NovelToon NovelToon
Kisah Putra Iblis : Pelukan Kegelapan

Kisah Putra Iblis : Pelukan Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Raja Tentara/Dewa Perang / Roh Supernatural / Kultivasi Modern
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Author GG

Singgasanaku dibuat dari indung mutiara yang dibentuk menyerupai jalinan akar pohon.

Aku menyebutnya rumah, yang lain mengatakan ini penjara. Walau demikian penjaraku dibuat seindah tempat tinggal para dewa, mungkin karena ibu berharap putranya adalah dewa dan bukannya iblis.

Tidak ada pilar atau ruangan-ruangan lain. Hanya ada pohon tunggal yang tumbuh kokoh di halaman singgasanaku. Pohon yang menjadi sumber kehidupanku, kini semakin kehilangan kecemerlangannya. Saat pohon itu meredup lalu padam, aku juga akan sirna.

Sebelum aku menghilang dan dilupakan, akan kuceritakan masa singkat petualanganku sebagai iblis yang menyamar jadi manusia atau barangkali iblis yang berusaha menjadi dewa hingga aku berakhir didalam penjara ibu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Author GG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiba Di Kota

Berbekal beberapa keping koin perak di kantongku, dan kata-kata "tidak jauh dari sini," aku akhirnya tiba di kota. Kota menyambutku dengan semarak di sekelilingku. Jika perhatikan lebih jeli di udara tampak visi-visi pudar yang berkilauan melayang seperti gelembung sabun. Pesan naga yang mengantar pesan-pesan ke setiap orang dari sepenjuru daratan.

Jalan di padati orang-orang, para perempuan melenggang dengan rok atau gaun tergerai sampai menyentuh sepatu mereka dan rambut para wanita muda kebanyakan ditata dengan jepit berornamen atau pita-pita panjang.

Seekor hewan berwarna kuning tiba-tiba muncul, berlari diantara kaki para pejalan, membuat beberapa dari mereka terpekik kaget dan mengentakkan sepatunya.

Seorang pemuda menyeret tubuhnya untuk mengejar iguana itu. "Ah, maap, permisi, permisi."

Dia berhenti sesaat di dekatku untuk menarik napas. "Entah kenapa hari ini dia merajuk." ungkapnya, lalu dia kembali berseru pada hewannya.

"Hyura!"

Aku terus menyusuri jalan, melewati toko yang menyediakan segala macam tinta dan kuas kaligrafi, toko herbal, kain atau rumah makan dan penginapan. Bangunan-bangunannya beratapkan genting yang indah. Atap-atap dibuat bertingkat-tingkat dengan kasau-kasau yang dihias dengan ukiran sedemikian rupa. Pemandangan ini sama sekali berbeda dengan kota yang pernah kusinggahi. Disini segalanya dibangun dengan karya seni.

Setelah melewati gerbang batu, aku memasuki bagian pasar yang diisi kios-kios pedagang kecil. Sisir dan jepitan rambut ditawarkan pada setiap gadis yang lewat. Disisi lain di dekat jembatan lengkung merah, ada kerumunan kecil dan sesak, kebanyakan para pria, kemungkinan mereka sedang bermain taruhan.

Beberapa raut wajah pernah kulihat di kota pasir, wajah yang menunjukan kekalahan atau ambisi. Aku tidak tertarik membuat taruhan apapun meski kepingan koin perak mulai terasa berat di kantongku.

Koin dari dua peti ternyata tidak terlalu bernilai banyak, setelah berkeliling di kios kios penjual panganan basah dan gorengan kuulurkan keping koinku, aku hanya mendapatkan seporsi kue beras yang langsung hap kumakan.

Ketika melewati kios para penjual buah, aroma dari buah matang mengingatkanku pada tenggorokanku yang kering. Keranjang-keranjang anyaman bambu besar berisi gundukan buah berwarna cerah nan menggoda, buah naga, jeruk, plum ...

Aku hendak memungut sebutir kesemek yang berhenti bergulir di depan sepatuku ketika seseorang meneriakan, "Hentikan, tangkap dia."

Kulihat seseorang menyeruak diantara pengunjung pasar dan berlari ke arahku. Anak itu mengenaliku. "Gege, tolong aku, " anak perempuan dari hutan. Niken.

Anak perempuan ini kini berhenti dan bersembunyi di balik punggungku, memaksaku menghadapi para pria berwajah galak.

