Rin yang terpaksa harus merubah penampilannya saat berada disekolah barunya sebagai siswa pindahan, dikarenakan sebuah kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri dan dirawat dirumah sakit.
Disekolah baru ini, Rin harus mengalami drama sekolah bersama primadona kelasnya serta dengan adik kelasnya. Serta rahasia dari sekolah barunya, bersama dengan identitasnya yang ingin diketahui teman-teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Papillon Noir
Jalan-jalan yang semula renggang kini memadat, ramai dengan anak-anak sekolah yang pulang seusai pelajaran telah berakhir. Yang menggunakan mobil, sepeda motor dan bahkan yang berjalan kaki, ada juga yang menggunakan sepeda ataupun kendaraan umum.
Sesuai dengan apa yang telah direncanakan, mereka berlima segera pergi ketempat yang menjadi tujuan mereka, yaitu Papillon Noir, kafe yang baru-baru ini dibuka dan sudah menjadi tempat yang bagus untuk bersantai dan ngumpul-ngumpul bareng teman-teman.
Olive, Sonia, Tania, Ami dan Karin memutuskan untuk berjalan kaki ke kafe itu, karena Olive, Ami dan Tania tinggal di asrama sekolah yang tak terlalu jauh dari tempat tujuannya, lain halnya dengan Karin dan Sonya yang menunda penjemputan pribadi mereka. Perjalanan mereka diiringi dengan senda gurau, salah satu dari mereka tak sengaja melihat Rin dan Dinda di kejauhan.
"Hei, itu bukanya si cupu." ujar Olive sambil menunjuk kearah Rin.
"Mana-mana." Tania mencari-cari sosok yang ditunjuk Olive.
"Itu, yang diujung dengan seorang cewek." Olive menegaskan lokasinya.
"Oh iya, tajam juga mata mu Liv." tutur Sonya yang tadi juga mencari sosok si cupu namun tak seheboh dengan yang dilakuin Tania.
"Eh, bukannya itu Dinda yang disebelah tu anak." tutur Ami memberitahukan tentang sosok gadis yang bersama Rin ke temannya.
"Maksud kamu Dinda Pramayesti anak kelas 2-1 kan." ujar Karin ikut gabung dengan obrolan temannya itu.
"Bukannya Dinda tinggal di Asrama?" tanya Sonya.
"Yaph." jawab Tania mengiyakan.
"Eh, bukannya itu jalan mau ke kafe, kan." tutur Tania melihat Rin dan Dinda berbelok kea rah kafe.
"Wah benar tu, itu memang arah mau ke kafenya." tutur Olive heboh.
"Apa mungkin mereka itu ...."
"Hush, jangan berpikir yang aneh kamu Liv." ujar Ami memotong ucapan Olive yang tahu berfikir aneh, dan Olive nya hanya tersenyum.
"Memangnya kamu mikir apa tentang mereka Liv?" tanya Karin dengan ekspresi polos.
"Karin sayang, kamu itu beneran nggak paham maksudnya, apa pura-pura ngak paham." tanya Tania yang kadang geram sendiri dengan tingkah kawan satunya ini.
"Sudahlah, yuk kita ikuti mereka, sekalian arahnya sama dengan tujuan kita." ujar Olive penasaran dengan si cupu, mempercepat langkahnya.
Karin masih memasang wajah bingung yang begitu polos, namun tak di hiraukan oleh teman-temannya yang sudah mempercepat langkah mereka. Ketika mereka tiba di belokan jalan, mereka tak menemukan sosok yang mereka cari. Olive merasa sedikit kecewa karena tidak bisa menemukan jejak kemana mereka perginya, akhirnya mereka putuskan untuk langsung ke kafe.
Dinda yang sudah berada di rumah Rin, segera mengganti seragam sekolah ke seragam kafe yang diberikan Rin kemarin malam, begitu pula dengan Rin yang langsung ke kamarnya setelah mengantarkan Dinda ke kamar kosong disebelah kamarnya untuk mengganti pakaiannya.
Rin meletakkan tas sekolahnya dan segera mengganti pakaiannya ke seragam kafe, Rin tidak lupa untuk merapikan penampilannya, di lepaskannya kaca mata dan di tata ulang rambut panjangnya itu seperti penampilan biasanya, bukan penampilan baru yang cupu. Rin telah selesai mengganti pakaiannya begitu pula dengan Dinda yang telah memakai pakaian kerjanya, setelah itu mereka segera pergi menuju kafe.
Setelah mereka berada di dalam kafe, Rin segera menggantikan Sari yang selama dia di sekolah Sari yang menggantikan posisinya sebagai kasir dan barista. Sedangkan Dinda bergabung dengan Nana dan Ratih.
Selamat datang, Dinda dan Nana menyambut pengunjung yang datang saat pintu kafe terbuka. Gadis-gadis yang masih menggunakan seragam sekolah melangkah masuk ke kafe, mereka adalah Karin dan yang lainnya.
