Shasy yang sudah menjalani pernikahannya selama dua tahun,harus menabahkan hatinya saat sang mertua dan kerabat menghinanya Mandul. Karena keadaan yang membuatnya stres dan merasa tersakiti. Sashy yang sedang kalut dan rapuh memilih untuk bersenang-senang bersama temannya. Hingga dirinya terjebak dengan pria yang membuatnya melampiaskan amarah dan kecewanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Ting
Di tengah perjalanan ponselnya berbunyi, Sashy melihat notif pesan yang ternyata dari Arga.
"Sayang pertemuan klien dari kota M, di majukan nanti malam. Kebetulan beliau ada di Jakarta. Kamu bisa temani saya."
Bukan sebuah pertanyaan, melainkan sebuah tugas dan harus Sashy iyakan.
"Ada apa nak?" Tanya Bu Halimah.
Sashy menoleh dan kembali menaruh ponselnya, lalu kembali menjalankan mesin mobilnya dan kembali fokus mengemudi.
"Ini Bu, pak bos minta bertemu kliennya dimajukan, dan Sashy harus datang." Sashy menghela napas. "Padahal Sashy sudah membuat jadwal di hari libur ini, tapi pekerjaan selalu yang menjadi kendalanya." Gumamnya mengeluh.
Bu Halimah menyentuh pundak Sashy dan tersenyum. "Selagi kamu mampu, lakukanlah nak, diluar sana banyak orang yang ingin bekerja tapi tidak bisa. Alhamdulillah kamu mendapatkan pekerjaan yang baik."
Sashy tersenyum, ibunya benar. Seharunya dia bersyukur bukan.
"Iya Bu, Terima kasih. Sudah mengingatkan."
Pada akhirnya setelah seharian berbelanja, malam hari Sashy harus kembali bekerja. Wanita itu menggunakan celana panjang kulot dan atasan blouse. Bukan gaun malam yang terlihat mewah dan anggun, karena kliennya kali ini bukan orang licik seperti Tuan Robin.
"Maaf menunggu lama." Arga membukakan pintu untuk Sashy.
Sashy duduk dikursi sebelah kemudi, memasang sabuk pengaman, Sashy duduk dengan tenang.
"Apa aku menganggu waktu mu?" Tanya Arga sambil mengemudikan mobilnya.
"Tentu saja, ini hari Weekend pak, banyak hal yang sudah saya bayangkan di hari libur. Tapi anda lagi-lagi mengacaukannya." Gerutu Sashy.
Meskipun begitu ia tidak benar-benar kesal ataupun marah. Sashy hanya ingin melihat seperti apa reaksi Arga.
"Sorry, Mirza sedang di luar kota. Jadi aku hubungi kamu." Arga sesekali melirik Sashy dari samping.
"Sebagai gantinya kamu boleh minta apapun," ucap Arga sungguh-sungguh.
Sashy melirik sekilas, namun otaknya sedang berpikir.
Setelah beberapa saat keduanya sampai disebuah restoran. Sashy dan Arga berjalan beriringan, jika dilihat mereka adalah pasangan yang sangat cocok dan serasi. Cantik dan tampan.
"Sebelah sana!" Tunjuk Arga pada meja disebelah sudut dimana letaknya dekat dengan dinding kaca sehingga mereka yang duduk disana bisa menikmati pemandangan lampu malam.
"Selamat malam Arga." Sapa klien wanita lebih dulu.
Sashy mengerutkan keningnya melihat sosok wanita yang menggunakan stelan formal. Dan sepertinya Sashy tidak asing dengan wanita ini.
"Malam Hilda. Kau sudah lama?" Tanya Arga basa basi.
Wanita bernama Hilda tersenyum, senyum manis namun membuat Sashy justru kesal.
"Belum, aku baru sampai." Hilda melirik wanita di sisi Arga. Dan Arga yang menyadari tatapan Hilda pun mengenalkan.
"Dia asisten ku, selain Mirza."
Sashy yang di perkenalkan mengulurkan tangannya, bentuk sebuah perbuatan yang profesional.
"Sashy Nona, asisten pak Arga."
Hilda mengangguk, "Hilda, rekan kerja dan teman Arga." Ada sebuah kata penekanan di akhir kalimat. "Bukan seperti itu Arga?" Tatapannya mengarah pada Arga yang terlihat biasa saja.
"Ya," Jawab pria itu singkat.
Ketiganya duduk bersma, Sashy duduk dengan tenang namun lirikan matanya tak biasa terhadap wanita yang ternyata ia lihat di foto yang pernah Mirza kirimkan.
"Arga, aku sudah memesankan makanan kesukaan kamu, aku pikir kamu datang sendiri jadi aku hanya memesan untuk kita berdua." Hilda tampak menunjukan raut tak enak. Namun hanya Sashy yang melihat tatapan sinis wanita itu padanya.
"Tidak apa Nona, saya bisa pesan apa saja. Bukan begitu pak Arga." Sashy tentu saja ingin menunjukan kedekatannya dengan Arga, bukan hanya wanita itu saja.
"Em, kamu boleh pesan apa saja." Balas Arga tersenyum tipis kearah Sashy. Dan hal itupun tak luput dari mata Hilda yang tiba-tiba merasa ikut kesal.
"Arga, sebelum membahas pekerjaan. Apa yang kamu lakukan setelah pulang dari kota M waktu itu. Terus terang aku justru tidak bisa melupakan perjalanan bisnis kita waktu itu." Hilda mencoba menarik perhatian Arga.
"Tidak ada, bekerja seperti biasanya apa lagi." Jawab Arga singkat padat dan jelas. Bahkan pria itu menjawab tanpa ekspresi.
"Kalau aku tentu saja-"
"Maaf pak, anda tidak makan daun bawang." Sashy mencela saat melihat di makanan Arga terdapat taburan daun bawang.
"Em, terima kasih." Ucap Arga saat Sashy megambil daun bawang itu dari atas piringnya.
"Maaf Nona, lain kali jangan pesankan makanan yang ada daun bawangnya, pak Arga alergi." Ucap Sashy dengan tatapan tajam.
Hilda yang di tatap seperti itu merasa semakin kesal, "Maaf Arga, aku tidak tahu. Aku pikir kamu sudah tidak apa-apa dengan daun bawang." Ucap Hilda dengan tatapan bersalahnya.
"No problem, Sashy sudah menyingkirkannya, jadi aku bisa makan."
Arga makan dengan santai, begitu juga dengan Sashy. Tidak ada yang berlebihan di antara keduanya. Hanya saja rasa tidak suka dan seperti menjadi pesaing membuat kedua wanita itu tampak melayangkan tatapan tajam.
Dan Arga sendiri menyadari hal itu, wanitanya tidak pernah seposesif ini saat bekerja dengan luar bertemu dengan klien. Tapi entah kenapa malam ini Sashy seperti wanita yang sedang melindungi miliknya agar tidak di ambil wanita lain. Diam-diam Arga tersenyum dalam hati, melihat Sashy yang cemburu justru terlihat menggemaskan.
"Ternyata seperti ini kalau berhadapan dengan klien wanita, pantas saja banyak pria terlibat perselingkuhan dengan rekan bisnis, jika rekan wanitanya seperti ini, aku yakin banyak wanita yang cepat menjada." Keluh Sashy dalam hati.