Aprita Narumi Pramaisyuri adalah gadis tunggal yang hidupnya sebatang kara semenjak ayah satu-satunya meninggal karena sebuah ledakan. sementara ibunya meninggalkan dia sejak ia lahir demi laki-laki lain.
kini dia hidup bersama paman dari keluarga ayahnya.
Pamannya sendiri sudah dianggap seperti ayah sendiri, namun siapa sangka justru pamannyalah yang tau semua penyebab kehidupannya hancur, termasuk kematian ayahnya. namun dia rahasiakan semuanya demi kebaikan Aprita,
hingga waktu dan usia Aprita sudah cukup untuk menerima semua kenyataan itu.
dalam perjalanan hidupnya mencari jati diri dan penyebab kematian ayahnya, Aprita bertemu dengan sosok Reyn. laki-laki yang secara kebetulan selalu menolongnya disaat dia menghadapi kesulitan. kehadiran Reyn membuat warna baru di hidup Aprita, hingga Aprita berhasil menemukan sosok penyebab kematian ayahnya.
siapakah sosok itu sebenarnya? dan bagaimana kisah cinta Aprita dengan Reyn ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Willsky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pekerjaan Baru
1 bulan kemudian
Prita sudah mulai berangkat kerja di sebuah perusahaan besar sebagai karyawan staff. Dia juga sudah mendapatkan teman baru, Hana namanya.
Hana adalah satu-satunya teman yang sudah sangat akrab dengan Prita karena sifatnya yang humble dan ceria.
" Pagi Prita, apa kamu udah sarapan?" sapa Hana ketika baru sampai di ruangan kerja yang kebetulan juga satu ruangan.
" Pagi Hana, udah." jawab Prita dengan. senyumannya.
" Yaah padahal aku udah beliin roti ini loh buat kamu." kata Prita sambil meletakkan tas bawaannya yang super jumbo dan penuh.
Sembari menyisir rambutnya lagi dan becermin untuk melihat kondisi makeup di wajahnya.
" Ya udah, dimakan buat nanti aja Han." jawab Prita sembari merapihkan baju kemejanya.
" Hm.. Ya udah deh. " jawab Hana.
Setelah jam masuk kerja.
" Hari ini kita ada meeting ya 30 menit, bahas kendala produksi bulan kemarin." kata seorang leader diruangan itu.
Semua terlihat lesu karena biasanya di dalam meeting itu pembahasannya hanya itu-itu saja dan membosankan serta pasti melebihi dari 30 menit.
Lamanya meeting selama 45 menitpun sudah berlalu, terlihat wajah para karyawan yang keluar dari ruang meeting yang tidak sumringah seperti awal masuk kerja. Ada yang lesu, biasa aja, kelihatan pusing, kelihatan cemas dan ada yang bodoamat.
" Prita, ini kan awal bulan, gimana nanti setelah pulang kerja kita ngemall? Yuk yuk, udah lama banget nih nggak ngemall." pinta Hana dengan nada memelas.
" Kamu tuh ya, hobinya ngemall terus, perasaan bulan kemarin juga udah dua kali ngemall." jawab Prita.
" Hehe, itu kan bulan kemarin. Bulan ini kan belum. mau ya, ya ?! " pinta Hana.
Aprita kuwalahan dan tidak tahu harus menjawab apalagi.
" Hm ... Iya iya deh. Tapi jangan lama-lama ya. Soalnya aku agak pusing." jawab Aprita.
" Pusing kenapa prit? pasti gara-gara meeting tadi ya. Makanya kita tuh butuh refreshing, oh iya nih aku bawa minuman seger biar gak pusing lagi. Nih buat kamu aja ya." ucap Hana sembari memberikan minuman segar itu ke meja Prita.
" Kamu tuh emang selalu sedia apa saja ya Han. terimakasih ya." ucap Prita.
Lalu mereka melakukan pekerjaan seperti biasanya. Hingga pukul 16.30 WIB, adalah waktu yang tepat untuk pulang kerja.
Mereka berdua menepati janji rencananya yang ingin pergi ke mall. Meskipun sebenarnya Aprita hanya mengantar Hana berbelanja saja. Lihatlah di tangan Hana penuh dengan tas belanjaan Hana, ada baju, tas, sepatu dan aksesoris lainnya. Sementara Aprita hanya kebagian capeknya saja.
" Hana, bukannya stok pakaian kamu udah banyak ya, tas aja kamu tiap hari gonta ganti, sepatu juga, baju apalagi. Apa kamu nggak sayang sama uangmu?" ucap Aprita.
" Eitts, stop ngomong begitu my besti Prita. Namanya cewek itu perlu shopping, right? Buat mempercantik diri, supaya menarik perhatian para lelaki. Apa kamu nggak pernah shopping prit? " jawab Hana dengan nada centil dan ceria.
" Ya pernah, tapi nggak sesering kamu. Karena uangnya kan aku tabung buat keperluan mendesak, juga buat bayar kontrakan, bayar listrik dan lain-lain." jawan Prita dengan santai.
