Ganhia Wijaya, seorang gadis cantik yang penurut dan pekerja keras, hidup dengan tenang di bawah naungan keluarganya yang sederhana. Namun, kedamaian itu hancur ketika ayahnya terjerat utang besar kepada Tuan Danendra Mahendra, seorang pengusaha muda yang kaya raya namun terkenal dengan sifatnya yang dingin dan sombong. Demi menyelamatkan bisnis keluarganya yang hampir bangkrut, ayah Ganhia memaksa putrinya untuk menikah dengan Danendra, meski hatinya menolak.
Akankah mereka menemukan kebahagiaan di tengah pernikahan yang dilandasi oleh sebuah kontrak yang penuh tekanan?
yuk mampir yuk di karya pertama aku🙏😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merlin.K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyelidiki Latar Belakang Ganhia
Pagi datang tanpa ampun. Saat Tuan Danendra berangkat kerja, Ganhia hanya bisa berdiri di dekat pintu, menatapnya pergi tanpa bisa berbuat apa-apa. Tidak ada kata-kata yang terlontar dari mulutnya. Tidak ada pertanyaan yang bisa ia ajukan. Ia hanya harus menerima kenyataan bahwa ia harus hidup sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pria itu.
Setelah Tuan Danendra pergi, Ganhia kembali ke kamar untuk merapikan tempat tidur atau lebih tepatnya, merapikan sofa tempat ia tidur semalam. Setiap gerakan yang ia lakukan terasa begitu kaku, seperti sebuah rutinitas yang tak bisa ia hindari. Semuanya harus sempurna, tidak ada ruang untuk kesalahan. Tidak ada ruang untuk perasaan atau keinginan pribadinya.
Hidupnya kini berada di bawah kendali Tuan Danendra, dan ia tahu bahwa tak ada jalan keluar. Apa yang bisa ia lakukan selain menerima setiap perintah yang diberikan? Ia harus menunggu, menuruti setiap kata yang keluar dari mulut Tuan Danendra, meskipun perasaan dalam hatinya semakin hancur.
Seiring berjalannya waktu, Ganhia mulai belajar bahwa kamar ini bukan hanya tempat tinggal, tapi juga sebuah simbol dari pernikahan mereka sebuah ruang yang diatur oleh kekuasaan dan aturan, di mana ia hanya bisa mematuhi.
Tanpa ingin berlarut-larut Ganhia bergegas ke kamar mandi dan membereskan semua bekas peralatan mandi yang di gunakan Danendra dan sekalian untuk membersikan diri.
Setelah itu Ganhia mencari koper yang di bawah kemarin untuk mencari baju ganti sebenarnya sudah tersedia baju di ruang ganti tetapi Ganhia tidak pantas dan itu bukan miliknya karena dirinya hanyalah seorang pelayan.
Ganhia turun kebawa dan mengayunkan langkanya ke arah taman belakang.
"wah ternyata Rumah keluarga Mahendra memiliki taman yang luas dan indah, sebesar apa kekayaan mereka?"
Saat Ganhia melangka lebih dekat ada seorang pelayan disana menyiram bunga dan menyapa Ganhia.
Selamat pagi nona Muda sambil pelayan itu sedikit menunduk...
Tidak perlu sungkan panggil saja Nhia seperti keluargaku memanggilku... tak lupa Ganhia tersenyum kepada pelayan itu.
pelayan itu sedikit mengangkat kepalanya dan terkejut dengan perkataan Ganhia.
Eh tidak nona kami harus memanggil istri Tuan kami dengan nona Muda juga itu adalah rasa hormat kami.
Siapa namamu? Tanya Ganhia
Nama saya Sumiati nona panggil saja Sumi..
Apa aku boleh kesana Sumi?
Eh silakan nona.. Sumi sedikit bergeser dan memberikan jalan kepada Ganhia
Anda sangan sopan nona bahkan kepada pelayan sekalipun. Apa sifat nona yang ramah dan rendah hati membuat Tuan Muda menikahi anda nona dan sudah tidak menunggu lagi wanita itu, gumam Sumi.
Pagi itu, seperti biasa, Tuan Danendra Mahendra tiba tepat waktu di kantor pusat Mahendra Group. Begitu mobil hitam yang mengantarnya berhenti di depan gedung megah yang bertuliskan besar "Mahendra Group," suasana langsung berubah menjadi lebih serius. Beberapa karyawan yang sedang berada di luar, baik yang baru datang atau yang sedang keluar untuk merokok, seketika diam dan memperhatikan dengan penuh kekaguman. Mereka tahu, seperti biasa, Tuan Danendra datang dengan aura yang tak bisa diabaikan. Pemilik dan CEO perusahaan yang sangat sukses ini selalu menghadirkan ketegangan dan rasa hormat dalam setiap langkahnya.
Tuan Danendra keluar dari mobil, mengenakan jas hitam rapi yang mengilap, dan berjalan cepat menuju pintu masuk gedung tanpa menoleh ke kiri atau kanan. Wajahnya yang dingin dan tanpa ekspresi membuat siapapun yang melihatnya merasa tak berani untuk menyapa. Hanya suara langkah kaki yang terdengar di lantai marmer gedung yang mewah itu. Para karyawan yang ada di sekitar hanya bisa memperhatikan dengan tatapan penuh kekaguman—terutama pada pria muda yang terlihat begitu berwibawa dan penuh dengan ketegasan.
