Hati Bella merasa terus tersiksa, pernikahannya tidak mendatangkan kebahagiaan dalam hidupnya, ia mencoba kabur tapi...
BRUK...
Tubuh Bella terbanting ke lantai hingga membuatnya jatuh pingsan.
Beberapa bulan kemudian ia kembali bertemu cinta pertamanya dan akhirnya menikah dan hidup bahagia namun, semua tidak berlangsung lama ketika Bella sepenuhnya telah kembali ke dunia gelap, ia dihadapkan ego besar setelah penghianatan suami keduanya.
Akankah pernikahan mereka akan baik baik saja? lalu bagaimana kisah selanjutnya Bella?
Dan rahasia mengerikan apa di balik sosok Bella?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oktavianna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Ke Jepang
..."Pernikahan bisa membuktikan cinta."...
^^^(Author, 2024)^^^
Satu Minggu berlalu, Bella sudah kembali
sehat. Nafsu makannya kembali seperti semula, meski sangat disayangkan ia harus mundur dari acara Cake And Bakery Nusantara yang diadakan di Jepang.
Pagi seperti biasa, Bella sedang memasak didapur, ditemani suami tercintanya.
"Kamu beneran udah baikan?, jangan cepek capek ya." Kata Mas Shaka sambil menikmati secangkir kopi.
"Iya, Mas gak perlu khawatir." Balas Bella, ia tersenyum sambil menghidangkan masakan yang telah ia buat.
Keduanya sarapan bersama, sebelum akhirnya Mas Shaka dengan rutinitasnya sebagai Dosen.
Mas Shaka memang menguasai bidang pendidikan, prestasinya tidak perlu diragukan, Ibunya juga seorang Guru dan Ayahnya seorang bos konveksi yang mujur. Berbeda dengan Bella yang malas, tegas menolak melanjutkan studinya ke jenjang kuliah.
Tapi Mas Shaka tau, Bella tidak bodoh, ia justru terlalu genius di matanya. Tertangkap Bella beberapa kali membantu Mas Shaka memberi saran atas karya ilmiah yang ia buat.
Bella juga memberikan saran pada metode penyampaian materi efektif berdasarkan jam masuk kuliah mahasiswa, sepele tapi berhasil.
Bella hanya menghabiskan waktunya di depan meja rias. Ia melihat wajahnya berkali kali, sampai akhirnya ia menghela nafas panjang.
"Kucel." Ucap Bella. Ia melihat di laci kosmetiknya, ia kehabisan masker wajah kemudian menghela nafas kembali.
Selama sakit Bella tidak memiliki waktu untuk merawat wajahnya, rambutnya juga terlihat tidak bagus karena lebih banyak di kuncir.
Bella memegang perut, ia sedikit buncit karena menghabiskan dua mangkok bubur kacang hijau.
Ponselnya berdering, itu dari Kakeknya, Takahashi Midori.
"Moshi... Moshi."
Keduanya saling mengobrol, Kakeknya mengatakan bahwa ia rindu kepada Bella, dan ingin bertemu secara langsung suami baru Bella.
"Sao desuka?, Haik, Wakarimasu ."
Kakek Midori menawarkan pembayaran tiket sepenuhnya untuk perjalanan pulang pergi ke Jepang, tapi Bella menunggu untuk berdiskusi dengan Mas Shaka, mengingat Suaminya seorang Dosen tidak mungkin tiba tiba cuti begitu saja.
Sebelumnya Bella sudah mengabari akan ada acara dikompetisi di Tokyo, tapi apa boleh buat, Bella jatuh sakit. Padahal jika dia ikut, dengan mudah bisa sekalian mengunjungi Kakek dan Neneknya.
Lagi lagi ia menghela nafas panjang, selama ini ia rindu dengan jepang, entah kenapa kediaman kakek dan Neneknya disana terasa lebih tenang dan nyaman.
Dulu ia menikahi pria yang tidak mengizinkan dia pergi kemanapun, ia juga tidak bisa mengendalikan bisnis kosmetik yang baru ia rintis.
Bertemu dengan rekan bisnis dan konsumen hanya akan jadi masalah besar baginya.
Berbeda dengan Mas Shaka, ia tidak pernah melarang keinginannya untuk pergi dan melakukan hal apapun, selama hal itu baik.
Pukul tujuh malam, untuk pertama kalinya Bella berendam di bak kamar mandi, ia sangat menyukainya. Berendam di malam hari memang terasa nyaman ditubuhnya.
