Pelatihan SIG atau Sistem Informasi Geografi yang di lakukan Amira bersama teman-teman sebagai kegiatan dalam semester 3, siapa sangka akan mempertemukan Amira dengan seorang pria yang akan menjadi tambatan hatinya. Sang asisten Dosen pelatih yang awalnya Amira kira sangat menyebalkan namun dengan cara ajaib bisa meluluhkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan menerima kehadiran pria itu sebagai pemiliki hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TWENTY
"Siapa Mi? " Mas Fahmi, yang semula hanya diam selama percakapan telfon ku kini bersuara.
"Ini Mas, temen kampus ada kendala nilai" aku menatapnya yang mengangguk pelan.
"Kok ke kamu ngadunya? "
"Aku emang biasanya bantu temen ngurus nilai juga sih Mas. Jadi perantara juga penghubung kalo ada temen kelas yang susah buat nge-hubungin dosen perihal nilai" ku lihat Mas Fahmi mengangguk, aku yakin dia faham tentang ini.
"Niat dan peran kamu tuh baik Mi. Cuma kadang terlalu baik buat orang-orang kaya temen kamu barusan yang cuma mentingin dirinya sendiri itu" aku tertunduk, merasa benar dengan ucapan Mas Fahmi yang kadang juga aku fikirkan.
"Kamu harus bisa bedain mana ranah kamu buat ikut andil dan mana ranah mereka yang harus kamu biarin" aku sekali lagi mengangguk. Mengingat kalau aku juga tidak bisa lepas tangan setiap kali ada kegiatan dengan aku sebagai ketuanya, mengikuti bahkan melakukan sebagian pekerjaan setiap devisi anggota. Ternyata aku memang seikut campur dan bodoh itu ya?
Mas Fahmi mengulas senyum, dengan usapan lembut yang dia berikan di rambut ku, membuat ku menatapnya dengan senyuman juga.
"Makasih Mas" dia tak menjawab hanya mengangguk kecil dengan cubitan pada pipi ku.
"Baiknya Amiraaaa"
"Kita jalan? " aku mengangguk, mengiyakan tanya Mas Fahmi yang mulai menjalankan mobilnya meninggalkan area gedung tempat seminar berlangsung siang tadi menuju rumah ku.
Di perjalanan aku sempat menanyakan perihal motor ku, yang kata Mas Fahmi aman dan aku tinggal menunggu besok sudah di antar ke rumah dan bisa aku gunakan untuk ke kampus, yang sekali lagi menimbulkan perasaan kagum dalam diri ku tentang Mas Fahmi yang dapat di andalkan dan baik.
_
Sampai di depan rumah Mas Fahmi beranjak turun membukakan pintu untuk ku dan mengunci mobilnya tepat di depan rumah, sengaja tidak masuk ke pekarangan agar memudahkan untuk pulang nanti.
Kami masuk menyalami Papah mamah yang kebetulan tengah bersantai di teras rumah, menatap ke arah kami dengan seulas senyum yang entah kenapa aneh menurut ku.
"Walaikumsalam, motor kakak mana?" mamah bertanya
"Iya, kok pulangnya dianter Nak Fahmi?" aku menatap dengan kekehan pelan.
"Motor kakak ban-nya kempes Pah, jadi tinggal di bengkel. Nebeng Mas Fahmi deh. Tenang aja besok motornya di anter kok, heheh" jawab ku, sedikit bergurau membiarkan rambut ku mendapatkan usapan gemas dari Mas Fahmi yang masih terdiam di samping ku, melihat semua kebohongan kecil yang aku buat, guna mencegah kekhawatiran yang bisa jadi akan timbul di raut kedua orang tua ku jika aku berkata sejujurnya.
"Ya udah. Ayo duduk dulu Nak Fahmi, kita nge-teh bareng" Mas Fahmi mengangguk sopan.
"Terima kasih Bu, pak. Tapi Maaf saya langsung pamit saja"
"Kenapa Mas?" aku bertanya sedikit tidak ikhlas Mas Fahmi langsung pamit.
"Biar tidak terlalu malam sampai di Jakarta Mi" ucapnya di iringi usapan lembut.
"Mau langsung pulang ke Jakarta Nak?"
"Iya Bu. Seminar kebetulan sudah selesai. Saya harus masuk kantor besok" ku lihat Mamah papah mengangguk.
"Oalah. Ya wes monggo. Hati-hati di jalan dan Terima kasih sudah menghantar Amira pulang" Mas Fahmi mengangguk, menyalimi kedua orang tua ku sebelum kemudian kembali ke samping ku mengusap rambutku lembut dengan uluran slim beg ku yang semula dia bawa.