Dibalik diamnya seorang istri ada penyesalan suami yang sangat mendalam.
Zhia Vanelesia yang telah merasa lelah dengan sikap sang suami yang suka seenaknya saja akhirnya memilih untuk Diam. Dia tidak perduli lagi dengan apa yang di lakukan suaminya dan memilih untuk mengejar karirnya kembali.
Rayyan Ardinata sosok suami yang masih suka kebebasan. Dia selalu menghabiskan waktunya dengan nongkrong dengan teman temannya di bar. Hingga akhirnya Rayyan terkejut melihat reaksi istrinya yang akhirnya diam dan tidak perduli lagi akan apa yang dia lakukan.
Rayyan langsung saja membuat keputusan untuk membawa wanita ke rumah besar mereka untuk melihat bagaimana reaksi istrinya nantinya.
Namun, alangkah terkejutnya Rayyan melihat reaksi istrinya ketika melihatnya sedang bercumbu mesra dengan selingkuhannya di dalam kamarnya.
Mulai dari kejadian itu, Rayyan memilih untuk berubah dan mengejar kembali cinta sang istri.
Akankah Rayyan berhasil merebut hati istrinya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 03
Setelah puas Rayyan membaringkan tubuhnya di samping Zhia. Dia terlelap dalam tidurnya tanpa memperdulikan Zhia yang masih menangis. Zhia terus saja menatap Rayyan yang telah terlelap dengan air mata yang terus berlinang dari matanya.
Zhia berlahan bangkit dari tidurnya lalu melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi. Dia merasakan perih di bagian intimnya karna Rayyan mengaulinya secara paksa. Sesampainya di kamar mandi Zhia menguyur tubuhnya dengan air dinggin.
Dia menangis meringkuk di dalam kamar mandi meratapi penderitaannya dan juga penghianatan suaminya. Cukup lama Zhia menguyur tubuhnya dengan air dingin hingga membuatnya mengigil kedinginan. Setelah puas menangis Zhia menggambil handuk lalu melilitkannya menutupi tubuhnya.
Sesampainya di luar Zhia mendengar ponselnya berbunyi. Zhia mengambil ponselnya lalu melihat nama seseorang yang sangat dia kenal tertera di sana. Tanpa banyak pikir Zhia menekan tombol hijau lalu meletakkan ponselnya di telinganya.
"Selamat malam, Zhi. Apa aku mengangumu?" ucap seorang pria dari sebrang sana.
"Tidak ada apa? Tumben kamu menghubungiku malam malam begini?" ucap Zhia dengan suara seraknya karna kelamaan menangis.
"Kamu kenapa, Zhi? Sepertinya kamu habis menangis. Apa kamu sedang ada masalah dengan Rayyan?"
"Tidak! Aku hanya lagi tidak enak badan saja"
"Oh, baguslah jika kamu dan Rayyan sedang baik baik saja. Oh ia aku ingin mengajakmu kembali menjadi model di perusahaanku. Apa kamu bisa?"
"Aku bisa. Tapi bisa aku minta uangnya dulu?" ucap Zhia tanpa ragu sambil mengigit bibir bawahnya.
"Tentu saja. Aku akan segera mengirimkan semua bayaranmu kepadamu. Tapi kapan kamu bisa mulai menjadi modelku?"
"Besok lusa aku akan langsung datang ke kantormu"
"Baiklah! Aku tunggu kedatanganmu. Kalau begitu sudah ya. Aku mau istirahat dulu"
"Ia" ucap Zhia langsung saja mematikan ponselnya lalu menatap Rayyan yang sudah tertidur dengan lelapnya.
Zhia membuang napas lega lalu berpikir matang matang dengan keputusannya saat ini. Dia langsung saja mengenakan pakaiannya lalu membaringkan tubuhnya di samping Rayyan.
Di keesokan paginya.
Rayyan meraba raba kasur yang ada di sampingnya. Dia langsung saja membuka matanya dan tidak melihat Zhia di sampingnya. Dia mencari keberadaan Zhia karna dia takut jika Zhia kabur dan akan meninggalkannya.
Seketika Rayyan membuang napas lega ketika mendengar suara cipratan air di dalam kamar mandi. Dia bersyukur karna Zhia tidak kabur karna ulahnya semalam. Hingga akhirnya Zhia membuka pintu dan keluar dari kamar mandi dengan mengunakan handuk mini yang melilit di tubuhnya.
Zhia berjalan ke arah lemari pakaiannya lalu memilih gaun untuk dia kenakan. Setelah itu dia kembali ke kamar mandi untuk mengenakan pakaiannya tanpa memperdulikan Rayyan yang terus memperhatikannya.
Setelah beberapa menit Zhia keluar dengan mengunakan gaun selutut berwarna cream. Rayyan terus saja menatap Zhia yang hanya diam. Tidak seperti biasanya Zhia akan terus mengomel dan menyuruhnya untuk segera mandi.
