Seorang perempuan bernama Zainab Rahayu Fadillah memutuskan menikah dengan seorang pria bernama Hasan Bahri. Dia menerima pinangan itu, dikarenakan keluarga sang suami adalah keluarga dari turunan turunan seorang tuan guru di sebuah kota.
Zainab dan keluarga, jika mereka adalah dari keturunan baik, maka sikapnya juga akan baik. Namun kenyataannya bertolak belakang. Dunia telah menghukum Zainab dalam sebuah pernikahan yang penuh neraka.
Tidak seperti yang mereka pikirkan, justru suami selalu membuat huru hara. Mereka hampir setiap hari bertengkar. Zainab selalu dipandang rendah oleh keluarga suami. Suami tidak mau bekerja, kerjanya makan tidur dirumah. Namun penderitaan itu belum selesai, adik ipar dan juga ponakannya juga sering numpang makan di rumah mereka, tanpa mau membantu dari segi uang dan tenaga. Zainab harus berjuang sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Bahagia
Fatur meringis menahan perih dijarinya. Sesekali ia menangis dipelukan Umminya.
Mel mengenggam tangan sang abang, dan ia mulai menangis juga karena melihat sang abang menangis.
Mendengar tangisan di samping rumah, Hasan yang baru saja pulang entah dari mana mendekati Zainab.
“Kenapa Fatur bisa terluka?” bentak Hasan.
“Fatur membantu saya membelah pinang,” jawab Zainab pelan.
“Anak sekecil itu kau suruh bekerja? Dimana otakmu? Harusnya kau menjadi orang tua, bisa berpikir.” bentak Hasan dengan penuh emosi.
Zainab hanya diam. Ia tidak menjawab. Jika menjawab, maka akan berujung pada pertengkaran.
Lagipula, ia yang membiarkan Fatur dan Mel membantunya, walaupun ia sering menolak, namun Fatur dan Mel saat tidak bermain-main sama teman-temannya, ia akan ikut membantu sang ibu membelah pinang.
Hasan melangkah pergi, mengumpat tak jelas. Memang kebiasaan ia seperti itu. Jika ada masalah dirumah ini, selalu ia yang disalahkan.
Padahal tidak sepenuhnya ia salah. Terkadang, ada ikut campur tangannya juga.
Zainab menarik napas dalam. Ia menatap luka Fatur. Ia mencoba menenangkan anak itu.
“Nggak apa-apa kok nak, nanti sembuh kok...” bujuk Zainab agar putranya tidak menangis lagi.
Zainab menatap Mel yang juga ikut menangis. Ia mencium pipi sang anak.
“Jangan nangis, bentar lagi luka bang Fatur sembuh kok...” Mel hanya menganguk pelan sambil mengusap air matanya.
Zainab mengendong Fatur dan sebelah tangannya mengandeng tangan Mel dan membawa mereka masuk kedalam rumah. Saat didalam rumah, Fatur berbaring ditempat tidur mereka.
Fatur diam. Tatapannya kosong. Sesekali ia meringis, dan perlahan memejamkan matanya.
Fatur sedang memberikan uang pada si pejual pinang. Uang ratusan ribu rupiah dan pecahan lainnya tampak banyak didompetnya.
Wajahnya mengukir kebahagian saat memberikan uang pada si penjual. Setelah menimbang semua pinang dari tiap penjual, Fatur mengangkat pinang-pinang yang ada didalam karung goni itu meletakan nya ke dalam keranjang motor yang terparkir di pinggir jalan.
Sesaat kemudian Fatur menjalankan motornya dan berangkat menuju pasar pinang yang lebih besar.
Selesai menjual pinang nya, ia kembali kerumahnya dan memberikan uang pada ibunya dan Melinda, ia juga membelikan baju baru untuk Umminya, Melinda juga ayahnya.
Ummi, Melinda dan ayahnya nampak bahagia melihat baju baru yang dibeli Fatur.
Dengkuran halus terdengar dari hembusan napas Fatur.
Didunia mimpinya...
Fatur membagikan uang pada warga desa. ia berdiri dengan gagah dilapangan desa. Para warga menyambut gembira kedatangan Fatur.
Ia mengenakan setelan rapi, seperti halnya pakaian bangsawan. Di tangannya ada sebuah koper yang berisi uang untuk dibagikan pada warga.
“Ambilah uang ini, untuk anak istri bapak dirumah... Semoga cukup...” ujar Fatur ramah memberikan segepok uang kepada seorang bapak-bapak yang nampak bahagia.
“Ini untuk biaya sekolah anakmu, Bu...” katanya lagi, memberikan beberapa lembar uang pada seorang ibu-ibu.
Setelah menerima uang itu, sang ibu memeluk Fatur dengan hangat.
Tidak jauh dari situ, Zainab nampak bahagia melihat anaknya yang sukses, dan kini menjadi orang terkaya dikampungnya.
“Hebat ya, anak Zainab itu udah menjadi orang kaya...” bisik-bisik para tetangga.