"Siapa kau?" Sentak salah satu pria itu.

"Dia kakakku, tentu saja." Anak perempuan itu yang menjawab. Dia keluar dari persembunyian punggungku dengan sombong dan teramat percaya diri.

"Apa yang sudah dia lakukan?" Aku bertanya ditengah kemelut yang tidak kumengerti ini.

"Dia sudah menipu kami."

"Apa?"

"Aku bukannya menipu, aku hanya pintar." Gadis nakal ini merebut kesemek ditanganku lalu menggigitnya dengan rakus. Sari buah menetes ke dagunya.

"Aku akan kembalikan koin tidak berguna kalian," katanya ditengah-tengah mengunyah. "Hanya kalau kalian bisa mengalahkan kakak pertamaku, aku bertaruh untuknya, ayo gege." Dia menyikut rusukku seenaknya.

"Cepat lawan mereka."

"Kenapa aku harus melawannya?"

"Gege di arah jam tiga!"

"Apa..." Aku bereaksi dengan spontan, merunduk, menangkis dan mendaratkan satu pukulan.

"Eh, maap tangan ini tidak sengaja." Permintaan maapku rupanya ditanggapi keliru sebagai ejekan, lantas pria lainnya maju. Lagi-lagi aku mengelak dan menangkis. Kali berikutnya kawan-kawannya yang lain berteriak untuk menghajarku secara bersama-sama.

Di tengah kekacauan yang dia buat, anak perempuan itu malah bertepuk tangan sambil menontonku. "Ah ya hajar mereka gege! Bagus."

"Tunggu!" Aku mencoba bernegosiasi, tapi tidak ada yang mau berhenti. "Tuan-tuan sekalian, mungkinkah ini salah paham."

Mereka benar-benar murka.

Orang-orang itu akan menyerangku dari segala sisi, aku harus cari celah untuk melarikan diri sebelum babak belur dihajar mereka. Lagipula aku tidak ingin membuang tenagaku yang berharga. Aku meraih lengan anak itu. Menarik dan membawanya lari.

"Ayo!"

"Kejar mereka!"

"Waduh, kita kabur, nih?"

"Aku tidak ingin menghajar orang, tanganku terlalu mulia."

Orang-orang membuka jalan untuk kami dengan sendirinya. Para pejalan meraih lengan dan menarik orang-orang yang disayanginya menjauhi bahaya agar tidak tertubruk kami.

"Mohon maapkan kami," kataku begitu kami menubruk lelaki paruh baya yang membawa keranjang bawang bombay, bawang tumpah dan menggelinding dijalanan. Aku tergoda untuk membantu memunguti tapi para pengejar tampak tidak akan memberi ampun pada kami.

"Awas!" Kami menubruk seseorang lagi yang membawa kurungan ayam. Lelaki itu terjatuh dan mengumpat.

"Aku harus mohon ampun pada ibu," ungkapku.

"Ada apa dengan ibumu?"

"Kita baru saja bertemu, tapi kau sudah menjadikanku kriminal."

"Kita sudah bertemu dua kali."

Aku mendecak, entah bagaimana menghadapinya. "Lalu kemana?"

"Ikuti aku," pintanya. "Aku mengenal kota ini, kalau kau ingin pergi ke suatu lokasi..."

"Kemana saja asal mereka tidak menemukan kita."

Aku melepaskan tangannya dan dia berlari berbelok kejalan sempit yang membawa kami langsung ke halaman dapur seseorang. Sekilas aku melihat para pengejar melewatkan gang sempit ini dan berlari lurus. Kurasa disini sudah aman.

Aku merosot ke lantai. "Aku tidak mengenalmu, seharusnya aku tidak mempertaruhkan reputasiku untuk menyelamatkanmu."

"Menolong orang itu perbuatan yang sangat mulia. Aku tahu kau itu pasti orang baik, kau terlihat seperti makhluk abadi yang tampan."

"Kau bermulut manis, dengan cara itukah kamu menipu mereka? Aku tidak akan tertipu."

"Aku tidak akan menipu orang yang bahkan tidak punya sekeping pun piti."

Pernyataannya membuatku benar-benar jengkel, mengingatkan pada kemiskinanku saat itu.

"Baiklah aku akan mentraktirmu gege, aku tidak ingin orang tampan sepertimu mati karena hal sepele. Yuk, ikut aku."

