NovelToon NovelToon
CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pembantu / Pernikahan rahasia
Popularitas:36.2k
Nilai: 5
Nama Author: uutami

Sean, seorang Casanova yang mencintai kebebasan. Sean memiliki standar tinggi untuk setiap wanita yang ditidurinya. Namun, ia harus terikat pernikahan untuk sebuah warisan dari orang tuanya. Nanda Ayunda seorang gadis yatim piatu, berkulit hitam manis, dan menutup tubuhnya dengan jilbab, terpaksa menyanggupi tuntutan Sean karena ulah licik dari sang Casanova.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 25

"Udah, biar ajalah. Kita masih punya urusan lain. Biar saja pembantumu itu pulang sama pacarnya." Maura merengek.

"Nggak bisa! Kamu pulanglah sendiri."

Maura mendesah pelan, memajukan tubuhnya sampai begitu mepet, jemarinya menyentuh dada Sean dan bermain-main disana, berharap bisa membangkitkan gairah lelaki itu.

"Apa kamu tidak ingin, huumm?" tanyanya sangat pelan dan lembut, wajahnya begitu dekat di leher Sean, untuk tujuan yang sama.

"Tidak," jawab Sean datar, melepas tangan dan mendorong tubuh Maura menjauh. Tiba-tiba saja ia merasa sangat risih dengan wanita itu.

"Jadi, kamu mau pulang sama pembantumu itu?" Maura merajuk, tak terima Sean malah melepaskan diri darinya. Rencananya menguasai Sean malam ini sepertinya tak berhasil.

"Kami searah, serumah. Kamu tidak."

"Kalau begitu, sekalian saja aku ikut balik ke rumahmu. Aku bahkan tak tau rumahmu, kamu nggak pernah mengijinkanku datang."

Maura cemberut, namun masih berusaha dengan manja memeluk lengan Sean.

"Ayolah, biarkan kali ini aku nginap dirumahmu, ya?" Bujuk Maura lagi.

Sean menarik tangan dari pelukan wanita cantik di sampingnya.

"Aku udah pesankan taksi, tuh udah datang!" Sean menunjuk mobil Avanza hitam yang berhenti tepat di depan mereka. Membuat Maura kecewa dan semakin cemberut.

"Sean, ayolah," bujuk Maura dengan wajah memelas.

"Masuk!"

Sean mendorong lembut tubuh Maura sampai masuk ke dalam mobil.

"Aku udah membayar lewat aplikasi," ucapnya menutup pintu.

Kaca pintu mobil turun, wajah Maura menyembul dan tampak sendu.

"Sean, tak bisakah..."

"Dah!" Sean melambai tanda tak ingin dengar bujukan lain. "Jalan, mas!" perintahnya pada sang driver.

Maura masih menatap dengan pandangan tak rela meski mobil yang ditumpanginya mulai bergerak maju.

Yang ditatap justru mengabaikan, melirik ke belakang, di sana juga ada sepasang kekasih yang tengah menikmati kebersamaan memindahkan belanjaan dari troli ke bagasi mobil milik Sean.

Ya, karena merasa kesal Irham memperlakukan Nanda begitu manis, dan ikut membawakan barang belanjaan. Sean menyodorkan sebuah troli dan meminta membawa dengan itu. Namun, rupanya malah semakin lengket saja dengan mendorong kereta belanja berdua, dan itu sukses membuat Sean kepanasan. Kenapa? Ia sendiri tak tau.

"Sudah cukup!"

Sean menarik lengan Nanda menjauh dari Irham padahal barang-barang belum semuanya berpindah ke bagasi. Nanda menatap protes, berpindah dari mata Sean ke lengannya. Sebagai isyarat agar dilepaskan, ia tak mungkin menyebutkan nominal harga di depan Irham.

"Masuk!" perintah Sean melepaskan tangan.

"Aku selesai dulu, masih ada yang belum masuk bagasi."

"Bandel banget sih, tinggal masuk aja," geram Sean menarik sekali lagi lengan Nanda.

"Apa tak bisa memperlakukannya dengan lebih manusiawi?" hardik Irham merasa Sean sudah kelewatan memperlakukan Nanda.

