Zahira Maswah, siswi SMA sederhana dari kampung kecil yang jauh dari hiruk-pikuk kota, hidupnya berubah total saat ia harus menikah secara diam-diam dengan Zayn Rayyan — pria kota yang dingin, angkuh, anak orang kaya raya, dan terkenal bad boy di sekolahnya. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena keadaan yang memaksa.
Zahira dan Zayn harus merahasiakan pernikahan itu, sampai saatnya tiba Zayn akan menceraikan Zahira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Zahira menghamparkan tikar kotak-kotak coklat di lantai ruang makan. Di atasnya, ia menata dua piring nasi hangat, semangkuk sayur sop yang masih mengepul, dan sepiring ayam goreng kecokelatan yang renyah. Aroma bumbu yang harum memenuhi ruangan kecil itu.
Zayn duduk menyilang santai, mengenakan kaos putih polos dan celana training abu-abu. Rambutnya masih sedikit basah sisa wudhu tadi. Ia menatap makanan yang terhidang di depannya dengan ekspresi datar, tapi matanya bergerak ke arah Zahira yang tengah mengambil dua gelas air putih dari dapur.
“Nah, udah lengkap,” ujar Zahira sambil meletakkan gelas di depan Zayn, lalu duduk di seberangnya.
Zayn hanya mengangguk kecil. Ia mengambil sendok, mengaduk nasi dengan ayam gorengnya, lalu mulai makan. Zahira juga mulai menyuap nasi perlahan, sesekali meniup karena kuah sopnya masih panas.
Selama beberapa menit, hanya suara sendok bertemu piring yang terdengar. Tapi Zayn tiba-tiba membuka mulutnya, “masakanmu enggak keasinan."
Zahira mengangkat alis. “Hah? Kenapa?”
“Gue bilang masakan Lo enggak keasinan," jawab Zayn dengan wajah serius.
Zahira hampir tersedak, matanya membulat. “Zayn…”
Zayn hanya menyeringai tipis, matanya sekilas memandang Zahira, lalu kembali menunduk pada makanannya, "tapi jujur, masakan lo enak banget.”
Zahira menunduk, tak bisa menyembunyikan senyum kecilnya. Tapi Zayn belum selesai.
“Lo masak sambil baca mantra ya?” tanyanya.
“Mantra apaan?” Zahira menatap heran.
“Soalnya tiap suapan bikin gue makin... ngerasa ketarik sama yang masak,” ucap Zayn santai, masih dengan nada seolah ia sedang ngomongin cuaca.
Zahira membeku. Sumpah. Cowok ini...
“Aku makan dulu ya,” kata Zahira gugup, buru-buru memindahkan ayam ke mulutnya biar gak perlu jawab.
Zayn hanya terkekeh pelan, menikmati reaksi cewek polos itu. Dia suka melihat Zahira salah tingkah. Senyumnya makin lebar saat melihat pipi istrinya itu makin merah. Tapi tetap saja, tidak ada yang tahu kalau diam-diam, sejak tadi matanya lebih sering menatap Zahira daripada piring sendiri.
Saat Zahira menyuap kuah sop, Zayn bersuara lagi, “kalau tiap hari kita makan bareng kayak gini, lama-lama gue bisa betah lho tinggal di sini.”
Zahira mengunyah pelan, “ya udah, betah aja," jawab Zahira sekenanya.
“Boleh gak betah sama yang masaknya juga?” goda Zayn lagi, kali ini sambil menopang dagu dengan tangan dan menatap Zahira langsung.
Zahira memalingkan wajah, pura-pura sibuk mengambil sambal, “makan yang bener, Zayn. Nanti keselek."
“Gue makan bener kok, tapi lo yang bikin gak konsen. Duduknya deket banget," ucap Zayn
Zahira mendelik malas, “kita duduk berhadapan, bukan sebelahan,” Zahira membalas.
“Nah makanya, gimana kalo kita pindah duduk... jadi lebih deket?” Zayn mulai merayap, duduk lebih dekat ke arah Zahira, pura-pura ambil sambal juga padahal jelas-jelas sambalnya udah di depannya sendiri.
Zahira menahan napas, “Zayn... jangan deket-deket gitu... enggak enak tau”
“Kenapa? Gue suami lo. Sah. Halal. Gak dosa, loh, malah kata Ustadz berpahala,” bisik Zayn dengan suara rendah, membuat Zahira merasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
“Zayn...” gumam Zahira nyaris tak terdengar, ia bergeser pelan menjauh, matanya menunduk, wajahnya panas seperti ayam goreng yang baru diangkat dari penggorengan.
Zayn tertawa kecil, lalu dengan santainya kembali duduk di tempat semula.
“Tapi serius ya, Zahira,” katanya, kali ini nada suaranya lebih tenang.
“Hm?”
“Kalau Lo nanti punya suami beneran nih, misalnya ya, Lo bakalan gini terus enggak sih? Terus gimana cara bikin anaknya."
Zahira hampir menjatuhkan sendok. Wajahnya memerah dalam sekejap.
"Zayn..." tegur Zahira.
Zayn pura-pura kaget, “kenapa? Gue nanya doang. Kepo boleh dong? Enggak usah langsung panik gitu."
