Pria Miliarder Berhati Dingin Itu Suamiku

waktu sudah menunjukkan malam hari, Jenna yang masih berada di parkiran jalan sedang menunggu kedatangan Ziven, yang sudah berjanji akan menjemputnya.

"ehm! Sendirian ajah neng? mau Kakak temani nggak?"tiba-tiba saja ada suara pria yang mengagetkannya dari belakang.

Jenna mengerutkan alisnya, "siapa kamu!?"tanya Jenna yang tidak mengenal pria di hadapannya itu

"Kamu tidak mengenal ku?"tanya pria itu kaget tak percaya, bahwa dirinya yang selalu menganggu kakak iparnya ini bisa melupakanya begitu saja.

"iya! Siapa kamu?"tanya Jenna lagi dengan wajah yang mulai kesal.

"hahaha bercandamu garing juga, masa iya kamu melupakan cowo setampan aku ini. yah walau aku tau kamu buta, memilih si cowo miskin dan jelek itu dibanding kakakku apalagi aku, entah terbuat dari apa matamu itu"ejek pria tersebut.

Mendengar itu Jenna hampir muntah dibuatnya. "penipu, aku sekarang benar-benar tidak punya mood untuk meladeni kamu. lebih baik kamu pergi dari sini sebelum aku menghajarmu"ancam Jenna sambil menujukan tangannya yang sudah di gempalkan kepada pria tersebut.

"Hahahaha Benar-benar lucu, aku semakin suka dengamu Jenna"ucap pria tersebut semakin mendekatkan jaraknya ke Jenna.

Kesabaran Jenna akhirnya habis, ia langsung saja melompat dan melayangkan satu tinjunya ke wajah tegas pria itu. Seketika Pria yang tidak waspada itu langsung saja muntah darah karena satu gigi gerangnya tercabut.

"LENNOX!"teriak Ziven berlari dengan wajah khawatir ke arah mereka berdua.

"aaaaaah... Gigiku..."teriak pria yang bernama Lennox itu menjerit kesakitan karena satu gigi gerangnya copot.

"Lennox? Ada apa ini! Kenapa kamu memukuli adikku?"tanya Ziven panik, sambil menatap Jenna.

"a_apa dia adikmu?"tanya Jenna gugup.

"tentu saja, kenapa bisa sampai begini? Kenapa kamu meninjunya?"tanya Ziven bingung.

"DIA MENGGODAKU!"Jawab Jenna lantang, mencoba membela diri.

"a_aaaaa... tidak kak, dia! Wanita ini sembarang menuduhku, aku tadi hanya ingin menemaninya.."ucap senduh Lennox, takut di hajar kedua kali oleh kakaknya itu.

"KAMU! BENAR-BENAR TADI INGIN MENCOBA MENDEKATI KU"bela Jenna lagi.

"AKU HANYA INGIN LEBIH MENGENAL DIRIMU SECARA KAMU ISTRI KAKAKU!"balas Lennox tidak mau kalah.

"HEH KATA SIAPA AKU INI ISTRI KAKAKMU!".

"KATAKU! KENAPA HA!"

"CUKUP!!!... Kalian berdua hentikan semua ini"teriak Ziven, berhasil menghentikan pertengkaran tersebut.

"Kalian berdua ikut aku, waktu sudah sangat malam, jangan ada penolakan dari siapapun"tegas Ziven.

"Tapi?"

"Tidak ada kata tapi LENNOX DESMOND!"

"hahaha baiklah kakak"Jawab Lennox yang sudah ketakutan.

...----------------...

Kini mereka sudah berada di rumah besar keluarga Desmond. mereka sedang berada di ruang tamu, Lennox sedang di obati oleh pelayan di rumah itu, dan Jenna yang duduk di sebelahnya tidak memperdulikan Lennox yang masih mengeluh akan bengkak biru di bibirnya itu.

"Kak? Kenapa kamu membawa pulang wanita ini juga?"tanya Lennox saat lukanya sudah selesai di obati, dan pada saat itu Ziven sudah berada di hadapan mereka.

"benar! Kenapa aku harus datang kesini? Kita bisa bicarakan masalah dinas kan bisa di kafe atau dimalah, kenapa harus membawaku kerumah kalian?"setuju Jenna atas pertanyaan Lennox.