Di dalam gedung, setiap langkah Danendra seperti memberikan rasa takut sekaligus hormat. Ia adalah simbol dari kesuksesan dan kekuatan, yang membuat semua orang merasa bahwa mereka hanya ada untuk memenuhi ekspektasi yang sangat tinggi. Begitu sampai di depan lift, seorang petugas segera membuka pintu untuknya tanpa berbicara sepatah kata pun. Tuan Danendra melangkah masuk ke dalam lift, diikuti oleh Dirga yang selalu setia di belakangnya. Seperti biasa, Dirga tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun sampai diperintah oleh tuannya.
Setelah pintu lift tertutup, suasana di dalamnya tetap hening, hanya terdengar suara detak jam yang berada di pergelangan tangan Danendra. Dirga berdiri di sampingnya dengan sikap yang selalu waspada. Tidak ada yang berani mengganggu atau berbicara lebih dulu. Semua tahu, Danendra tidak suka berbicara kecuali untuk memberi perintah.
Namun, setelah beberapa detik, Danendra akhirnya membuka mulut dengan suara yang datar namun tajam.
"Dirga," katanya, memecah keheningan.
"Ya, Tuan," jawab Dirga dengan segera, menatap ke depan, tetap menjaga profesionalisme.
"Saya ingin kamu menyelidiki latar belakang gadis itu ," perintah Danendra dengan nada tegas. "Cari tahu segala hal tentang keluarganya, latar belakangnya, dan bagaimana dia bisa terikat dalam pernikahan ini. Jangan biarkan ada yang terlewat."
Dirga mengangguk, menyadari betapa pentingnya perintah ini. "Baik, Tuan. Saya akan segera mengurusnya." Jawab Dirga, bersiap untuk menjalankan tugas yang diberikan tanpa banyak bicara.
Tuan Danendra menatap ke depan, wajahnya tetap dingin dan tidak menunjukkan ekspresi apapun. Namun, dalam pikirannya, ia mulai memikirkan banyak hal tentang Ganhia. Ia tidak pernah bertanya banyak tentang gadis itu hanya saja, setelah pernikahan yang berlangsung secara cepat dan tanpa banyak pertimbangan, rasa penasaran itu muncul. Tentu saja, dia tidak tertarik secara pribadi, tetapi sebagai bagian dari perjanjian yang terpaksa, mengetahui lebih banyak tentang Ganhia mungkin akan memberikan keuntungan tersendiri dalam mengatur jalannya kehidupan mereka selanjutnya.
"Jangan biarkan informasi apapun terlewat," tambah Danendra dengan suara yang semakin tajam. "Saya ingin tahu siapa dia sebenarnya. Setiap detail, setiap hubungan. Semua yang bisa membantu saya mengerti siapa dia."
Dirga kembali mengangguk dengan sigap, "Tentu, Tuan. Saya akan segera melaporkan hasilnya begitu saya mendapat informasi yang cukup."
Suasana kembali hening dalam lift yang naik ke lantai atas. Dirga tahu betul, tugas yang diberikan bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Tuan Danendra selalu ingin mengendalikan setiap aspek hidupnya—termasuk hal-hal kecil seperti latar belakang dari orang yang terikat dalam hidupnya melalui pernikahan kontrak ini. Meskipun tampaknya Tuan Danendra tidak tertarik pada Ganhia secara emosional, ia tetap ingin memastikan bahwa ia memegang kendali penuh atas situasi ini. Semua yang berkaitan dengan dirinya, harus jelas dan terkontrol.
Setibanya di lantai atas, pintu lift terbuka, dan Danendra melangkah keluar dengan keanggunan yang penuh kekuatan. Dirga mengikuti di belakangnya, siap untuk menjalankan perintah yang telah diberikan.
Sementara itu, di luar kantor Mahendra Group, para karyawan masih berbicara dalam bisik-bisik tentang kehadiran Tuan Danendra. Mereka tahu bahwa pria ini sangat teliti dan terorganisir dalam segala hal. Tidak ada yang bisa lolos dari pengawasan dan kendalinya. Namun, meskipun mereka semua menghormati Danendra, tetap saja ada rasa takut yang tak bisa dihindari ketika berada di dekatnya.
Hari itu, meskipun perintah yang diberikan kepada Dirga tentang Ganhia bukanlah sesuatu yang terlalu mencolok, namun itu menjadi titik penting dalam kisah hidup Ganhia dan Tuan Danendra. Tuan Danendra mungkin tidak menunjukkan perasaan yang lebih mendalam terhadap pernikahan ini, namun ia tetap ingin tahu segalanya tentang gadis yang terpaksa ia nikahi demi alasan bisnis dan utang keluarga.
ternyata hanya untuk di panggil
sayang....
lanjut thor ceritanya
sedikit demi sedikit
telah tumbuh
lama" buanyak
dan bucin...
lanjut thor ceritanya