Aku ingin sekali menolak andai saja perutku berhenti berbunyi. Entah masalah apalagi yang akan kuhadapi di masa depan jika terus mengikutinya. Dia keluar lewat jalan kecil lainnya bukan gang yang sama ketika kami masuk, aku bergegas mengikuti dan menyusulnya.

Kami mengunjungi rumah makan yang tampaknya populer. Dia melihat daftar menu dan menggesernya padaku. "Pilihlah makananmu gege," katanya. "Aku sudah bilang aku akan mentraktirmu. Aku punya uang dan kau jangan terlalu sungkan."

"Setelah ini mungkin aku harus cari pekerjaan," aku berkata.

"Pekerjaan seperti apa?"

"Apa saja, mungkin seperti menguleni adonan mie?"

"Itu sangat tidak cocok denganmu."

"Memangnya kenapa?"

"Lihat, jari jari tanganmu bahkan lebih lembut dan cantik daripada tanganku. Mungkin kau bisa memainkan kecapi atau seruling."

Dia mendekat untuk mencondongkan badan kearahku lalu berbisik. "Apakah kau ini seorang pangeran yang terusir atau bagaimana heh?"

"Tidak," kataku.

"Gege kau berbakat."

"Aku tahu dan kamu pernah mengatakannya."

"Gilda Phoenix membutuhkan orang sepertimu, maukah kau ikut denganku?"

Tidak berapa lama di meja kami terhidang makanan yang menggugah. Aku mengulurkan tangan dan meraih sendok sup. Walau aku sangat kelaparan, aku tahu sopan santun dan tata cara makan dengan elegan di meja makan.

"Bukankah supnya luar biasa?" komentarnya, namun begitu dia sama sekali tidak memesan sup sepertiku. Dia menyuap tumisan hijau dan memesan irisan daging sapi yang disiram dengan semacam kecap asin. "Itu sup andalan restoran ini, kau tahu saja harus memesan menu terlaris."

"Kunyah saja makananmu dengan mulut tertutup."

"Ah ya baiklah."

Dia telah menghabiskan tumisannya dengan cepat, meletakan sumpit dan menyeka mulut. Dia mendorong semangkuk irisan daging sapi yang masih belum tersentuh olehnya.

"Itu buatmu, sengaja kupesankan, kau tidak boleh hanya makan sup saja, nah makanlah."

"Apa itu sogokan supaya aku ikut ke gildamu?"

"Ah tidak juga, tapi kalau kau menganggapnya begitu tidak apa-apa. Waduh... aku memang sudah terlambat, " dia memekik.

"Apa?"

"Gege, kutinggalkan uang denganmu, aku yakin itu cukup untuk membayar makanan kita. Aku sudah kehilangan waktu. Dan cobalah untuk pergi ke gilda Phoenix, aku bisa saja pergi bersama, ah tidak kau pergi saja lebih dulu, gilda Phoenix akan mudah di temukan, ada plang nama disana kau tidak akan kesusahan."

"Memangnya kau mau kemana?"

"Lain kali akan kukatakan, makanya datanglah ke Phoenix, oke, dah sampai nanti, ya."

"Gadis liar," panggilku. "Maksudku Niken, terimakasih."

Ucapan terimakasihku yang sungguh-sungguh sampai kepadanya, dia tersenyum lalu mengedikkan kepala. Mau tidak mau aku ikut tersenyum untuk pertamakalinya dalam hidupku. Ada perasaan hangat yang merebak dalam jiwaku. Aku meraba dadaku dengan sungkan.

Sepeninggal si gadis liar, aku tidak mengikuti sarannya untuk pergi ke gilda Phoenix. Uang yang dia tinggalkan ternyata masih tersisa banyak, kusimpan dibalik pakianku dan tidak berniat untuk menggunakannya.

Ketika keluar dari restoran hari sudah mulai gelap, sisa matahari baru saja tenggelam meninggalkan larik oranye. Kedai, toko dan penginapan tampak sudah menyalakan lampu, disana sini dihinggapi nuansa jingga hangat. Dalam beberapa saat kota telah menjadi kota cahaya yang indah.

Pantulan cahaya terapung di sungai yang melintasi kota. Karena aku tidak berniat kepenginapan atau ke gilda Phoenix, aku naik ke atap dan memandang kota dari atas sana.