Senyum mengukir diwajah kecil Fatur. Ia mengeliat saat mendengar langkah kaki.
“Jangan sekarang, aku masih mau bermimpi... Jangan pergi...” lirih Fatur didalam tidurnya.
Kehidupannya dialam mimpi, perlahan menjadi buram. Suara tawa warga desa yang memujinya perlahan menghilang.
Lapangan yang luas, perlahan berubah menjadi kabut tebal dan menghilang. Mel dan Zainab perlahan menghilang secara bersamaan.
Fatur berlari mengejar mereka, tangannya terlur ke depan.
“Jangan pergi... Aku masih ingin disini... Tolong...” Fatur panik dan mengiba.
Seketika ia terbangun. Ia menghela napas panjang. Ia melihat sekelilingnya. Ia kembali didunia nyata yang penuh penderitaan.
Fatur duduk mencuci mukanya didapur. Ia kembali diam dan termenung. Ia tersenyum.
Dapur yang berdinding atap nipah, kini menjadi rumah yang megah, dimana disana banyak makanan, mainan, dan pakaian yang bagus.
Fatur dan Melinda sedang memilih baju yang baru saja dibelikan ayahnya. Sang ibu juga terlihat bahagia, ia sedang memakai baju baru yang baru saja dibeli oleh Hasan.
“Terima kasih bang...” senyum Zainab mengembang.
“Sama-sama...” jawab Hasan, tersenyum bahagia mengelus pundak sang istri dan mencium pipinya.
Disana Hasan memakai pakaian bagus dan celana panjang yang rapi. Ia menjadi ayah dan suami yang baik, dan lembut. Ia sangat menyayangi kedua anaknya.
Mel dan Fatur melihat sang ayah terlihat menyayangi sang ibu, tersenyum bahagia.
“Gimana besok kita ke Panipahan, nanti kita bisa jalan-jalan disana... Abang mau belikan kamu kalung...” ucap Hasan kepada sang istri.
Sang istri hanya menganguk bahagia.
Lamunannya kembali buyar, saat mendengar suara panci terjatuh. Seketika rumah megah, pakaian baru, mainan baru sudah menghilang dari pandangan Fatur. sekarang ia duduk di rumah kecil yang berdindingkan atap nipah.
Maladaptive Daydreaming sejak kecil membuat Fatur lebih bahagia. Jika ia tidak bisa memenuhi keinginannya diduni nyata, ia bisa duduk termenung dan menciptakan dunianya sendiri.
Inilah Fatur dan segala hidupnya.
Malam semakin larut. Hanya lampu minyak tanah yang menerangi rumah itu. Didapur, Zainab duduk bersila menyuapi Fatur makan. Sesekali Mel juga ingin minta disuapi oleh umminya. Jika tidak, anak itu akan menangis.
“Ummi, Mel juga mau...” ucapnya lirih, air matanya luruh menunggu sang ibu menyuapinya. Ia nampak tidak sabar, menunggu gilirannya.
“Bentar sayang, Ummi lagi menyuapi abang Fatur dulu. Setelah ini, giliran Mel...” Zainab mengelus wajah tembam Mel.
Belum sempat, nasi masuk kemulut Fatur untuk kedua kalinya. Hasan bergumam, membuat Zainab hanya bisa menghela napas panjang.
“Kau suapi anak itu kenapa sih? Berisik sekali, bisa diam nggak?” bentak Hasan pada Melinda, membuatnya seketika diam.
Air matanya jatuh. Ia tidak berani lagi bersuara. Matanya tertuju pada tangan Zainab yang menyuapi Abangnya.
Zainab menatap Hasan sejenak. “Ini juga lagi mau disuapi bang, tapi menyuapi Fatur dulu, baru nanti Mel...” jawab Zainab pelan.
“Menjawab saja kerjaanmu... Fokus suapin anak mu itu, biar nggak terus menangis...” bentak Hasan, dengan nada lebih tinggi daripada sebelumnya.
“Aku hanya menjelaskan...” balas Zainab menyuapi Mel, setelah menyuapi Fatur.
Mel nampak senang saat sang ibu menyuapinya. Zainab hanya tersenyum kecil, sedangkan Hasan masih mengoceh tidak jelas.
Sekali lagi, Zainab menyuapi Mel, sebelum akhirnya ia kembali menyuapi Fatur. Begitupun seterusnya, hingga nasi dipiring habis.
Saat sudah selesai makan. Keduanya membuka tasnya dan mengerjakan pekerjaan sekolah untuk diantar besok pagi. Fatur mengambil satu lampu minyak atau pelito bahasa orang melayu Pasir, ia meletakannya ditengah-tengah mereka.
Mereka mulai belajar bersama. Setelah selesai, keduanya pun kembali tertidur. Sedangkan Fatur dengan kebiasaan sebelum tidur, ia akan kembali mengkhayal sebelum tidur.
salam kenal ya, jgn lupa mampir di 'aku akan mencintaimu suamiku' 🤗🤗
aku akan datang kalo udh UP lagi 😉
jangan lupa untuk mampir juga yaaa makasihhh