"Ketimbang jadi sadboy, mending ajarin aku caranya bercinta."
Guyonan Alessa yang tak seharusnya terucap itu membawa petaka.
Wanita sebatang kara yang nekat ke Berlin itu berteman dengan Gerry, seorang pria sadboy yang melarikan diri ke Berlin karena patah hati.
Awalnya, pertemanan mereka biasa-biasa saja. Tapi, semua berubah saat keduanya memutuskan untuk menjadi partner bercinta tanpa perasaan.
Akankah Alessa dapat mengobati kepedihan hati Gerry dan mengubah status mereka menjadi kekasih sungguhan?
Lanjutan novel Ayah Darurat Untuk Janinku 🌸
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06. Itu Bukan Cinta
..."Cinta itu ... kalau tidak bertepuk sebelah tangan. Kalau bertepuk sebelah tangan, itu bukan cinta, melainkan obsesi." — Alessandra Hoffner...
"Nggak mau. Kalau aku tidur di sini," Alessa mengangkat wajahnya ke atas, menatap pria bermata hitam legam itu. "Bukannya tidur, tapi begadang."
Gerry tertawa mendengarkan ucapan Alessa. Suara baritonnya yang khas terdengar sangat seksi di telinga Alessa, membuat wanita itu berdebar dan hatinya dibuat tak karuan.
"Hahaha. Aku nggak akan melakukannya tanpa persetujuan darimu. Kan kita FWB, bukan pasangan." Ucap Gerry malam itu.
Pria dingin yang tak punya hati itu mengatakannya dengan gamblang. Membuat Alessa tersadar dengan ucapan yang ia lontarkan sendiri dari mulutnya. Yah ... siapa suruh dia mengatakan ingin memiliki partner bercinta? Andai ia tak melantur, mungkin ... sekarang semua tak akan seperti ini.
Gerry juga salah di saat seperti ini. Usai ia mengambil perawan wanita itu, lalu merasa bersalah, bukankah seharusnya ia mencoba membicarakan hal itu lebih serius lagi kepada Alessa? Tapi ia berspekulasi sendiri bahwa Alessa benar-benar hanya menginginkan partner bercinta. Bukan pasangan. Ketimbang hatinya patah untuk kedua kali, lebih baik ia tak perlu pakai hati saat bersama Alessa.
"Benar. FWB, bukan pasangan." Ulang Alessa dengan senyuman yang pahit.
Alessa terdiam sesaat. Kemudian ia berusaha mengalihkan topik. "Kamu ... sampai kapan di Jerman?"
Gerry menarik nafasnya dalam-dalam. Kemudian mata nelangsanya menerawang jauh. "Mungkin ... saat hatiku sudah siap. Aku akan kembali ke Indonesia."
Alessa mengangguk pelan. Pikirnya, wanita itu luar biasa hebatnya, sampai-sampai membuat pria yang sempurna di matanya itu tak bisa membuka hati lagi untuk orang lain. "Wanita itu ... seperti apa?"
Gerry meraih ponselnya yang berada di atas kepala. Kemudian ia membuka galeri dan menunjukkan kepada Alessa foto gadis yang ia cintai.
"Dia masih gadis," Gerry menatap foto Lea di ponselnya. Gadis itu sedang makan es krim di atas ayunan yang ada di taman. Matanya yang semula nelangsa, kini menjadi berbinar dan bercahaya. "Sebelumnya aku belum menunjukkan fotonya padamu."
"Ini dia. Sangat cantik dan manja."
Alessa menatap penasaran ke arah Gerry usai melihat foto Lea di ponsel Gerry. Ia menangkap rasa cinta yang sangat dalam dari sorot mata pria itu. Dan tentu saja itu merupakan pemberitahuan bahwa tak ada celah bagi siapapun di hati pria itu, termasuk dirinya.
"Kamu mencintainya?" Tanya Alessa penasaran.
"Sangat, sangat mencintainya." Ada perasaan rindu, cinta sayang dan semua bercampur menjadi satu dari ucapan dan sorot mata pria itu.
