Kembali ke kehidupan nyata membuat Azalea senang sekaligus sedih. Ada rasa tak rela ketika mengetahui jika dirinya kembali.
Pertemuannya dengan Allarick, CEO baru tempatnya bekerja membuat Azalea banyak merasakan dejavu ketika mereka bersama. Ada banyak persamaan yang ia rasakan ketika bersama Allarick.
"Siapa kamu sebenarnya Allarick?"
"Waktu akan menjawab semuanya Aza, siapa aku, bagaimana kita, perasaan ku dan kamu."
Allarick yang selalu menjawab dengan teka-teki membuat Azalea semakin penasaran akan sosoknya.
"Bagaimana jika aku adalah dia?"
"... "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMB! 2 (Real Life) 9
...Selamat membaca...
...*****...
Hari ke hari Azalea mulai terbiasa dengan pekerjaannya yang seperti cosplay menjadi istri sekaligus sekretaris. Menghadapi Allarick yang kadang bertingkah begitupun dengan Askara yang sibuk meminta dirinya menjadi bunda bocah itu.
Ini adalah hari ke-enam Azalea bekerja. Pagi ini ia kembali melakukan kegiatannya seperti biasa. Pergi ke kediaman Maheswara untuk melakukan tugasnya.
"Pagi nyonya."
"Pagi."
"Pagi sayang."
"Pagi ma."
"Pagi Lea."
"Pagi nay."
Azalea memasuki kamar Askara setelah selesai mengurusi persiapan Allarick. Ia terkekeh melihat Askara yang masih terlelap salam tidurnya.
"Wake up boy~Kamu harus sekolah," ucap Azalea pelan sambil menyentuh Askara.
"Five minutes Aunty~Aska masih ingin tidur."
"No! C'mon Aska, kamu bisa terlambat nanti," bujuk Azalea.
Nihil. Askara tidak mau bangun. Ia membelakangi Azalea dan kembali tidur.
Azalea mengusap dadanya sabar. Otaknya berpikir mencari ide agar Askara mau bangun. "Baiklah. Jika kamu bangun, Aunty mengizinkan kamu memanggil Aunty dengan 'bunda' sesuai permintaan kamu kemarin."
Ajaibnya Askara yang duduk tegak mendengar hal itu. Bocah laki-laki itu tersenyum membuat wajahnya semakin tampan dan menggemaskan secara bersamaan.
"Aska sudah bangun, tawarannya masih berlaku kan?"
Azalea memandang bocah itu sengit, "Kamu sengaja kan?"
"Tidak, tapi iya juga." Askara menyengir membuat Azalea menggelitikinya.
"Nakal sekali heem? Siapa yang mengajarkan?"
"Papa."
Azalea menggeleng pelan. "Sudahlah, mandi dan segera bersiap. Sebentar lagi sarapan akan selesai."
"Siap bunda!" Balas Askara hormat ala-ala kepada Azalea.
Askara langsung bergerak menuju kamar mandi. Sementara Azalea menyiapkan segala keperluan anak laki-laki itu. Mulai dari seragam, buku sekolah hingga tas sekolahnya. Bahkan ia juga merapikan kasur anak itu dengan telaten.
Pintu kamar terbuka mengalihkan perhatian Azalea. Sosok wanita berambut hitam dengan warna putih di beberapa sisinya memandangnya dengan intens
Azalea memandang aneh wanita itu.
"Jadi ini wanita yang berusaha mendekati cucu saya?" Wanita itu mendekati Azalea dan memutari tubuhnya, "Apa tujuan kamu sebenarnya? Saya sudah ribuan kali bertemu dengan wanita seperti kamu. Pasti kamu punya niat lain kan?"
Azalea mengerutkan keningnya. Alisnya berkerut memandang wanita yang kini tengah berdiri tak jauh darinya. "Anda siapa? Kenapa dengan seenaknya menilai saya seperti itu? Bahkan kita tidak saling mengenal." Azalea menatap wanita itu datar, "Lagi pula siapa yang mendekati cucu anda?" Azalea tertawa kecil. "Justru saya yang harusnya mengatakan pada anda. Jika anda memang bagian dari keluarga ini, maka tolong katakan pada cucu anda untuk tidak terus menempel pada saya!"
"Kamu?! Beraninya kamu berbicara seperti itu pada saya?! Kamu tidak tahu siapa saya?!"
"Tahu, manusia kan?"
"Dasar tidak punya sopan santun!!"
"Anda saja tidak sopan, kenapa saya harus sopan?"
"Wanit-"
"Oma!"
Kedua wanita itu memusatkan perhatian pada sumber suara. Dimana sosok Allarick berdiri dengan tatapan dinginnya.
"Tolong jangan membuat keributan."
"Allarick!" Sabrina menatap cucunya tak percaya. "Apa yang wanita ini berikan?! Bisa-bisanya kamu membelanya daripada oma kamus sendiri!"
