Love At SIG Training

“Ucapan perpisahan dari aku. Makanya jangan nyebelin!” aku buru-buru berlari, meninggalkannya dengan tawa lepas setelah puas melakukan apa yang sudah aku niatkan, rasain tuh!

-

Aku sampai di rumah saat adzan maghrib berkumandang, sesegera mungkin membersihkan diri dan melaksanakan sholat maghrib setelah itu, mendudukan diri di atas tempat tidur, menatap sekeliling ruangan dengan senyum kecil sebelum memejamkan mata merasa rindu pada tempat paling nyaman versiku ini.

Aku membuka mata spontan saat wajah Mas Fahmi mendadak terbayang, aneh sekali padahal aku tidak memikirkannya tidak juga tengah memikirkan kegiatan tadi yang mungkin berpotensi mengingatkan ku pada dirinya, lantas mengapa bayangan pria menyebalkan itu terlintas sekarang?

Aku menggelengkan kepala ku pelan, menghalau juga mengenyahkan bayangan Mas Fahmi yang tak kunjung pergi dari benak ku.

“Ini kenapa aku ke inget terus sama Mas Fahmi? Ihh aku gak mau mikirin kamu!” monolog ku kesal.

“Tapi kenapa aku ngerasa aneh ya? Biasanya aku gak pernah ngerasa deket sama orang baru secepet ini, apa lagi bisa di bilang Mas Fahmi selaku pelatih, kok sikap aku kaya anak kecil banget sih sampe marah ke dia?” aku merutuk diri ku bingung, tak mengerti mengapa sifat yang biasa aku tunjukan untuk orang yang sudah akrab dengan ku, mendadak muncul dan itu pada Mas Fahmi yang notabene nya orang yang baru aku kenal.

“Ehh kenapa aku ngerasa bersalah? ‘Kan disini, Mas Fahmi yang salah. Pokoknya dia itu nyebelin, ngeselin heh!” Aku memberi pembelaan pada diriku sendiri.

“Tapi, aku kok bisa bersikap kaya gitu sih ya? Apa karena Mas Fahmi masih muda sampe aku kaya gak sadar nganggep dia temen?” aku menggeleng pelan, masih terus memikirkan kemungkinan apa yang menjadi sebab sikap ku itu.

“Ahh enggak. Dulu pas seminar dan pembicaranya masih muda aja aku tetep sopan kok, tapi kenapa sama Mas Fahmi..? Ahh bodo amat deh!” aku segera menutup wajah ku dengan bantal, menghentikan pikiran bodoh akan semua ini.

Hingga dering notification dari Handphone yang aku letakkan di atas nakas kecil di samping tempat tidur membuat ku menoleh, sebelum mengulurkan tangan dan melihat siapa yang mengirimi ku pesan.

Nomor baru, aku di buat mengernyit bingung bertanya-tanya siapa gerangan sang pemiliki nomor asing tersebut. Tak ingin terlalu lama menerka, aku segera membuka pola Handphone-ku, masuk ke dalam aplikasi Chat dan menekan pada nomor asing tersebut, membalas salam yang di kirim dengan salam juga pertanyaan siapa pemiliki nomor asing tersebut.

“Fauzi”

“Fahmi”

Aku meletakan Handphone-ku seketika saat melihat balasan dari sang pemiliki nomor asing, ini mungkin aku salah lihat atau bagaimana, Mas Fahmi menghubungi ku, sejak kapan dia memiliki nomor ku, dan dari mana. Menepuk kening pelan aku lupa, tadi saat mengirimkan hasil harus menyertakan nomor telfon, dia pasti mendapatkan nomorku dari sana.

“Nyebelin banget, masa nyimpen nomor saya dari google from tadi” aku membalasnya sedikit mem-berenggut, walau tau Mas Fahmi tak akan melihat itu.

“Tadi lupa minta nomor soalnya.”

“Nyebelin emang anda” balasku sedikit kesal, tidak. Aku kesal, sangat amat kesal.

“Maaf Ami, kamu marah mulu sama saya perasaan. Gak sopan tau!” aku terdiam, sesaat merasa bersalah namun kemudian aku sadar kalau Mas Fahmi adalah salah satu laki-laki menyebalkan yang pernah aku temui.