"Kamu mau ke mana, Zhi?" ucap Rayyan membuka suaranya.
Zhia melirik Rayyan lalu kembali duduk di meja riasnya. Dia mengambil sebuah map dari laci mejanya. Dia melemparkan map itu ke wajah Rayyan.
"Jika kau tidak mau bercerai denganku, maka tandatangani itu jika tidak maka keputusanku sudah bulat kita berpisah. Kamu tidak ada pilihan lain" ucap Zhia santai lalu kembali menyisir rambut panjangnya dan mengoles make up di wajahnya.
"Ini apa apaan, Zhi?" ucap Rayyan membulatkan matanya melihat begitu banyak syarat yang di berikan Zhia.
"Huff... Kita akan tetap bersama tapi kita tidak boleh mengurusi kehidupan kita masing masing. Kujalani jalanku kau jalani jalanmu" jelas Zhia singkat.
"Baiklah. Jadi aku boleh berkencan dengan wanita mana saja?" ucap Rayyan senang karna dia tidak akan lagi mendengarkan ocehan dari Zhia setiap hari.
"Yupzz..."
"Tapi! Kalau jatah aku gimana?"
"Kalau itu kau jangan khawatir aku akan tetap melayanimu jika aku tidak malas. Karna itu adalah kewajibanku sebagai seorang istri"
"Baiklah! Akan aku tanda tangani" ucap Rayyan semangat lalu mengoreskan tanda tangannya di kertas perjanjian itu.
Setelah Rayyan selesai menandatangani surat itu Zhia merampasnya dan menyimpannya kembali di dalam laci dan sengera menguncinya.
Setelah memastikan dirinya rapi Zhia mengambil tas selempangnya lalu melangkahkan kakinya dengan anggunnya meninggalkan Rayyan.
"Kamu mau kemana?" ucap Rayyan binggung melihat Zhia yang pagi pagi sudah mau pergi.
"Kujalani jalanku kau jalani jalanmu. Jadi tidak usaha banyak tanya" ucap Zhia santai sambil terus mengayunkan langkahnya.
"Kalau kau pergi siapa yang akan mengurus keperluanku?"
"Oh, ia aku lupa. Aku sudah menambah satu pelayan untuk mengantikan posisiku selama ini. Sebentar biar aku panggilkan" ucap Zhia terus saja melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan Rayyan yang terus memanggil namanya.
Benar saja, tak berselang lama seorang pelayan yang masih muda dan cantik masuk ke dalam kamar Zhia dan Rayyan.
"Permisi, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" ucap Nur pelayan baru yang di tugaskan Zhia untuk mengurus semua keperluan suaminya.
"Wau... Masih cantik. Sangat segar kelihatannya" gumam Rayyan memperlihatkan sisi hidung belangnya.
"Apa, Tuan?" ucap Nur mengerutkan keningnya binggung.
"Tidak apa apa! Siapkan semua keperluanku. Aku mau mandi" ucap Rayyan santai lalu masuk kedalam kamar mandi.
Dia menguyur tubuhnya dengan air dingin. Tidak mau lama lama dalam kamar mandi Rayyan langsung saja keluar sambil mengigil. Karna biasanya pagi pagi begini Zhia selalu menyiapkan air hangat untuknya sehingga membuat Rayyan kedinginan jika mandi air dinggin pagi pagi begini.
Rayyan langsung saja menatap pakaiannya yang teah di siapkan Nur di atas ranjangnya. Rayyan membuang napasnya kasar karna pakaian yang di berikan Nur tidak sesuai dengan seleranya.
"Pelayan!" teriak Rayyan frustasi sehingga suara teriakannya langsung terdengar ke seluruh penjuru rumahnya.
Dengan sigap semua pelayan langsung saja datang ke kamar Rayyan sambil menunduk ketakutan. Melihat semua pelayannya datang dan berdiri di depannya Rayyan menatap satu persatu pelayan itu.
"Hei! Kamu yang di tugaskan istri saya untuk mengurus semua keperluan saya, siapa namamu?" ucap Rayyan menunjuk ke arah Nur.
"Sa... Saya Nur, Tuan" ucap Nur gugup.
"Apa kau tidak di beritau istri saya tentang apa saja yang saya perlukan dan kriteria pakaian kerja kesukaan saya?"
"Ti... Tidak, Tuan. Nyonya hanya menyuruh saya untuk mengurus semua keperluan, Tuan"
"Baiklah! Kamu harus cari tau semua yang saya sukai dan juga pakaian yang saya kenakan setiap harinya. Saya tidak mau kejadian ini terulang lagi" ucap Rayyan mengaruk kepalanya yang tidak gatal lalu menyuruh semua pelayan untuk pergi dari kamarnya.
Tak ada pilihan Rayyan akhirnya memilih pakaiannya sendiri sehingga membuat isi lemari yang tadinya rapi kini jadi berantakan. Baru beberapa menit di tinggal oleh Zhia namun, Rayyan sudah sangat kesulitan.
Bersambung....