1
F.T Zira
masih pov 1👏👏
F.T Zira
salam perkenalan..
masih nyimak
💫0m@~ga0eL🔱
hadir, slm perkenalan 🌹
Author GG: terimakasih, kak ❤️
total 1 replies
miilieaa
cambuk ke 48 , nggak bisa dibayangkan /Sob/
miilieaa: sudah nato semua pastiii
Author GG: pedih kk Milea /Silent/
total 2 replies
Wida_Ast Jcy
kak aku mampir nih
Author GG: makasih, kak Wid ... 🫡
total 1 replies
Houtaru_kun
cerita kayak wuxia2 gini emang identik sama kantong uang, macem to liong to atau pendekar rajawali 😄 gege kuat juga ya bahkan senjata aja gak bisa membunuhnya, dan pistol di jaman ini pun palingan panah, soalnya senjata paling kuat yg aku tau itu pistol, apa pistol juga gak berarti ya buat gege kalo seandainya ada pistol hehehe.. apakah gege akan mendapat uang itu?? lanjuttkan!!! 😊👍
Houtaru_kun: iya kak soalnya kan bukan novel tema game online atau system juga hehehe 🤭 wah bagus kak kalo dapet ide 👍

mungkin. dan mungkin aja yg nerjemahinnya pake google translet 😄
Author GG: tapi bisa kyknya pakai e wallet cuman nanti certanya kyk sistem game online 😆 serius dari komenan ini malah dapat ide weh, .. 👌

kalau dapat dari googl biasanya berantakan gak enak bacanya, mklum gratisan kali yak.
total 4 replies
Houtaru_kun
kata2nya gak monoton, kursus nulis dimana kak? hehe 🤭 mantap!!! 👍 aku aja nulis cerita masih kurang kosakata hehehe 😄 erlang itu jadi ngingetin aku sama dewa erlang, dan ya erlang disini sama gagahnya dgn dewa erlang 😉 ehh malah lebih peduli sama ayam, maen sama ayam hehehehe 🤭 lanjuttt kak!!!! 😊👍
Author GG: siapp 🤗
Houtaru_kun: ok sip kak 😊👍 menunggu adegan seriusnya hehe 😉
total 3 replies
miilieaa
ayam jengger merah itu jago kah thor?
Author GG: sebenernya yg betina juga ada jengger merahnya 😂 itu cuma ngikutin karakter MC yg memang rada begitulah ...
total 1 replies
Houtaru_kun
kakak mendeskripsikan cerita ini dengan sangat baik 😊👍 piti kalo di padang itu artinya duit 🤭 mantap kak!!! suasana timurnya berasa, keren!!! 😉
Houtaru_kun: oohh hehehe, kebetulan tak terduga kak 🤭
Author GG: weh kebetulan yang pas, piti padahal singkatan dari point dari sana inspirasinya /Facepalm/ tapi maksudnya memang alat pembayaran 😄
total 2 replies
Houtaru_kun
wah keren juga ini, serasa baca novel2 silat kayak novelnya khoo ping ho.. 🤩 kukasih hadiah kak 😊👍
Houtaru_kun: iya kak. semangat nulisnya 😉
Author GG: Wah hehe makasih sudah intip-intip ... /Hey/
total 2 replies
AnakBalita
Niken 14 tahun masih sangat polos saat itu, sekarang ia sudah berumur 18 tahun hahaha
Author GG: iyakk...
total 1 replies
AnakBalita
Elis, Zahwa, Niken... nama-nama pengguna nt tahun 2020-an ya? Kau masih mengingatnya dengan baik
Author GG: Tata juga pasti salah satu orang dari masa lalu, hayo siapa ini eh ...
AnakBalita: Hanya seorang anak Balita hehe
total 3 replies
Aulia Nur
makasih kak ♥️
Author GG: Terimakasih kembali kak Aulia /Hey/
total 1 replies
Author GG
Kira-kira gambarnya mirip buatan aa drawing /Shame/
Ahmad Rezky
siapa penguntit nya
miilieaa
banyak penguntit nya yaa thor
Author GG: iya, betul kak Milea ...
total 1 replies
Wida_Ast Jcy
mampir dikarya ku jg yah thor. tinggalkan jejek dicoment yah. tq
Author GG: Siap kak Wida, terimakasih sudah mampir ...
total 1 replies
Hani
Semangat berkarya Thor
Hani
semangat author
Hani: sama sama
Author GG: Makasih kak Hani /Rose/
total 2 replies
anggita
👍👍👌👌🔥.,
Author GG: Makasih jempolnya, kakak Anggit ...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!