Olive terkejut saat melihat Dinda ada di depan mereka sedang menyambut kedatangan mereka.
"Dinda kok kamu ada di sini, bukannya tadi kamu ...." Olive tak selesai berbicara karena teriakan aneh dari Ami.
"Ehhh … kamu, kan, yang kemarin." ujar Ami yang terkejut melihat Nana.
"Berarti cowok yang kemarin itu." melirik kearah Rin yang ada di dekat mereka, Rin membalas dengan senyuman.
"Nana, Dinda ...." Rin sedikit menekankan suaranya memanggil mereka berdua.
Nana dan Dinda mengerti maksud dari nada penekanan itu, Nana segera mengantar mereka ke tempat duduk mereka.
"Mau pesan apa." tutur Nana sambil mengeluarkan notepad nya ketika Olive dan yang lainnya duduk.
Olive masih mengawasi Dinda, sedangkan Ami masih dengan lamunan bingung, sekali-kali melirik kearah Nana, mereka berdua akhirnya tersadar saat Tania menanyakan pesanan mereka.
"Baiklah, saya ulangi pesanannya, 2 cheese cake, 1 pancake, 2 cake biasa, minumannya 1 Butterfly Pea tea, 3 Strawbery juice, dan Orange Juice." Nana mengulangi pesanan mereka.
"Ada lagi yang mau di pesan?"
"Tolong, saya pesan Dinda?" ujar Olive yang masih mengawasi Dinda.
Mendengar apa yang di ucapkan Olive, membuat yang lainnya kaget termasuk Nana yang tak tahu harus menanggapi dengan apa.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Nana ke Ami yang dari tadi memandangnya.
"Ah, eh ...." Ami tergagap.
"Anu, Kakak itu yang kemarin, kan?"
"Yang kemarin? Maksudnya?" tanya Nana balik yang tak mengerti dari pertanyaan gadis yang ada di depannya.
"Iya, yang kemarin datang ke sekolah saya, Akademik Roswaal, bersama seorang cowok, dan membuat heboh siswa disana." tutur Ami.
"Oh, iya, saya kemarin memang kesana, kamu ada di antara mereka ya."
"Nggak, saya kebetulan saja ada di dekat sana, kalau boleh tahu apa dia (menunjuk kearah kasir) yang bersama kakak kemarin?" tanya Ami Penasaran.
"Iya saya dengan dia kemarin, ada apa?" Nana terlihat bingung.
"Kalau boleh tahu namanya siapa? Dan juga kalian ini siapa sih sebenernya?" tanya Ami dengan nada sedikit mengintrogasi.
Terpancar rona kaget di wajah Nana mendengar penuturan dari gadis itu.
"Kalau tentang itu saya tidak bisa memberi tahukannya, kamu hanya boleh tahu kami adalah pegawai disini, jika mau tahu namanya, kamu coba Tanya sama dia langsung, disini kami hanya memanggilnya Leader." jawab Nana dengan nada menegaskan dan ekspresi yang penuh misteri.
"Baiklah, kalau tidak ada lagi saya permisi." tutur Nana kembali dengan nada bicara yang lembut dan bersahabat dan pergi meninggalkan Ami yang masih penuh dengan pertanyaan dan pandangannya yang tak lepas dari Nana.
Karin, Tania, Sonya dan bahkan Olive dibuat kaget dan juga menjadi tegang dengan obrolan mereka berdua. Mereka tidak pernah menyangka kalau Ami bersikap seperti itu, biasanya dia hanya diam dengan sikap yang tak peduli, dan tak terlalu ikut campur dengan orang lain.
"Ada apa sih Mi, dengan kamu?" tanya Olive.
"Seperti kamu tidak aja Liv, dari tadi perhatiin Dinda terus, bahkan pakai acara mesan Dinda segala." balas Tania terhadap pernyataan Olive ke Ami.
"Memangnya Dinda itu makanan ya, pakai dipesan." ujar karin polos.
Yang lainnya hanya bisa tersenyum lirih mendengarnya, tak tahu apakah itu benaran sebuah candaan atau bukan, soalnya yang berbicara itu Karin.
"Ami, kamu ngak seperti biasanya, ada apa?" tanya Tania.
"Ya, apalagi tadi kamu masang ekspresi seperti itu, bikin takut aja lihat muka mu." tutur Sonya.
"Kalian ingat kemarin (menghela nafas meredam emosinya) saat aku kembali ke kelas selesai dari toilet?" Ujar Ami mulai bercerita.
"Saat istirahat aku ceritakan ke kalian, kan."
"Apa mungkin cerita kamu tentang anak kelas sebelah yang ribut tentang ada model main ke sekolah kita."
"Ya tentang itu, dan orang yang dibicarakan sebagai model itu adalah mereka."
