NovelToon NovelToon
PUSAKA NAGA API

PUSAKA NAGA API

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Fikri Anja

Dirga. Dia adalah pemuda lupa ingatan yang tak pernah bermimpi menjadi pendekar. Tapi ternyata Dewata berpikiran lain, Dirga ditakdirkan menjadi penyelamat Bumi dari upaya bangsa Iblis yang menjadikan Bumi sebagai pusat kekuasaannya. Berbekal pusaka Naga Api yang turun dari dunia Naga, dia berkelana bersama Ratnasari memberantas aliran hitam sebelum melawan Raja Iblis.

Lalu bagaimana akhir kisah cintanya dengan Ratnasari? Apakah Dirga akan setia pada satu hati, ataukah ada hati lain yang akan dia singgahi? Baca kisah selengkapnya dalam cerita silat Nusantara, Pusaka Naga Api. ikuti kisah Dirga hanya ada di disni wkwk. kalau ada kesamaan atau tempat author minta maaf mungkin hanya sekedar sama aja cerita nya mungki tidak, ikuti kisahnya dirga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11

"Kalian hanya kroco-kroco yang dimanfaatkan Ronggo demi kepentingannya sendiri!" kata lelaki itu sembari mengindari tebasan yang mengincar perutnya.

"Jangan banyak bicara kau, Gandara! Kau sudah berani menghina guruku!" bentak seorang murid Ronggo.

"Gurumu yang ambisius itu memang pantas dihina!" cibir lelaki bernama Gandara. "Mengaku pendekar aliran putih, tapi perilakunya tak ubahnya pendekar aliran hitam yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya."

Gandara mencabut pedangnya tiba-tiba, dan itu membuat murid-murid Ronggo melompat mundur.

"Apa bedanya denganmu? Bukankah kau datang ke sini demi pusaka itu juga?" cibir murid Ronggo.

"Hahahaha ...! Jika kalian menyamakan aku dengan Ronggo si manusia munafik itu, maka kalian salah besar. Aku datang ke sini hanya untuk memastikan pedang pusaka itu tidak jatuh ke tangan yang salah!" sahut Gandara dengan senyum mencibirnya, "Dan perlu kalian tahu, aku menghadang kalian itu untuk memastikan kalian kembali dengan tangan kosong. Tapi jika kalian tidak mau kembali, maka aku pastikan kalian tidak akan mendapatkan apa-apa! Pedangku ini yang akan berbicara!"

Ketujuh orang murid Ronggo saling berpandangan. Mereka kemudian bergerak menyebar, mengepung Gandara.

"Formasi Elang Tempur!" teriak seorang dari mereka.

"Hahahaha ...! Formasi usang seperti itu masih saja kalian pakai!" Gandara mendesis melihat apa yang dilakukan murid Ronggo.

Ketujuh murid Ronggo tidak menghiraukan cibiran Gandara. Mereka bergerak memutar berlompatan dengan lincah.

Tapi Gandara tidak terlihat bingung sama sekali. Dia sepertinya sudah sangat paham dengan formasi yang digunakan ketujuh lawannya. Pedang di tangannya bergerak memutar, sebelum melakukan tangkisan cepat sekaligus melepaskan tendangan.

Bugh!

Tendangan tak terduga yang dilepaskan Gandara mengena dengan telak di perut penyerangnya hingga terjungkal ke belakang.

"Sudah aku bilang bukan jika formasi kalian itu sudah usang, bukan?" ejek Gandara.

Selepas berkata, lelaki tua itu melepaskan serangan untuk membongkar formasi Elang Tempur yang sudah dia ketahui kelemahannya.

Benar saja. Serangan cepat yang dilakukan Gandara langsung membuat formasi Elang Tempur yang digunakan murid-murid Ronggo kacau balau. Mereka baru yakin jika ucapan lelaki itu benar adanya.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Mereka hanya menyesal dengan formasi usang yang diajarkan gurunya, dan mereka tidak mungkin mundur dari pertarungan yang sudah kadung terjadi.

Dalam kondisi seperti saat ini, mereka hanya bisa bertahan sekuat mungkin dari kematian yang bisa saja datang setiap saat.

Tapi perbedaan kemampuanlah yang menjadi jawabannya. Jika sedari tadi Gandara hanya mengimbangi saja perlawanan 7 murid Ronggo, situasinya kali ini berbeda. Dia tidak membiarkan 7 orang lawannya itu untuk menghirup udara lebih lama lagi.

Lengkingan kematian terdengar bersahutan. Satu persatu murid Ronggo harus merelakan nyawanya terlepas dari jasad, setelah tubuh mereka tertembus bilah pedang Gandara yang tajam.

Terjadinya pertarungan itu ternyata disaksikan oleh beberapa orang lain. Tapi sepertinya mereka tidak mau ikut campur urusan yang sedang terjadi. Kedatangan mereka ke dalam hutan itu bukan untuk bertarung, tapi untuk mencari pedang Naga Langit.

Jadi, jika memang pertarungan diharuskan terjadi, sebisa mungkin itu dilakukan ketika salah satu dari mereka sudah menemukan pedang pusaka tersebut. Dalam artian, perebutan berdarah tetap akan terjadi pada akhirnya.

Malam pun akhirnya datang kembali menyapa Bumi. Gelap dan heningnya jurang Panguripan bukannya membuat Dirga untuk beristirahat, tapi pemuda tampan itu semakin bersemangat untuk berlatih.