" Oh iya ya, kamu kan ngontrak sendirian ya. Ya udah itu paling bener sih Prit. Tapi sorry aku nggak bisa kaya kamu, hehe. Btw gimana sih rasanya hidup sendirian Prit, seumur-umur aku belum pernah ngontrak ataupun ngekos loh."
" Hm .. Rasanya itu, ada enaknya ada enggaknya. Enaknya itu kita bisa bebas hidup sendiri mau ngapain aja tanpa takut dimarahi orang tua atau dilarang-larang, kita bisa melakukan apapun yang kita mau, tapi nggak enaknya kamu harus pusing besok makan apa, ntar malem makan apa, ngatur keuangan biar pas, belum lagi kalau kita sakit, apa-apa kita sendiri yang repot." jelas Aprita panjang lebar.
" Oh gitu ya, emang kamu sendiri disini nggak ada saudara sama sekali ya?" tanya Hana lagi.
" Ada kok. Dia kakak aku, kontrakan kami deketan cuma beda gang aja." jawab Prita.
" Ternyatankamu punya kakak? Kok gak pernah cerita? cewek atau cowok ? Ih kenalin lah Prit." kata Hana menggoda.
" Kamu nggak pernah nanya. namanya Zeevan, biasanya aku manggil dia kak Zeevan, karena sudah aku anggap seperti kakak sendiri." jawab Prita.
Hana semakin penasaran dengan cerita kehidupan Aprita. Akhirnya mau nggak mau Aprita menceritakan kisah hidupnya dari A sampai Z secara detail.
Disaat sedang asyik-asyiknya bercerita, tiba-tiba terdengar suara orang berteriak minta tolong. Suaranya semakin mendekat dan orang-orang di depan berlarian menjauh dari pusat perhatian. Ternyata sumber suara itu adalah dari pencuri yang mencuri aksesoris perhiasan di sebuah toko perhiasan.
Aprita melihat kejadian itu langsung reflek mengejar pencuri itu, dia berlari sekencang mungkin untuk bisa mengejar pencuri itu. Setelah berhasil dikejar Aprita langsung menghabisi dan menyerang pencuri itu tanpa ampun hingga akhirnya pencuri itu terkapar, tapi masih bernafas. Security segera mengamankan pencuri itu.
Hana yang hanya bisa melihat aksi daripada temannya itu cuma bisa melongo dan terkesima dengan tindakan Aprita.
Sementara orang yang sedang di dalam toko ataupun sedang makan di restoran ikut melihat aksinya. Termasuk sosok laki-laki yang memakai setelan sweater hitam dan celana crem yang sedang menikmati secangkir kopi hangat di tanganya. Memandang dari dalam cafe yang ada di mall itu, aksi dari tindakan Aprita yang mencegah pencuri itu kabur. Sorot matanya sangat tajam memandangi Aprita tanpa berkedip.
Suara tepuk tangan memeriahkan isi mall itu. Penjaga toko perhiasan mengucapkan terimakasih kepada Aprita karena telah menangkap si pencuri itu.
Aprita yang hanya reflek saja dan tidak berniat berlebihanpun itu merasa malu menjadi pusat perhatian.
" Wah Prita, kamu keren banget. Kok aku baru tau kamu jago berantem, mana lincah banget lagi larinya. Keren banget kamu prit." puji Hana seraya memegang pipi Prita dan menepuk-nepuknya.
" Ahaha enggak kok Han. Tadi itu cuma reflek aja, sekaligus ngelatih beladiri." jawa Aprita merasa malu karena sudah dipuji.
" Reflek aja bisa sekeren itu prit. Apalagi kalo direncanain. Kamu cocok deh jadi superhero wonder womennya Indonesia. Haha Prita women." celoteh Hana.
" sstt.. Hana jangan keras-keras ngomongnya, nanti orang lain pada denger. Aku Malu, yuk ah pulang." ucap Prita sedikit menahan rasa malu.
Lalu merekapun pulang. Hana masih berceloteh dengan girang dan merasa nangga punya teman yang ternyata bisa beladiri. Sementara Aprita menahan rasa sakit di pergelangan tangannya dan merasa pusingnya bertambah, tapi masih dia tahan.
Hingga sesampainya di depan kontrakan, Hana mengantarkan Prita dengan mobilnya sampai depan pintu gerbang kontrakan, tanpa tahu sebenarnya di belakang mereka ada seseorang yang sedang menguntitnya. Memakai motor gede dengan pakaian serba hitam. Saat Aprita memasuki pintu kontrakan, orang tersebut memantaunya dengan tajam. Lalu segera oergi dari tempat itu.
" Pergelangan tanganku sepertinya bengkak gara-gara tadi sempat kena pukulan pencuri itu." gumam Prita sembari memegang pergelangan tangannya.
" Sepertinya aku punya pekerjaan baru selain menjadi karyawan staff." gumamnya lagi