Sean menatap Irham tajam, walau merasa sedikit gentar mengingat Sean adalah bosnya juga di kantor, tetapi, Irham juga tak bisa hanya diam saja melihat Nanda diperlakukan semena-mena seperti itu.

"Dia memang hanya pembantumu, tapi, tolong jangan terlalu kasar."

Sean tersenyum miring. "Jangan mengajariku bagaimana memperlakukan. Waktu terus berjalan, dan masih banyak pekerjaan yang belum selesai."

"Itu bukan salahnya, wanitamu yang terus berkeliling dan menghabiskan waktu. Kenapa malah melampiaskan padanya?"

Sean tertawa tanpa suara, berjalan selangkah menunjuk dada pria yang bertubuh lebih rendah darinya.

"Kau orang luar, jangan ikut campur," ucapnya penuh penekanan.

Mata beradu, sama-sama menyimpan amarah di dada.

"Mas." Nanda menyentuh lengan Irham hingga membuat lelaki itu memutus pandangan dan beralih padanya.

"Terima kasih, aku tidak apa-apa," ucap gadis manis itu menarik lagi tangannya dan tersenyum. Senyum yang membuat dada seseorang bergetar hebat. Seseorang, atau malah mungkin dua orang?

Irham menatap lekat Nanda, lalu ikut tersenyum meski mata itu tak bisa berbohong. Jelas terpancar rasa cemas dan tak tega bersamaan. Sedangkan mata seorang yang lain terbakar api cemburu melihatnya. Entah mata milik siapa itu.

"Ya sudah, kalau sudah sampai di rumah kabari Mas," ucap Irham mengusap kepala Nanda. Lalu menyingkir sendiri setelah memasukkan kantong belanjaan terakhir ke bagasi.

"Masuklah."

Sean berdecih, di dalam dada bidangnya telah membara sesuatu yang tak bisa ia jabarkan dan enggan di akui. Melangkah lebih dulu masuk kedalam mobilnya.

"Makasih ya Mas."

Irham mengangguk, "Masuklah, nanti majikanmu marah lagi," ucapnya tak ingin membuat Nanda terkena masalah nantinya walau ia sangat ingin membawa Nanda pergi. Tetapi, ia sadar tak akan mampu melawan bosnya sendiri.

Irham melambaikan tangannya dengan senyum yang sangat tulus untuk sang wanita. Nanda pun yang telah duduk di jog depan sengaja menurunkan kaca mobil di sisinya. Membalas lambaian tangan Irham disetai senyuman.

Bara di dada belum padam, sudah disiram lagi hingga membuat makin menyala. Sean menekan tombol dari duduknya, menutup kaca hingga pandangan Nanda terputus dan mengunci agar gadis itu tak bisa menurunkan lagi.

Tak perduli dengan tatapan protes gadis hitam manis di sisi. Sean melajukan kendaraannya keluar dari parkiran mal.

Dinginnya AC kendaraan kuning itu tak cukup mendinginkan hati yang tengah membara. Ditambah Nanda yang cuek saja berbalas pesan dengan orang yang Sean yakini itu Irham. Apalagi, sesekali gadis itu tersenyum menatap gawainya.

Nanda menoleh, menggeleng pelan kala melihat Sean sedari tadi uring-uringan, menggerutu dan menekan klakson berkali-kali. Amarahnya ia lampiaskan pada para pengendara dijalan, entah yang menyalip, menyebrang, ataupun yang terlalu pelan didepan. Tetapi, Nanda juga enggan berkomentar, biarlah Sean uring-uringan sendiri. Ia memilih sibuk dengan gawainya.

"Apa sih senyum-senyum sendiri, kek orang gila aja," celetuk Sean yang tak tahan dengan penasaran yang mendera.

Nanda terkekeh sendiri, tanpa mengalihkan pandangan dari gawainya. Semakin membuat Sean kesal, merasa diabaikan sekali lagi menekan klakson dan menggerutu. Bukan pada Nanda, tetapi pada pengendera sebagai jalannya melampiaskan amarah.

Sesampainya di rumah sudah gelap, Nanda langsung ke belakang mengambil belanjaan. Namun, pegangan pada kantong mengenai ruas jarinya yang lecet. Hingga, reflek mengaduh.