Zahira mendengus kesal. Cowok ini bener-bener…
“Tapi gue kepo, seriusan,” lanjut Zayn, matanya mengintai ekspresi Zahira, “lo di-deketin aja gak mau, disentuh dikit langsung loncat, gimana bisa... berkembang biak?”
“Zayn…” Zahira menggeleng pelan, menunduk, wajahnya merah seperti tomat matang.
Zayn nyengir nakal, "lo tuh kayak bintang laut, disentuh dikit langsung ngilang.”
“Ngasal amat perbandingannya,” sahut Zahira lirih, tak bisa menahan senyum, tapi hatinya kesal, walau digoda suami sendiri.
Zayn tertawa pendek, “tapi beneran, gue cuma pengen tau. Soalnya... ya lo unik aja. Cewek paling... anti-sentuh yang pernah gue temuin. Tapi malah jadi istri gue. Ironi hidup banget gak sih?”
Zahira tak membalas. Ia memilih fokus pada ayam di piringnya.
Melihat Zahira diam, Zayn menyandarkan siku ke lutut, menyuap nasi lagi. Tapi saat ingin ngomong lagi, tiba-tiba ia tersedak.
“Uhuk... uhuk…”
Zahira sigap. Ia mengambilkan gelas air dan menyodorkannya, “nih! Minum dulu! Kan tadi udah dibilangin, jangan ngomong sambil makan, kan jadi keselek…”
Zayn menerima gelas itu, minum cepat-cepat. Napasnya sedikit tersengal, tapi matanya masih sempat melirik Zahira dengan ekspresi geli.
“Lo... peduli juga ya sama gue,” katanya dengan nada sengaja dibuat lemah-lembut.
Zahira meletakkan gelas dengan sedikit kasar, “peduli karena aku manusia, bukan karena kamu.”
Zayn menaruh tangan di dada, seolah tersentuh, “aw... sakit, tapi manis.”
Zahira mengangkat piring, berdiri, hendak membawanya ke dapur. Tapi Zayn menahan sudut tikar, membuat Zahira tersentak.
“Eh! Kenapa?”
“Gue belum selesai makan. Duduk dulu. Temenin. Gue nggak suka makan sendirian.”
Zahira mendesah. Ia duduk kembali, sedikit menjauh.
Zayn mengangkat alis, “jauh amat, lebih deketan lagi donk,"
Zahira menatapnya sekilas, "segini juga udah cukup," ucap Zahira menatap jarak yang tercipta antara dirinya dan Zayn.
“Eh Zahira,” ucap Zayn tiba-tiba lagi.
“Apa lagi?”
“Gue punya pertanyaan serius.”
Zahira menatapnya, kali ini dengan rasa was-was, “apa?”
“Lo nyesel enggak sih dengan pernikahan kita?" tanya Zayn.
Zahira meremas jari jemarinya sendiri di balik jilbabnya.
"Aku... Aku enggak tahu," sahut Zahira.
"Kok bisa enggak tahu, kan yang jalanin elo?" tanya Zayn.
Zahira merengut, "kamu makan aja yang cepet, atau aku tinggal nih."
"Iya ih, gitu aja, sewot."
Selesai makan, Zahira hendak mengantar piring kotor ke dapur, tapi di halangi oleh Zayn.
"Udah gue aja, Lo tadi udah capek kan masak, sekarang gantian gue yang beresin urusan piring kotor ini," ujar Zayn mengangkat piring kotor.
"Udah enggak papa, lagian Lo kan tamu di sini, enggak baik tamu dibiarin kerja," ujar Zahira hendak mengambil piring kotor dari tangan Zayn.
Tapi, aksinya terhenti, ketika melihat, Zayn terpaku di tempatnya, dengan piring masih di tangannya, dan mata menatap tajam ke arah Zahira.
"Ke-Kenapa?" tanya Zahira gugup menyadari tatapan tajam Zayn kepadanya.
"Lo bilang apa tadi? Coba ulangin!"
"Eng-enggak baik tamu dibiarin ker-ja?" ujar Zahira ragu-ragu.
"Emang gue tamu loh?" tanya Zayn.
Zahira bingung mau mengangguk atau menggeleng. Jadinya, dia hanya menundukkan wajahnya saja.
"Gue ini suami Lo, bukan tamu Lo," ujar Zayn kesal kemudian membawa piring kotor itu ke dapur.
Zahira menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
lanjut Thor mau lihat seberapa hebat Zahira bisa melalui ini semua
dan cerita cinta di sekolah ini pastinya yg di tunggu ,,rasa iri, cemburu dll
apa sekejam itu Thor di sana ?
selipin cowok yg cakep Pari purna yg tertarik ma Zahira mau tau reaksi suami nya,,kalau ada seseorang yg suka pasti membara bak 🔥
ayah zayn atau ayah ardi?.
kalo ayah zayn..
apakah ingin zahira twrsiksa dan dibully di sekokah zayn?
apa gak kauatir klao terbongkar pernikahan mereka?
❤❤❤❤❤❤
atau carikan sekolah lain.
❤❤❤❤❤
use your brain