Mas Shaka pulang, ia tidak mendapati Bella menyambut dirinya, ia mengira Bella tertidur. Saat memasuki kamar ia melihat tubuh istrinya terbalut handuk, ia baru saja ke luar dari kamar mandi.
"Mas Shaka, tumben kamu pulang cepat." Ucap Bella ia menghampiri suaminya membantu meletakan tas laptop ditangannya.
Pemandangan yang begitu indah, mata Mas Shaka tidak bisa berpaling, ia menghampiri Bella yang sedang menaruh laptop di meja.
Tangannya melingkar di pinggang ramping istrinya. Ia tidak mendengarkan istrinya yang sedang berbicara, pikirannya hanya satu, ia ingin memeluk istrinya.
"Mas." Bella terkejut. Dagu suaminya juga menyentuh bahu Bella.
"Kamu cantik." Puji sang suami, Mas Shaka mulai mencium punggung istrinya.
"Mass Bela mau ganti baj-." Kata kata Bella berhenti.
Mas Shaka sudah lebih dulu membuatnya diam, tangan Mas Shaka sudah sampai di bagian paha, bermain di sana.
"M.m.mas. Sh.haka." Ucap Bella terbata bata.
Laki laki itu hanya diam, tidak membiarkan Bella berbalik ke arahnya. Tangan Bella menggenggam sudut meja, ia menikmati sentuhan suaminya, menjamah dan meremas sesuka hati.
Kini tubuhnya di bawa ke atas ranjang dengan enteng. Membuka penutup handuk sepenuhnya. Kali ini Mas Shaka benar benar tidak melakukannya dengan perlahan, ia agresif malam ini, tidak membiarkan satu sudut tubuhnya tidak terjamah.
"Akh... Mmm... Akh.. shhh..."
Mas Shaka juga mulai melepas pakaiannya, ia bersiap dengan Bella. Dibaliknya tubuh Bella membelakangi dirinya.
"AKHHH."
Mas Shaka memulainya, Bella tidak bisa diam.
Nafas mereka memburu, tangan Bella memegang erat kain bantal didekatnya, begitu menikmati.
Bella pernah menikah sebelumnya, selain rasa sakit malam pertama ia tidak merasakan apa-apa ketika berhubungan intim dengan mantan suaminya dahulu.
Suara desahan dan Nafas keduanya semakin memburu. Bella akan mencapai batasnya setelah menerima permainan Mas Shaka, tangannya begitu erat memegang bantal matanya sedikit terpejam.
"AKHHH..!!!!." Bella mendesah sedikit, diikuti Mas Shaka, ia menyusul mencapai puncaknya.
Sungguh malam yang manis untuk keduanya, mereka berdua saling menatap terpancar rona bahagia dari wajah keduanya.
Keesokan harinya tiba, hari ini libur, Mas Shaka tidak berangkat mengajar hari ini. Bella bersemangat ia sedang bersiap mengenakan sepatu miliknya. Mereka akan keluar untuk jalan jalan.
Setelah mereka berdua selesai berhubungan, Bella berdiskusi tentang keinginannya mengunjungi Kakek Neneknya di Jepang. Respon Mas Shaka diluar dugaan, ia mengiyakan hal tersebut, meski ia tidak tau bisa pergi di bulan ini atau tidak.
Kata iya dari Mas Shaka cukup Bella begitu bahagia.
Rencananya Bella pergi ke jepang mengingatkan cerita kakeknya dahulu.
Waktu itu Sore di kediaman Keluarga Takahashi. Takahashi Midori sedang menatap heran cucunya.
"Nani o siterun desu ka?."
Gadis kecil itu hanya menatap balik sang kakek.
"Nani?."
"Kamu sedang melakukan apa?." Tanya Sang kakek kembali.
"Nani."
"Lagi ngapain?." Sang Kakek berjalan mendekati gadis kecil tersebut.
"Nani."
Anak kecil itu hanya menjawab kata "Nani" terus menerus, sambil asyik dengan benda ditangannya. Sang kakek mengamati dari dekat benda tersebut, itu adalah Tamiya yang coba di bongkar menggunakan alat ditangannya.
Dari balik pintu ibunya menghampiri, gadis kecil itu ia memarahi anaknya yang hanya bicara kata nani setiap kali Kakek mengajak bicara.
Bella kecil selalu usil, ia tidak mau berbicara dengan kakeknya bahkan juga ayahnya. Hanya kata Nani dan Arigatou saja yang ia ucapkan.