NovelToon NovelToon
PENGHIANATAN SANG ADIK

PENGHIANATAN SANG ADIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mengubah Takdir / Pelakor jahat
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ristha Aristha

Ariana harus menerima pukulan terberat dalam hidupnya, ketika suaminya ketahuan selingkuh dengan adiknya. Siapa yang mengira, berkas yang tertinggal suatu pagi membawa Ariana menemukan kejam suatu perselingkuhan itu.
Berbekal sakit hati yang dalam, Ariana memutuskan untuk pergi dari rumah. Namun dibalik itu, dia secara diam-diam mengurus perceraian dan merencanakan balas dendam.

Apakah Ariana berhasil menjalankan misi balas dendamny??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PANGGILAN DARI RUMAH

Aku menoleh ketika mendengar suara dari arah belakang. "Maaf saya terlambat".

Kenzi dan aku saling melirik, mencari kepastian satu sama lain. Pria yang baru datang itu terlihat lebih muda dari Kenzi, dan kami sama-sama terdiam, bingung mau bicara apa.

"Apakah kalian sudah menunggu lama?" Tanyanya lagi, mencoba mengurai keheningan yang canggung.

Pria itu tampak sadar akan kebingungan kami. "Ah, saya Senja. Kalian dari penerbit Bintang, kan?"

Mendengar nama itu, aku langsung tersadar. Bukan berarti aku lupa, tetapi aku tidak menyangka dibalik pria yang bernama Senja adalah seseorang yang terlihat sangat mudah, jauh dari bayanganku tentang seorang pria gondrong dengan vibe anak Senja.

""Ah, benar". Jawabku cepat. "Silahkan duduk ". Aku menunjuk kursi kosong didepan kami, mempersilahkan Senja untuk duduk disana.

Senja tersenyum dan menarik kursi, duduk dengan tenang dihadapan kami. "Terimakasih!" Ucapnya sambil mengatur posisi duduk.

Aku dan Kenzi saling pandang lagi, seolah mencari isyarat untuk siapa yang akan mulai berbicara. Akhirnya aku yang membuka pembicaraan. "Jadi, Senja, kami sangat tertarik dengan naskah yang kamu kirimkan. Ceritanya sangat unik dan menarik ".

Senja tersenyum penuh semangat. "Terimakasih, saya senang mendengarnya. Ini adalah proyek yang sangat personal bagi saya", katanya. "Tapi, bisakah kita berbicara santai saja? Sepertinya saya yang paling muda disini".

Aku mengangguk. "Kalau begitu, kamu juga bisa berbicara santai dengan kami".

Anggukan setuju segera diberikan anak muda di depanku. "Baik, kak".

"Kak?" Aku sedikit terkejut meskipun senang.

"Ya, kakak masih terlihat muda untuk dipanggil ibu".

Aku ingin tertawa mendengarkan, apalagi kulihat Kenzi merasa sedikit canggung karena Senja seperti sedang menyindir, meski nyatanya itu tidak benar.

Tak mau keluar jalur, aku kembali pada topik utama pembahasan sore ini. "Begini, Senja. Sebelumya selamat karena naskah kamu terpilih menjadi novel eklusif untuk bulan depan. Jadi, kami disini ingin memberikan arahan terkaitnya plot dan yang lainnya".

Dihadapan kami, Senja mengangguk dengan penuh antusias. "Tentu, saya akan dengerin semua saran dan masukan yang kakak berikan".

Kemudian aku melanjutkan, Suaraku terdengar lebih tenang. "Kita suka dengan gaya menulis kamu yang segar dan plot yang inovatif. Tapi ada beberapa bagian yang kita rasa bisa diperbaiki ".

"Contohnya dibagian, klimaks cerita", tambahku. "Kamu rasa ada sedikit penyesuaian untuk membuatnya lebih dramatis".

Senja mengangguk lagi, terlihat sungguh-sungguh memperhatikan. "Baik, kak. Saya terbuka untuk semua saran. Saya juga merasa bagian itu bisa di perkuat lagi".

Kami bertiga mulai terlibat dalam diskusi yang semakin hangat dan produktif. Rada canggung yang tadi sempat ada, perlahan mencair dengan sendirinya. Senja semakin menunjukkan antusiasme dan rasa ingin tahunya, membuat suasana pertemuan menjadi lebih hidup.

"Selain itu, kami juga berpikir kalau toko utama perlu sedikit lebih banyak perkembangan karakter. Bagiamana menurutmu?" Tanyaku sambil menatap Senja dengan serius.

"Iya, saya setuju. Saya juga merasa ada yang kurang dibagian itu", jawab Senja sambil mencatat sesuatu di buku kecilnya.

Diskusi berlanjut dengan penuh semangat, diselingi dengan tawa dan candaan ringan. Pertemuan ini tidak hanya membahas tentang naskah, tetapi juga tentang visi dan misi sebagai editor dan penulis. Kami saling bertukar ide, membangun hubungan yang lebih akrab dan profesional.

Setelah semua saran dan masukan di sampaikan, kami mengakhiri pertemuan dengan rasa puas.

"Terimakasih atas waktunya, Senja. Kami yakin novel kamu akan sukses besar". Kataku sambil tersenyum.

Senja kembali melemparkan senyuman. Setelah masing-masing dari kami mengucapkan terimakasih, kami memutuskan untuk mengakhiri pertemuan kali ini.

"Ngomong-ngomong, kalian ini hanya rekan kerja saja, kan?" Tanya senja tiba-tiba.

Aku melirik Kenzi sebentar, lalu mengangguk mengiyakan. "Benar. Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

"Nggak", sambung Senja. "Apa itu berarti kamu jomblo, sekarang?"