"Terus memangnya kenapa? Dan juga kenapa kamu bilang seperti tadi, apalagi nanyain tuh cogan." timpal Olive.
"Sebenarnya ada yang tidak aku ceritakan kemarin, mungkin karena aku anggap tidak terlalu penting kemarin, tapi sekarang tidak. Mungkin kamu akan jadi tertarik Liv dengan ini."
"Maksud kamu apaan si Mi?" Olive tak mengerti maksud dari perkataan Ami.
"Soalnya Dinda ada di sana, dan terlihat sangat akrab ngobrol dengan mereka berdua kemarin." tutur Ami.
"Serius apa yang kamu bilang, kenapa nggak bilang kemarin."
"Maaf, soalnya aku ngerasa nggak terlalu penting untuk diceritain kemarin."
"Terus kenapa hari ini begitu sikapmu, kalau itu ngak penting?" tanya Tania dengan perubahan sikap Ami yang tidak terjadi sebelumnya.
"Soalnya, semenjak muncul anak pindahan itu dan ketemu mereka bertiga di sini, hal ini jadi begitu penting buatku." Ami menunjukan ekspresi tegang lagi diwajahnya.
"Bagaimana kita tanya saja ke Dinda." usul Karin yang melihat Dinda mendekat.
"Pesanannya." tutur Dinda sambil meletakan semua pesanannya.
"Maaf sebelumnya, saya hanya diberi waktu lima menit jika kalian ingin berbicara dengan saya." Dinda berbicara dengan suara yang sopan
Mengetahui hanya bisa lima menit mereka mengangguk menyetujuinya, Dinda pun duduk di sebelah Olive.
"Langsung aja deh, sejak kapan kamu kerja di sini? Apa yang kamu obrolkan dengan mereka berdua waktu disekolah? Dan siapa mereka itu yang sebenarnya?" Ami segera memberikan pertanyaan ke Dinda tanpa ampun.
"Eh ... aku kerja disini dari minggu kemarin dan hari ini aktif kerjanya, jadi baru dua hari, kalau masalah disekolah kemarin, aku hanya nanya kalau mau ke sekolah kenapa tidak kasih tahu aku dan aku nanya ada urusan apa dia disekolah."
"Mereka bilang apa?" Ami menyela Dinda.
"Mereka hanya bilang ada urusan yang mau dibicarakan dengan Kepsek."
"Kamu sedang tidak berbohong, kan." Ami mendesak Dinda.
"Kalau soal siapa mereka sebenarnya itu siapa?"
Melihat sikap temannya yang satu ini, Olive, Tania, Sonya dan Karin hanya diam seribu bahasa sambil menikmati makanan yang mereka pesan.
°
°
"Kalau soal itu, saya tak tahu, soalnya saya masih baru disini, begitu pun dengan dia (menunjuk kearah Ratih), mereka Cuma memberi tahu nama mereka aja, selain itu pemilik kafe ini menyuruh kami untuk memanggilnya Lead" tutur Dinda yang setengah berbohong
Terpancar rasa kecewa di wajah Ami, rasa penasaran masih menghantui Ami. Sekarang Olive yang mulai bertanya ke Dinda ketika dia melihat Ami terdiam sambil memainkan gelas juice yang ada di depannya.
"Bagaimana dengan Rin, apa kamu tahu dia?" tanya Olive
"Rin... hemmp, oh Rin, anak pindahan di kelas kalian kan, ada apa degannya?"
"Apa kalian pacaran? Soalnya kami lihat kalian pergi bersama tadi" ujar Karin yang blak-blakan
Mereka yang mendengar hal itu dari Karin langsung tersentak, semuanya langsung melirik ke arah Karin, Ami yang melamun jadi tersadar olehnya, dia yang melarang Olive agar tidak berfikir yang aneh, ternyata yang harus di khawatirkan adalah Karin dengan sikap polosnya itu.
"Ah, nggak Karin, kami nggak pacaran, kami juga baru kenalan. Tadi kami kebetulan ketemu di jalan, lagian jalan pulangnya searah dengan tempat aku kerja" tutur Dinda
"Nggak pacaran mereka Liv" tutur Karin dengan ekspresi polosnya
Mendengar itu dari Karin, Olive hanya bisa tersenyum pasrah, sedangkan Ami, Tania dan Sonya tertawa lirih.
"Kalau tidak ada yang mau di tanyain lagi, saya mau lanjut bekerja" ujar Dinda lalu meninggalkan mereka berlima
Jemputan Sonya sudah datang dan Sonya pulang duluan meninggalkan mereka berempat, sedangkan yang lainnya menemani Karin hingga jemputannya datang.
Tidak beberapa lama setelah Sonya meninggalkan mereka, mobil jemputannya Karin juga datang, mereka segera pulang. Olive segera membayar makanan mereka, sedangkan Ami dan Tania sudah menunggu di luar, Karin memesan cake untuk dibawanya pulang, setelah itu barulah mereka semua pulang.