Dimas Seorang pekerja supir truk yang gak sengaja menabrak pekerja kantoran, tapi anehnya pandanganya gelap dan dia muncul didunia lain.
Sistem dewa naga terkuat menemani perjalananya menuju puncak kekuatan, dengan berbagai misinya Dimas mendapatkan berbagai harta yang sangat kuat.
Bagaimana perjalanan Dimas, Ikuti kisah keseruanya.
Gas... gua bakal up tiap hari sesuai mood, mungkin 2 chapter sampai 5 chapter perhari, kalau lagi mood bisa lebih.
Maaf jika ada kesalahan pada cerita, karena author hanya manusia, bukan nabi Boy.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29 - Pertarungan
Di langit kerajaan Leonhart, empat sosok melayang, melepaskan aura kuat yang mengguncang seluruh kota. Orang-orang kuat di kota itu keluar, menatap takjub ke arah pertempuran yang akan terjadi. Namun, mereka tidak merasa terancam. Sebuah penghalang transparan melindungi seluruh kota—barrier pelindung yang dibuat oleh Dimas sebelum pertempuran dimulai.
"Untung saja aku sudah pasang barrier ini," gumam Dimas, melirik ke arah kerumunan di bawah yang mulai berbisik-bisik. "Setidaknya mereka nggak bakal kena imbas."
Bai Chan yang berdiri di depannya mendengus keras. "Cukup main-mainnya!" serunya, sebelum melesat ke arah Dimas dengan kepalan tangan yang dilapisi energi emas menyala.
Dimas menyeringai tipis, menangkis pukulan keras itu dengan satu tangan. Dentuman keras terdengar, namun Bai Chan justru terhempas balik beberapa meter.
"Itu tadi niat nyerang atau cuma buat gosok punggung?" sindir Dimas sambil merapikan kerah bajunya.
Bai Chan menggeram marah. "Jangan sombong, manusia rendahan!"
Di sisi lain, Long Bing sedang bertarung sengit dengan Bai Chen. Tombak emas Bai Chen bergerak cepat dan ganas, menusuk dan menyabet dengan kecepatan kilat. Namun Long Bing, dengan mata yang berkilauan tajam, memainkan tempo gerakan Bai Chen, membelokkan serangan tombak dengan pedang peraknya.
"Pedang itu..." gumam Bai Chen tiba-tiba, tertegun melihat pedang perak Long Bing. Pandangannya membeku sejenak, mengenang luka parah Kaisar Dewa di masa lalu. "Tidak mungkin... pedang itu masih ada...?"
Long Bing tersenyum dingin. "Kenapa? apakah kau merasa takut?"
Bai Chen menguatkan cengkeraman pada tombaknya, meski keraguan melintas di benaknya. "Tidak peduli! Meski itu pedang terkutuk yang melukai Kaisar Dewa sekalipun, aku tidak akan mundur!"
Serangan tombak Bai Chen semakin agresif, namun Long Bing tetap meladeninya dengan tenang, bahkan terlihat seperti memainkan gerakan lawannya. Bai Chen merasa terintimidasi meskipun berada di ranah yang sama.
Sementara itu, Dimas sudah mengeluarkan Pedang Pembunuh Dewa dan menebas udara dengan kecepatan kilat, menciptakan gelombang angin tajam yang menyasar Bai Chan. Pria berarmor emas itu menangkis dengan tombaknya, namun tebasan Dimas mampu memotong sebagian rambutnya.
"Sialan!" Bai Chan mengumpat. "Tidak mungkin... Manusia sepertimu sekuat ini?!"
Dimas menyeringai. "Kekuatan tubuh naga di level tiga ini sudah cukup buat ngelumat orang macam kamu."
Tanpa membuang waktu, Bai Chan menggabungkan energi emas pada tombaknya dan melancarkan tusukan cepat. Namun Dimas melompat ke samping dengan gesit, lalu membalas dengan teknik pedang bertubi-tubi, menembus pertahanan Bai Chan.
"Kamu... manusia rendahan! Jangan meremehkan utusan Kaisar Dewa!" Bai Chan memuntahkan darah dari mulutnya, namun tetap bertahan.
Dimas melirik sekilas ke arah Long Bing yang masih bertarung dengan Bai Chen. Keduanya tampak seimbang, tapi Dimas tahu Long Bing tidak bertarung dengan sepenuh hati.
"Long Bing! Jangan kelamaan main-mainnya!" teriak Dimas sambil melompat mundur menghindari tebasan tombak Bai Chan.
Long Bing hanya mendengus ringan. "Baiklah, aku akan segera menyelesaikanya," balasnya, tapi dia mulai menaikkan intensitas serangannya. Pedang peraknya berkilau, menyapu udara dengan energi dingin yang membekukan. Bai Chen mencoba menangkis, namun lapisan es mulai menutupi armor emasnya.
Dimas juga tidak mau kalah. Dia mengayunkan pedangnya dengan teknik berturut-turut, membuat Bai Chan semakin terdesak. Satu tebasan kuat membuat Bai Chan terhuyung, dan sebelum pria itu bisa menstabilkan diri, Dimas sudah menghantam dadanya dengan lutut bertenaga.
"Gwaaah!" Bai Chan terpelanting, darah memercik dari mulutnya.
Di sisi lain, Bai Chen terperangkap dalam badai es milik Long Bing, gerakannya melambat dan tubuhnya mulai membeku.
"Kalian... tidak akan menang! Kaisar Dewa... pasti akan menghukum kalian!" teriak Bai Chen dengan putus asa.
Long Bing mendekat, ujung pedangnya mengarah ke tenggorokan Bai Chen. "Bilang pada Kaisar Dewa... jika dia ingin menanatangku suruh dia datang, jika tidak maka aku akan menghancurkan seluruh utusannya sampai tak bersisa."
Bai Chan yang mendengar ancaman itu hanya bisa menggeram marah. Dia mencoba bangkit, tapi Dimas sudah mengarahkan pedangnya ke leher pria itu.
"Kamu pikir bisa kabur? Salah besar."
Bai Chan dan Bai Chen akhirnya terdiam, terkulai dengan luka parah. Aura dewa yang dulu begitu menakutkan kini terasa lemah dan memudar.
Long Bing dan Dimas saling berpandangan, lalu tersenyum tipis.
"Sepertinya mereka cuma pesuruh murahan," kata Dimas sambil menyarungkan pedangnya.
Long Bing mengangguk. "Benar mereka hanya utusan dilevel rendah, jika tidak ada aturan pada dunia ini, ranah mereka ada di tingkat immortal realm puncak."
Keduanya kembali turun ke tanah, meninggalkan Bai Chan dan Bai Chen yang terluka parah. Di bawah, Alexa dan Ling Yuan sudah menunggu dengan wajah lega.
"Sudah selesai?" tanya Ling Yuan.
Dimas mengangguk. "Kami sudah selesai. jadi kalian tenang saja."
Alexa tersenyum lega. "Syukurlah kalian baik-baik saja."
Pertarungan selesai tanpa ada korban jiwa di pihak mereka. Meski begitu, Dimas tahu bahwa ini baru permulaan. Jika Kaisar Dewa benar-benar menganggap Long Bing sebagai ancaman, maka lebih banyak utusan akan datang. Namun, baginya itu bukan masalah. Justru semakin banyak tantangan, semakin bersemangat ia untuk bertarung.
Di langit, awan gelap perlahan menghilang, menyisakan ketenangan yang menghangatkan. Kota Leonhart kembali damai, sementara Dimas dan Long Bing menatap ke langit dengan tekad yang tidak tergoyahkan.
.......
BERSAMBUNGG