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, aku sedikit terkejut. Meski setelahnya tetap memberikan jawaban dengan anggukan.

 "Ngomong-ngomong, kamu masih kuliah?" Tanyaku mencoba basa-basi.

"Betul, kak. Saya masih kuliah, tapi bulan depan udah 20 tahun. Jadi sebentar lagi saya udah dewasa ".

"Wah, selamat ", kataku, entah memberikan selamat untuk apa.

Lagi-lagi Senja mengangguk dengan semangat.

"Kalo gitu, saya permisi dulu, Kak. Ada kelas sore setelah ini".

"Iya, sekali lagi terimakasih. Hati-hati dijalan, dan semangat kuliahnya ", ujarku memberikan semangat, sekaligus mengakhiri obrolan santai diantara kita.

Setelah kepergian Senja, aku menghela nafas lega dan bersiap mengemasi barang-barang kedalam tas. Namun saat aku melihat ke samping, wajah Kenzi terlihat dilipat. Dia seperti bete terhadap sesuatu.

"Kamu Oke?" Tanyaku memastikan.

Kenzi menoleh dan mengangguk. Tetapi dia juga berujar, "Aku gak suka sama anak tadi. Tengil banget! Kenapa juga tanya-tanya Bu Riana masih jomblo atau tidak?"

Aku terkejut kecil. "Mungkin dia cuma penasaran, namanya juga anak remaja ", timpal ku sekenanya.

"Ya tapikan gak harus tanya-tanya soal personal kayak gitu. Lagian kenapa cuma Bu Riana yang ditanya?"

"Ah, jadi kamu cemburu karena gak ditanyai?"

Kenzi terlihat mendelik tidak terima. "Mana ada!" Katanya.

Aku menggeleng, merasa gemas dengan sisi kekanak-kanakan Kenzi barusan.

"Udahlah. Kita harus menjaga hubungan baik dengan penulis. Mending kita balik kantor, aku perlu mengirim laporan sebelum pulang".

...****************...

Setelah berkutat cukup lama dengan laporan yang akhirnya terselesaikan, aku meregangkan badan setelah menekan tombol kirim ke email Pak Julio.

Waktu menunjukkan pukul lima sore, saatnya untuk pulang. Beruntung, apartemenku tidak terlalu jauh dari kantor, dan mobil yang baru saja aku cuci kemarin masih terlihat bersih dan nyaman.

Aku melaju dengan tenang, hingga akhirnya tiba di Grand Place, sebuah kawasan apartemen mewah tempat aku tinggal berkat bantuan Kenzi yang memberikan harga murah.

"Bu Riana!"

Suara Kenzi membuyarkan lamunanku saat aku berpikir untuk mengucapkan terimakasih padanya.

"Kenzi", sapaku sambil tersenyum.

Melihat Kenzi tampil rapi, aku bisa menebak dia pasti ada acara penting setelah ini.

"Mau keluar?"

Kenzi mengangguk. "Ada acara keluarga", jawabnya. "Apa aku sudah keren, Bu?"

Aku mengangguk sambil mengacungkan dua jempol. "Kamu yang paling keren disini".

"Beneran?" Kenzi menyipitkan matanya.

"Aku yakin cewek manapun yang melihat kamu pasti klepek-klepek".

Kenzi tersenyum lebar.

"Kalau begitu, berlaku juga buat Bu Riana?"

Aku tertawa mendengarnya. "Ya, kalau kamu bilang begitu, mungkin iya. Tapi kamu harus menunggu lima tahun lagi ".

Kenzi memajukan bibirnya, tetapi sebelum dia sempat menjawab, ponselnya berdering didalam saku.

Dia mengecek pesan singkat dan kembali menatapku setelah menyimpan ponselnya kembali.

"Aku harus pergi, Bu Riana. Mama saya sudah menunggu".

"Ya, hati-hati ", ucapku sambil melambaikan tangan.

Senyumku masih terukir saat Kenzi pergi. Sementara aku memikirkan betapa dekatnya Kenzi dengan keluarganya, sesuatu yang jarang aku alami dalam hidupku.

Ponselku tiba-tiba berdering, menarik perhatianku. Layar menunjukkan nama Papa.

[Ariana. Malam ini bisakah kamu datang kerumah? Papa ingin bicara denganmu.]

Aku menatap layar ponsel dengan hati berdebar. Pikiranku melayang pada apa yang mungkin ingin Papa bicarakan. Tapi satu hal yang pasti, ini adalah undangan yang tak bisa aku abaikan.

1
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Ada apa dgn papanya Riana mungkinkah Riana mau dijodohkan !
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Sabar Riana semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan yg baik juga atasan yg baik juga yg bisa menghormati dan melindungi seorang wanita dari orang2 yg mau melecehkannya dan segera dapat pengganti Dimas.
Ma Em
makanya Riana kamu jgn lemah lawan Ayuna dan ibunya yg selalu menghina dan merendahkan mu Riana kalau kamu diam Ayuna dan ibunya makin menjadi tambah berani dia dan jgn dituruti kemauan mereka lebih baik cari kebahagiaanmu sendiri Riana tinggalkan orang2 yg tdk tau diri itu.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Semangat Riana kamu jgn patah semangat semoga kamu bisa melewati cobaan dgn legowo dan cepat lepaskan Dimas biarkan dia dgn Ayunda untuk apa Riana pertahankan lelaki mokondo yg cuma morotin uang kamu Riana, semoga Riana cepat move on dan aku berharap sih Riana berjodoh dgn Kenzi meskipun umurnya lbh muda dari Riana.
Ma Em
Bagus thor ceritanya aku langsung suka apalagi cerita perselingkuhan yg si istri yg diselingkuhin tdk bodoh dan berani melawan pada si suami dan pelakor .
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!