*Khusus Bacaan Dewasa*
Sinopsis: Make, pemuda tampan dan kaya, mengalami kebangkrutan keluarga. Dia menjadi "anak orang kaya gagal dan terpuruk" dan dibuang pacarnya yang berpikiran materialistis adalah segalanya. Namun, nasib baik datang ketika dia mendapatkan "Sistem Uang Tidak Terbatas".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Pertemuan yang Tidak Terduga
Beberapa hari berlalu, dan Risa masih belum berhasil mendapatkan informasi signifikan tentang Make. Jejak digitalnya seolah terhapus dengan sengaja. Hal ini justru semakin meningkatkan kewaspadaannya. Siapa sebenarnya pria ini? Mengapa begitu sulit dilacak? Insting polisinya mulai berbisik ada sesuatu yang tidak beres. Namun, di sisi lain, ia juga mempertimbangkan kemungkinan bahwa Make adalah seorang pengusaha besar dengan privasi yang sangat dijaga.
Namun, takdir seolah memiliki rencananya sendiri. Suatu malam, Risa mendapatkan undangan dadakan dari ayahnya untuk menghadiri sebuah acara amal yang diadakan oleh salah satu kolega bisnisnya. Awalnya, Risa enggan menghadiri acara-acara seperti itu, lebih memilih menghabiskan waktunya dengan pekerjaan atau kegiatan yang lebih ia sukai. Namun, karena permintaan langsung dari ayahnya, ia akhirnya setuju.
Saat tiba di ballroom mewah tempat acara berlangsung, Risa sedikit terkejut melihat betapa banyaknya tokoh penting dan berpengaruh yang hadir. Ia menyapa beberapa kenalan ayahnya dan berusaha menikmati suasana, meskipun merasa sedikit tidak nyaman berada di tengah keramaian orang-orang dengan kekayaan dan kekuasaan yang begitu besar.
Tiba-tiba, matanya menangkap sosok yang familiar di tengah kerumunan. Seorang pria dengan setelan jas mahal yang tampak sangat elegan, sedang berbincang santai dengan beberapa pengusaha. Mobil mewahnya, yang sempat terlintas di benaknya beberapa hari lalu, kini terkonfirmasi dengan jelas. Itu adalah Make.
Jantung Risa berdebar sedikit lebih cepat. Pertemuan ini terasa terlalu kebetulan. Apakah Make sengaja hadir di acara ini? Bagaimana ia bisa tahu bahwa ia akan datang? Kewaspadaannya sebagai seorang polisi langsung meningkat. Namun, di sisi lain, ia juga berpikir bahwa mungkin wajar bagi seorang pengusaha besar untuk menghadiri acara-acara seperti ini, dan privasinya yang terjaga adalah hal yang lumrah di kalangan mereka.
Saat tatapan mereka bertemu dari kejauhan, Make memberikan senyum lembut dan anggukan sopan ke arah Risa. Risa membalasnya dengan anggukan singkat, berusaha menyembunyikan keterkejutannya dan tetap menjaga ekspresi netral.
Ia memutuskan untuk mendekati Make, bukan hanya sebagai wanita yang penasaran, tetapi juga sebagai seorang polisi yang sedang mengumpulkan informasi. Ia ingin tahu lebih banyak tentang pria ini dan mencari tahu apakah kecurigaannya beralasan, ataukah ia hanya berhadapan dengan seorang pengusaha kaya yang menjaga privasinya dengan ketat. Angka 'Love' di atas kepalanya, tanpa ia sadari, kini menunjukkan angka '30', bercampur dengan sedikit rasa ingin tahu dan kewaspadaan.
---
Malam Amal
Malam itu, Risa menghadiri acara amal tahunan yang diadakan oleh sebuah yayasan yang fokus pada peningkatan kualitas pendidikan anak-anak kurang mampu di berbagai pelosok negeri. Acara tersebut dihadiri oleh para pengusaha sukses, tokoh masyarakat, dan pejabat pemerintahan yang memiliki kepedulian terhadap isu pendidikan.
Lelang amal menjadi salah satu agenda utama untuk mengumpulkan dana, di samping donasi langsung dan berbagai kegiatan sosial lainnya.
Saat acara lelang berlangsung, Risa melihat Make beberapa kali menawar barang dengan harga fantastis. Ia tampak tidak ragu mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk lukisan, perhiasan, dan bahkan kesempatan berlibur eksklusif yang didonasikan oleh para donatur. Risa sendiri tertarik pada sebuah lukisan abstrak karya seniman lokal yang menurutnya memiliki nilai seni yang unik dan mewakili semangat perjuangan anak-anak untuk meraih pendidikan.
Ia ikut menawar, namun harga terus merangkak naik hingga ia merasa batas kemampuannya. Tiba-tiba, Make dengan santai mengangkat kartu dan menyebutkan angka yang jauh melampaui tawaran lainnya, memenangkan lukisan itu. Risa merasa sedikit kecewa, meskipun ia tahu ia tidak mungkin bisa menawar setinggi itu.
Setelah lelang berakhir dan para tamu mulai berpamitan, Risa menuju area parkir untuk mengambil mobilnya. Ia masih memikirkan kemurahan hati Make yang berani membayar mahal untuk sebuah lukisan yang jelas ia sukai.
"Risa, tunggu sebentar."
Risa menoleh dan melihat Make berjalan ke arahnya, membawa lukisan abstrak yang baru saja ia menangkan. Lampu-lampu taman di area parkir memberikan cahaya lembut pada lukisan itu.
"Make," sapa Risa sedikit terkejut. "Anda belum pulang?"