"Aduh." Memegangi tangannya, mengusir rasa perih ditangan dengan sejenak diam memejamkan mata. Saat mata itu terbuka, dan ia siap mengangkat semua belanjaan, Sean sudah lebih dulu membawanya. Begitu saja, tanpa sisa, tanpa suara, meninggalkan sesuatu yang berdesir pelan di dada Nanda.

Menutup bagasi, berjalan menyusul lelaki berkaus putih yang tak terlihat lagi. Langkah kaki Nanda baru sampai di ruang depan, Sean pun tampak keluar dari dalam. Tertegun, dengan menggenggam sesuatu.

"Duduk!" perintahnya pelan.

"Aku lelah."

"Duduk," ucap Sean kali ini lebih lembut lagi.

Rasanya enggan, tangan Nanda masih terasa berdenyut dan perih oleh beban belanjaan yang dengan tega Sean limpahkan padanya tadi. Ia melangkah tanpa perduli, melewati Sean begitu saja.

Tangan gadis itu tertahan. Ia tau Sean lah pelakunya.

"Dua puluh lima ribu," ujarnya mencoba menarik tangan, namun, genggaman Sean terlalu kuat untuk dihempas.

"Duduk!"

"Ah, aku lupa, masih ada lima puluh ribu yang terlewat tadi di parkiran mal."

"Duduk!"

Nanda bergeming, rasanya lelah sekali meladeni pria egois di depannya. Sean menatap lekat gadis yang melihat lurus kedepan dan masih berkeras hati itu. Menariknya paksa hingga terduduk di sofa.

"Bayarannya berubah jadi tiga ratus lima puluh ribu," cetus Nanda yang masih enggan menatap Sean. Ia benar-benar lelah sekarang, rasa perih ditangan masih berdenyut dan enggan pergi, membuatnya semakin marah saja.

Masih berhak kah ia marah? Apa ia akan dikatai baper lagi? Apa nama rasa perih yang menjalar hingga ke ulu hati ini, jika begitu?

1
Nur Adam
lnjut
azalea_lea
hahaaa malu yaa kamu maura
dah tau sean udah muak sama kamu udah dblokir pula ehhh PD bgt sok nlpon2
🤭👍🌹❤🙏
Uthie
Wahhh.. makin seruuuu niii 👍😜😆😆
Uthie
emang Nanda separah itu apa yaaa 😂😂😂
Uthie
selalu ikut baper dehhh baca soal mereka 😍😍😍😍😍
Uthie: yupppi 👍😘🤩
Cinta_manis: ouuuccchhh, makasih, ikut baper kaaannnn
total 2 replies
Asyatun 1
lanjut
Cinta_manis: oke ka. makasih udah komen 😊
total 1 replies
azalea_lea
hahaa ada yang panas tapi bukan api
sean siap siap otakmu dipenuhi nanda nanda dan nanda 🤣🤣
Cinta_manis: makasih, moga suka ya 😊🥰 seneng dapat penyemangat gini 😊
azalea_lea: lanjut makin seru tho... 👍👍🌹❤🙏😍r
total 3 replies
Asyatun 1
lanjut
Cinta_manis: okey ka. makasih 😊
total 1 replies
Desmeri epy Epy
lanjut thor
Cinta_manis: okey ka
total 1 replies
Uthie
Hahahaa.....bikin panas terus si Sean thorr 💪😆😆😆
Cinta_manis: iya ka 😅
total 1 replies
Uthie
Cieeee.... 😁😁😁
Asyatun 1
lanjut
Uthie
Casanova lagi ketulah omongan nya sendiri... yg gak bakal tertarik sama Nanda 😜😆😆
Nur Nuy
lanjut seruuu
Uthie
hahahaa... terkena sihir kan. kamu Sean 😜😆😆
Cinta_manis: 😅😅😅😅😅😅
total 1 replies
Desmeri epy Epy
lanjut
Cinta_manis: siap dilanjutkan kaka
total 1 replies
Desmeri epy Epy
lanjut thor
Cinta_manis: sudah dilanjut Kaka 🥰
total 1 replies
Asyatun 1
lanjut
Uthie
makin panas.. makin seruuuu 👍
Uthie
Nahhh... gitu donggg 😀👍👍

biar tau rasa tuhhh si Seannn 😝😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!