Azalea menatap tak minat pada perdebatan kedua orang di depannya. "Bisakah jangan berdebat di depanku?"
"Maaf sayang~"
"Pak, berhenti memanggil saya sayang!"
"Allarick! Jauhi wanita ini!" titah Sabrina. "Oma tidak mau tahu! Jauhi dia dan oma akan menjodoh-"
"Dia hamil, dia mengandung anakku. Pewaris Maheswara."
Sabrina maupun Azalea melotot mendengar ucapan Allarick barusan.
Azalea menghela napas kasar. Apalagi rencana Allarick? Kenapa pria ini suka sekali melibatkan dirinya dengan hal-hal aneh? Tidak bisakah yang normal-normal saja?
Tanpa di duga Sabrina langsung menghampiri Azalea dan memegang kedua bahunya. "Benarkah? Kau sedang mengandung cucu buyutku?"
Azalea mendadak bodoh seketika. Ia melihat Allarick yang mengangguk kecil padanya. Akhirnya ia pun mengangguk pelan.
"Astaga! Kenapa tidak bilang dari tadi? Ya ampun, oma minta maaf. Tidak seharusnya oma berdebat denganmu, kau pasti tertekan kan? apa perutmu baik-baik saja? Apa kau merasakan sesuatu?"
Azalea hanya tersenyum kikuk dicecar berbagai pertanyaan dari Sabrina. Belum lagi wanita tua itu sibuk mengelus perutnya membuat ia sedikit geli.
"Tapi tunggu, Kenapa tadi kau menolak saat Allarick memanggilmu sayang?" tuding Sabrina.
"Itu karena kami sedang bertengkar kecil. Dia marah karena aku tidak menurutinya," jelas Allarick.
Sabrina terkekeh kecil. "Memangnya apa yang dimintanya?"
"Rujak pinggir jalan."
Ekspresi Sabrina berubah datar, ia menghampiri Allarick dan menjewer telinga cucunya itu. "Kau ini! Itu namanya mengidam! Bodoh sekali! Ayah macam apa kau?!"
Oke sekarang Allarick menyesal dengan ucapannya. Sepertinya Sabrina akan lebih sering menjewer nya seperti ini. Jika sudah begini? Apa yang harus mereka lakukan?
"Baiklah, oma ke bawah dulu." namun tiba-tiba ia berbalik dan menatap Azalea, "Oma belum tahu namamu, siapa namamu sayang?"
"Azalea."
Sabrina mengangguk dan tersenyum, "Baiklah. Lea jaga cucu buyut oma dengan baik oke, jangan sampai kau dan dia kenapa-kenapa."
Setelah mengucapkan itu, Sabrina pergi dari kamar Askara meninggalkan Allarick dan Azalea yang menghela napas lega.
"Sekarang bagaimana? Bapak menciptakan sandiwara baru!" Azalea menyilangkan tangannya di dada.
Allarick ikut menyilangkan tangannya di dada, "Apanya yang bagaimana? Bukankah kita tinggal menikah? Dan masalah selesai."
"Saya minta maaf. Ini salah satu cara agar oma tidak menjodohkan saya. Begini saja..." Allarick maju mendekati Azalea. "Menikah dengan saya, dan jadilah nyonya Allarick di rumah ini."
"Memangnya apa keuntungan yang saya dapatkan selain itu?" tantang Azalea tersenyum.
"Kekuasaan, nama baik, kekayaan, bahkan kamu bisa melakukan apapun dengan menjadi istri saya."
"Kalau begitu bapak bisa membantu saya menyingkirkan dua manusia laknat itu?"
"Jika kamu yang meminta, apapun itu akan saya lakukan dengan senang hati." Allarick menarik pinggang ramping Azalea membuat posisi mereka sangat dekat bahkan bersentuhan. "Jadi, kapan kita menikah?
Azalea tersenyum sambil memainkan jakun milik. bisnya itu, "Secepetnya tuan Allarick~" lirih namun bisa membuat Allarick mengerang.
"Kamu mulai berani?"
"Why not? Apa yang aku takutkan?"
Allarick terkekeh. Memang wanita unik. "Tidak takut saya akan melakukan sesuatu padamu?"
"Sesuatu seperti apa heem~?" bisik Azalea.
Cup
Kecupan singkat Allarick berikan di bibir sekretarisnya itu. Namun belum sempat ia menjauhkan kepalanya, Azalea kembali menempelkan bibir mereka.
Mendapatkan lampu hijau, Allarick tersenyum smirk di sela kegiatan mereka. Tentu saja ia tak menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
Ciuman mereka terlepas. Allarick menyatukan keningnya dengan kening Azalea. "Siap menjadi nyonya Allarick~?"
"Of course Mr. Allarick~"
...*****...