Ziven yang mendengar kedua orang di hadapanya ini seketika kompak, membuat ia langsung memegang kepalanya yang mulai terasa sakit.

Dia yang tidak pintar menjelaskan, hanya bisa terdiam. Sedangkan Jenna dan Lennox menantikan jawaban dari pria di hadapan mereka ini.

"Psst.. Kenapa kakakmu diam saja saat di tanya? Apa dia tidak apa-apa?"tanya Jenna kepada Lennox.

Lennox yang mendengar itu, langsung mengangkat kedua bahunya, pertanda juga tidak tahu. "aku juga tidak tau, dia memang biasanya diam dan dingin seperti ini. Jadi tunggu saja"Jawab Lennox.

"aku kelelahan, terserah kalian ingin tinggal atau balik, di luar sana ada banyak supir dan pengawal yang siap mengikuti kemauan kalian. Jenna kita akan membahas masalah itu besok saja. Suka-suka kalian mau buat apa, aku ingin naik ke atas"ujar Ziven, kabur dari pertanyaan yang tidak bisa ia jawab itu.

"eh?"Lirih Jenna tidak faham dengan tingkah pria yang berjalan pergi meninggalkan mereka berdua itu.

"cih! Kakakmu sangat aneh ya!? ga ada penjelasan setelah membawa kita ke sini. Apa dia benar-benar seorang ketua dengan ribuan perusahaan? Cih gak jelas sekali"ucap Jenna merasa risih.

"sudahlah...! kamu seperti baru mengenal kakakku saja. Daripada memikirkannya lebih baik kita menikmati fasilitas di rumah ini. Kamu tidak tahu saja di atas life disana ada banyak makanan, minuman dan permainan yang seru. karena kakakku itu jarang bergabung dengan orang-orang, dia membangun tempat hiburannya sendiri. mau aku tunjuki?"ajak Lennox yang mulai melupakan dendamnya terhadap Jenna.

"benarkah? KEBETULAN, AKU BELUM MERAYAKAN KEMENANGANKU! DARI PADA AKU MENGELUARKAN UANGKU, LEBIH BAIK AKU GUNAKAN SEBAIK MUNGKIN HARI-HARI TERAKHIR MENJADI ORANG KAYA DI NOVEL INI! AYO KAK! TUNJUKI JALANYA!"seru Jenna sambil merangkul punggung Lennox, karena tubuhnya yang kecil, tak bisa menggapai pundak besar Lennox.

"hahaha ayo! Kita main sampai pagi!"seru Lennox, yang juga merangkul pundak kecil Jenna. Mereka sangat terlihat akrab.

"pft.. baru kali ini aku melihat tuan kedua dan nona sangat terlihat akrab"bisik seorang pelayan perempuan kepada pelayan yang lain.

"betul.. Hihi, nona juga semain baik, ia tidak mengacuhkan tuan kedua, dan tuan pertama seperti tidak lagi risih akan kedatangan nona di rumah, karena setiap nona datang, pasti tuan akan mengusirnya dengan dingin"balas seorang pelayan lagi.

...----------------...

Ziven yang susah tidur di buat semakin sulit untuk tidur saat ia mendengar kebisingan di atas tingkat rumahnya, ia sudah tau bahwa kebisingan itu di buat oleh Jenna dan Adiknya. Ia mencoba memaksakan dirinya agar bisa tertidur sampai pagi hari.

Sementara Lennox dan Jenna sangat menikmati waktu bermain mereka tanpa memikirkan waktu tidur Ziven, mereka berdua benar-benar memiliki sifat dan perilaku yang sama.

Rumah besar keluarga Desmond berisik hingga sampai 04.00 pagi. Orang-orang di rumah akhirnya bisa beristirahat dengan baik pada pagi itu. Saat mereka melihat bahwa Lennox dan Jenna sudah ketiduran karena kecapean seperti anak kecil. Jenna yang tengkurap di sofa, dan Lennox yang tertidur di lantai sambil menahan remot game.

"aah akhirnya kedua anak nakal ini tertidur juga"lirih kepala pelayan merasa lega. Ia mengawasi mereka berdua dari jam 09.00 malam sampai 04.00 pagi membuatnya merasa sangat kecapean.