. Sedangkan Hasya fokus membereskan lemari-lemari yang ada di ruangan itu. Tidak lama Bara kembali dengan satu gelas jus.

"Minum dulu!" Bara memberikan jus itu kepada Hasya.

Hasya menoleh, lalu ia menautkan alisnya, bingung.

"Minum dulu!" Bara kembali meminta Hasya untuk minum jus yang dia buat. Ya, Bara keluar ruangan untuk ke pantry dan di sana dia membuatkan jus untuk Hasya.

"Eh... Benar, Tuan?" Hasya meringis. Bara mengangguk. "Tapi, Tuan gak ngasih obat, kan, di jusnya?" Bara terbelalak.

"Saya bukan ingin meracvn kamu!"

"Hehe... Ya sudah, saya ambil, haus banget!" Hasya langsung mengambil jus itu dari tangan Bara. Kemudian ia duduk di lantai dan meminum jus itu sampai tandas.

"Hah?" Bara tidak menyangka, Hasya menghabiskannya langsung.

"Alhamdulillah... Terimakasih banyak, Tuan." Hasya nyengir, melihatkan deretan giginya yang putih dan rapi. Namun, ia segera meneguk ludahnya kasar saat jari Bara sudah nempel di bibirnya.

"Kamu sudah terbiasa makan belepotan, ya?" tanya Bara. Hasya tidak menjawab, dia memalingkan wajahnya. Suasana mendadak canggung. "Ah, maaf. Silahkan kembali bekerja." Bara mengambil gelas kosong dati tangan Hasya, kemudian dia berbalik dan kembali duduk di kursinya.

Karena banyaknya pekerjaan yang Hasya lakukan, dia sampai lupa kalau dia melewati jam pulang kerja begitu pun dengan Bara, dia merasa semangatnya berlebihan hari ini.

"Permisi, Tuan. Anda lembur?" tiba-tiba Arsen, sang asisten muncul dari balik pintu.

"Pulang?" tanya Bara. Sedangkan Hasya masih asyik menata buku-buku dan dokumen di lemari yang sudah bersih.

"Rupanya, bos gue sudah lupa pulang, jangan sampai kayak Bang Toyib, Lo! Tumben banget!" Arsen tidak berbicara formal lagi, dia berbicara di luar jam kerja. Arsen sendiri adalah teman sekaligus sepupunya sendiri.

Bara melihat jam yang melingkar di tangannya. Dia terbelalak saat melihat jarum jam yang sudah menunjukan pukul tujuh belas lewat sepuluh.

"Hasya!" Bara memanggil Hasya yang memang membelakanginya.

Mendengar Bara memanggil seseorang, Arsen mendongak, melihat ke depan. Matanya langsung bersinar saat melihat Hasya yang sudah berdiri menghadap keduanya.

"Bidadari turun dari mana, Bar?" matanya tidak berkedip menatap Hasya.

Bugh!

Bersambung

1
Yurniati
terus semangat update nya thorr
Yurniati
double update thorr
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
kamu akan menyesal Haris,apa yang kamu lakukan terhadap Harsya,,,,,
tetap semangat terus thorr
Jar Waty
lanjut thor
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
kasian Arsya nya udah menderita di culik lagi,siapa ya yang nyulik,,,,,,
tetap semangat terus thorr
Ijah Khadijah: Siap, Kak. Terimakasih
total 1 replies
lontongletoi
luka kaki Hasya ga di obatin dulu thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!