"Saya ingin memberikan ini kepada Anda," kata Make sambil tersenyum tulus, menyodorkan lukisan itu kepada Risa.
Risa menatap lukisan itu dengan keraguan. "Tapi... Anda membelinya dengan harga yang sangat mahal tadi di dalam. Bukankah dana dari lelang ini untuk pendidikan?"
"Justru karena itu," jawab Make dengan nada ringan namun penuh arti. "Saya yakin lukisan ini akan lebih bermanfaat jika berada di tangan seseorang yang menghargai nilai seninya sekaligus memiliki kepedulian yang sama terhadap pendidikan." Tatapannya lembut dan penuh perhatian. "Saya perhatikan betapa Anda menyukai lukisan ini tadi, dan saya yakin Anda akan menjaganya dengan baik, sekaligus mengingat tujuan mulia dari acara ini."
Risa merasa sangat terharu dengan ketulusan dan pemikiran Make. Di bawah langit malam bertabur bintang, hadiah itu terasa lebih personal dan bermakna. "Make... saya tidak tahu harus berkata apa. Ini benar-benar..."
"Anggap saja ini cara saya berkontribusi lebih," balas Make dengan senyum misterius.
Saat Risa menerima lukisan itu dengan perasaan campur aduk antara terkejut, senang, dan kekaguman yang semakin besar pada sosok Make, ia tidak menyadari bahwa di balik senyum pria itu, sebuah notifikasi di panel Sistemnya baru saja muncul:
[Misi Darurat 'Ikat Risa sebagai Budak Setia' - BERHASIL!]
[Kondisi terpenuhi: Pemberian hadiah signifikan dengan alasan mulia, ketidakberdayaan emosional, dan rasa hutang budi serta kekaguman yang mendalam terdeteksi.]
[Hadiah: Akses ke 'Jaringan Kekuasaan Tingkat Awal'.]
Risa hanya merasakan kehangatan hadiah di tangannya dan tatapan lembut Make yang membuatnya merasa... aneh. Ada rasa terima kasih yang luar biasa, kekaguman yang tumbuh, dan sedikit rasa penasaran yang semakin dalam terhadap pria ini. Tanpa ia sadari, angka 'Love' di atas kepalanya kini menunjukkan angka '80', bercampur dengan kekaguman dan rasa ingin tahu yang semakin kuat. Make, dalam kesunyian malam, telah berhasil 'mengikatnya' dengan hadiah yang tak terduga dan alasan yang mulia, sementara Sistem memberikan imbalan yang jauh lebih besar baginya.
---
Permintaan Kontak dan Kewaspadaan
Dengan lukisan di tangannya, Risa menatap Make dengan rasa terima kasih yang tulus. "Make, saya benar-benar tidak tahu bagaimana membalas kebaikan Anda. Ini sangat berarti bagi saya."
Make tersenyum lembut. "Tidak perlu membalas apa pun, Risa. Melihat Anda bahagia sudah cukup bagi saya."
Tiba-tiba, sebuah dorongan muncul dalam diri Risa. Ia ingin mengenal pria ini lebih jauh. Ada sesuatu yang menarik dan sulit ia pahami tentang Make. "Make, mungkin... bisakah kita bertukar nomor telepon? Saya ingin mengucapkan terima kasih sekali lagi nanti."
Sebelum Make sempat menjawab, seorang pria berbadan tegap yang sedari tadi berdiri tidak jauh dari Risa menghampiri mereka dengan wajah datar. "Nona Risa, maaf lancang. Tapi saya rasa ini terlalu terburu-buru untuk memberikan informasi pribadi kepada orang yang baru dikenal."
Risa sedikit terkejut dengan intervensi pengawalnya. Ia lupa bahwa kemanapun ia pergi, ia selalu diawasi oleh orang-orang suruhan ayahnya. Ia menoleh ke pengawalnya dengan sedikit kesal.
"Andi, tidak apa-apa. Saya bisa menilai siapa yang bisa saya percaya."
Andi, sang pengawal, tetap memasang wajah waspada dan menatap Make dengan curiga.
"Tapi, Nona..."
Make dengan tenang mengangkat tangannya. "Tidak masalah, Andi. Saya mengerti kekhawatiran Anda. Keamanan Nona Risa tentu yang utama." Ia kemudian menatap Risa dengan senyum lembut. "Jika Anda tidak keberatan, Risa, mungkin kita bisa bertukar kartu nama saja untuk saat ini? Di sana ada kontak saya."
Ia mengeluarkan sebuah kartu nama berwarna hitam elegan dengan tulisan perak yang mencantumkan namanya dan sebuah alamat email serta nomor telepon kantor.
Risa menerima kartu nama itu. Meskipun ia lebih suka bertukar nomor pribadi, ia mengerti situasi dan tidak ingin membuat pengawalnya semakin curiga.
"Terima kasih, Make. Saya akan menghubungi Anda nanti."
Andi masih menatap Make dengan tatapan menyelidik, namun ia tidak mengatakan apa-apa lagi.
Risa merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi ini, namun ia juga merasa semakin tertarik pada Make. Pria ini tidak hanya kaya dan dermawan, tetapi juga memiliki ketenangan dan kebijaksanaan dalam menghadapi situasi yang canggung. Tanpa ia sadari, angka 'Love' di atas kepalanya kini menunjukkan angka '85'. Keinginan untuk mengenal Make lebih dalam semakin kuat, meskipun ada tembok kewaspadaan yang dibangun oleh orang-orang di sekitarnya.
Bersambung...