"Bagaimana dengan dia? Dia mencintaimu?"
"Seperti yang pernah ku ceritakan sebelumnya, aku memaksa dia untuk menerimaku. Jadi, ku pastikan dia tidak mencintaiku sama sekali. Toh ... saat sahabatku kembali, dia langsung berlari kepada sahabatku."
"Lantas, kenapa sampai sekarang masih menaruh hati pada gadis milik sahabat sendiri?" Tukas Alessa dengan sangat jelas. Entah kenapa ia terpancing untuk mengutarakan isi hatinya. Rasanya geram sekali dengan kebodohan pria yang sedang di sampingnya saat ini.
"Karena aku mencintainya."
"Cinta itu ... kalau tidak bertepuk sebelah tangan. Kalau bertepuk sebelah tangan, itu bukan cinta, melainkan obsesi." Seloroh Alessa tanpa basa basi. Padahal ia berbicara seperti itu bukan karena ia sok tahu tentang cinta, tapi semua itu murni tentang opini dirinya.
Gerry tersentak. Ucapan Alessa secara tak sadar telah menampar dirinya dengan sangat kuat. Seperti ada sesuatu yang memaksa ia mengingat kembali masa lalu yang menyakitkan itu. Ia menatap Alessa dengan tatapan putus asa. "Obsesi?"
"Hm. Obsesi." Alessa mengangguk. "Apa yang dulu kamu harapkan darinya?"
"Memilikinya seutuhnya." Jawab Gerry sambil menatap ke arah langit-langit kamar. Ia terlihat sedang berfikir dengan keras. "Dan ... semua itu sirna karena kedatangan sahabatku."
"Memilikinya seutuhnya? Tapi kamu membuat gadis itu menerimamu karena sedang dalam keadaan terdesak bukan? Jadi ... sudah jelas itu bukan cinta. Tapi obsesi."
Lagi-lagi Alessa membuat Gerry tersadar. Wanita itu bangkit dari tidurnya, kemudian ia menutupi dadanya menggunakan selimut. Mata biru miliknya menatap dalam ke mata Gerry. "Sadarlah. Karena kamu sudah terlalu lama membuang-buang waktumu yang berharga."
"Mungkin ... di luar sana sudah dipersiapkan seseorang yang lebih pantas untukmu. Tapi karena kamu masih berkutat di masa lalu, itu membuat mata dan hatimu tertutup untuk kesempatan itu."
Usai mengatakan hal itu, Alessa mengambil baju dan celananya yang ada di lantai. Kemudian ia memakai semua pakaiannya dan berdiri menapaki lantai.
"Kamu mau ke mana?" Tanya Gerry penasaran, meskipun belum selesai ia memikirkan ucapan Alessa tadi.
"Pulang. Karena besok ada yang harus aku lakukan."
"Kenapa nggak besok aja?" Tanya Gerry dengan kening mengkerut. "Larut malam terlalu berbahaya buat perempuan."
"Aku pulang naik taksi sa—"
"Kamu pikir ongkos taksi di Jerman dan Indonesia sama? Untuk apa kamu cape-cape kerja tapi uangnya dipakai dengan boros?"
Alessa menengadahkan kedua tangannya ke arah Gerry. "Kalau begitu, berikan aku ongkos taksi."
"Itung-itung biaya yang harus kamu bayarkan karena telah mengambil perawanku." Kekeh Alessa bercanda. Padahal, candaan yang keluar dari mulutnya cukup membuat hatinya sakit.
"Besok aku akan memberikan uangnya. Pokoknya jangan pulang. Kalau kamu pulang, aku nggak akan datang lagi ke restoran seperti biasa. Dan tentu saja status partner kita berakhir."
...🌸...
...🌸...
...🌸...
...Bersambung .......
Alessa kan kak??
❤❤❤❤❤
ampuuunnn..
manis sekali lhoooo..
jadi teehura..
berkaca2..
❤❤❤❤❤❤
akhirnya mumer sendiri..
😀😀😀😀😀❤❤❤❤
berjanggut ya jadi pangling gonk..
😀😀😀❤❤❤❤❤