Tanpa adanya Sarwana yang sudah kembali ke pondoknya karena merasa pemuda tampan itu sudah tidak perlu diajari lagi, membuatnya semakin leluasa dan memperbanyak durasi waktunya dalam berlatih.

Hingga menjelang tengah malam, Dirga akhirnya menyelesaikan latihannya. Bukan lelah yang menjadi kendala, tapi rasa kantuk yang mulai menyerangnya.

Batu hitam pipih yang kemarin menjadi tempatnya bermeditasi, menjadi sasarannya untuk merebahkan tubuh. Sambil memandang bintang berkilauan di langit, Dirga secara perlahan memejamkan kedua bola matanya.

Tapi baru beberapa detik matanya terpejam, suara yang cukup kerasa serasa menghantam gendang telinganya.

Groooagh!

Penasaran dengan suara yang baru saja dia dengar, Dirga membuka matanya dan kemudian bangkit berdiri. Matanya menyapu sekeliling untuk mencari sumber suara yang didengarnya.

Setelah beberapa saat matanya melakukan pencarian dan tak menemukan apapun, pemuda tampan itu akhirnya berinisiatif untuk kembali melanjutkan tidurnya yang tertunda.

Belum juga tubuhnya kembali merebah di atas batu hitam pipih yang menjadi alasnya, suara keras itu lagi-lagi terdengar.

Groooagh!

Rasa tak percaya langsung menghampiri pikiran Dirga. Kedua bola matanya menangkap sebuah obyek yang melayang cukup tinggi di udara. Dan obyek tersebut sama persis dengan makhluk yang dilihatnya, ketika dia dibawa ke sebuah tempat yang menurut Sarwana adalah dunia Naga.

Bagi para pendekar yang berada di dalam hutan, tinggi dan lebatnya pepohonan tentu menutupi pandangan mereka, tapi tidak dengan Dirga. Dia bisa melihat dengan jelas dari tempatnya terpaku melihat keajaiban yang tertangkap netranya.

"Naga ...!" gumamnya tertahan. Antara percaya dan tidak, pemuda tampan itu mengucek kedua bola matanya berkali-kali dan kembali menatap sosok naga yang meliuk-liuk di udara. Naga itu sendiri memiliki aura kemerahan yang memungkinkannya untuk terlihat oleh siapapun yang kebetulan melihatnya.

"Ternyata aku tidak sedang bermimpi," ucapnya dalam hati. Dirga tak berkedip sekalipun melihat penampakan paling mendebarkan dalam sejarah hidupnya.

Tak berselang lama, rasa terkejutnya semakin menjadi-jadi. Seberkas cahaya merah terang tiba menyeruak ke atas, tepat mengenai sosok Naga tersebut.

Bukannya was-was, rasa penasaran Dirga semakin begitu besar. Takut tetap ada, tapi rasa penasaran yang membelenggu pikirannya mengalahkan rasa takutnya.

Secara perlahan pemuda tampan itu pun mengayunkan kedua kakinya untuk mendekati sumber cahaya merah terang yang dilihatnya.

Setelah berjalan 300 meter lebih dari tempatnya berlatih, sebuah pemandangan yang tidak pernah ada dalam dugaannya pun kembali tertangkap kedua bola matanya. Dari jarak 40 meter, dia melihat cahaya kemerahan yang begitu terang hingga menerangi tempat sekitar.

Dirga menyipitkan kedua matanya untuk melihat lebih jelas, bersumber dari apakah cahaya kemerahan terang tersebut.

Tak mendapatkan jawaban yang memuaskan oleh pandangannya, Dirga pun memutuskan

untuk mendekati sumber cahaya kemerahan itu.

Detak jantungnya berdebar begitu cepat, secepat ayunan laju kaki kuda yang dipacu sedemikian cepatnya.

Hingga berjarak 10 meter dari sumber cahaya kemerahan itu muncul, Dirga berhenti dan melihat sebuah pedang yang menancap di sebuah batu.

"Pedang ...?" Dirga mengernyitkan dahinya. Ada rasa bingung menghampiri pikirannya. Jika benar di dalam jurang itu ada sebuah pedang, kenapa Sarwana tidak pernah bilang kepadanya? Ataukah Sarwana memang tidak mengetahuinya? Tapi sebuah kemustahilan jika penguasa jurang Panguripan itu tidak mengetahuinya. Pikirannya yang berkecamuk saling berbantahan.

Dengan tekad kuat, Dirga pun memberanikan diri untuk semakin mendekati pedang tersebut.

Tapi baru dua meter dia mengayunkan kedua kakinya, tiba-tiba Naga yang tadi dilihatnya melayang di udara, sudah berdiri menghadang langkahnya.

Groaaagh!!!

1
Redy Ryan Little
Mantap
🥀⃟ʙʀRos🥀
ijin Thor agak aneh cerita Nusantara tapi nama naga nya punya eropa,kenapa gak nama nya mambang dewa, atau samba, ataupun jamunada,knp harus hydra knp gak sekalian dragon aja Thor 🙏🙏🙏
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah⁴_Atta࿐🥑⃟
Meluncur 2 gift 🌹 Lanjut Up Thor ✍️✍️💪💪
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah⁴_Atta࿐🥑⃟
Jooosss 👍👍
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah⁴_Atta࿐🥑⃟
Awal cerita sudah bagus 👍 Novel ini sampai Tamat dan konsisten Up setiap hari. 💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!